Bus melambat lalu berhenti untuk menaikkan penumpang, dari pintu belakang
seorang ibu tak bisa dikatakan masih muda naik, rambutnya semir kuning kemerahan,
memakai rok mini. Seketika penjual tahu, pedagang asongan, pengamen dan pak
kondektur menatap pada ibu tersebut sampai ibu tersebut duduk dikursi bagian
tengah dan mereka berbincang sesekali terdengar tawa bernada nakal.
Tahukah kalian apa yang dipikiran bapak-bapak ketika melihat ibu
tersebut? Dan tahukah kalian apa yang diperbincangkan oleh bapak-bapak
tersebut?
Pertanyaan tersebut sulit dijawab oleh wanita yang mempunyai
insting pamer. Yang mereka tahu dan ingin lakukan adalah pamer keindahan dan
kecantikannya. Terlebih wanita yang memang terbiasa berpenampilan seperti itu
bagi meraka hal itu biasa saja dan selalu menyalahkan laki-laki yang matanya g’dijaga
atau bermata keranjang karena memang sulit untuk mengubah kebiasaan tak
terkecuali kebiasaan pamer keindahannya.
Harus sepenuhnya kita terima bahwa wanita takkan seratus persen
mengerti sudut pandang laki-laki dalam melihat keindahan wanita terlebih lagi
wanita yang selalu disibukkan oleh perasaannya sendiri namun yang jelas sebagai
laki-laki takkan ku biarkan wanita yang menjadi tanggungjawabku dan wanita yang
aku cintai berpenampilan seperti itu. Takkan ku biarkan wanitaku menjadi pemuas
fantasi liar laki-laki.
Hati-hati… semua mata cowok itu sama tak peduli tua atau muda dan
tak terkecuali yang nulis tulisan ini. Be carefull ukhti…
Jika wanita ingin diperlakukan laksana ratu ia takkan berpenampilan
seperti wanita penghibur. (Elfrida Aisha Azzakiya: Muslimah Metropolis)
Perempuan memiliki seluruh puncak-puncak kehormatan manusia tapi
tak selalu mampu melindungi kehormatannya bahkan terkadang lupa betapa
berharganya ia. (Elfrida Aisha Azzakiya: Muslimah Metropolis)
Kejayan pasuruan dalam Perjalanan kembali ke kota pendidikan Malang,
21 September 2014.
0 komentar:
Posting Komentar