3 TAHAP KOMPETISI RAMADHAN
Abah Hasyim Muzadi |
Alhamdulillah, All Praise
To Allah. Dah Sampai Ramadhan Lagi, jama'ah di PESMA Alhikam banyak
dan penuh. Senengnya aku bisa berada di sini. Timbullah harapan sekaligus
pertanyaan. Kenapa kok banyak?, jawabannya karena ini baru pertama kali.
Bulan Ramadhan itu kan terbagi menjadi 3 babak; Babak penyisihan, babak semifinal
dan babak final. Babak penyisihan berada pada 10 hari pertama, babak
semifinal berada pada 10 hari kedua dan babak final pada 10 hari yang terakhir.
Bisakah kita nyampe babak final atau hanya sampai babak penyisihan?
Kata abah hasyim muzadi, dengan juga
menyetir hadist nabi “Pada babak penyisihan (10 hari pertama) ini, Allah SWT
memberikan Rahmat, dan pada babak semifinal nanti, Allah SWT akan
memberikan Maghfirah (ampunan), sedangkan pada babak final, Allah SWT
akan membebaskan kita dari siksa neraka”. Bagaimana penjelasannya?
logo PESMA Al Hikam |
Karena masih berada dalam babak penyisihan, maka kita cari tahu, apa yang dimaksud dengan Rahmat. Dalam 10 hari pertama ini, kalau puasa kita sudah beres, maka kita akan memperoleh Rahmat. Ukuran puasa yang sudah beres adalah ketika seseorang sudah mampu memenuhi syarat dan rukun puasa serta beres tingkah lakunya. Jadi, dia tidak makan maupun minum, tidak melanggar larangan-larangan Allah SWT dan senantiasa memperbaiki tingkah lakunya. Itulah yang disebut dengan puasa yang sudah beres. Puasa yang beres ini bisa mendatangkan Rahmat.
Rahmat adalah pemberian Allah SWT
yang mengakibatkan kenikmatan yang sesungguhnya. Tidak semua pemberian Allah
SWT berakhir dengan kenikmatan. Misalnya; Banyak orang diberi kekayaan, namun
dia hancur dengan kekayaannya. Berarti dia diberi suatu pemberian oleh Allah
SWT, akan tetapi pemberian tersebut tidak menjadi Rahmat baginya. Jadi, Rahmat
adalah kenikmatan yang sesungguhnya, bukan kenikmatan yang palsu.
Contoh pemberian yang tidak mendatangkan
Rahmat antara lain:
1.
Orang diberi
kepandaian sampai menjadi seorang sarjana hukum, selanjutnya dia menjadi orang
hukuman. Hal ini berarti dia telah diberi ilmu, akan tetapi tidak diberi
Rahmatnya ilmu;
2.
Orang yang diberi kepemahaman
ilmu ekonomi sampai menjadi seorang ekonom, namun ia bukan lebih mensejahterakan
masyarakat tapi malah memiskinkan masyarakat.
3.
Orang diberi
pangkat yang tinggi, namun karena mungkin dia memperoleh pangkat itu dengan
cara yang ngawur, maka pangkat itu membuatnya berakhir dengan kesedihan;
4.
Banyak pembagian
harta waris yang berakhir dengan pertikaian keluarga dan saling tuntut-menuntut
di pengadilan.
Soo, yang dimaksud dengan pemberian
Rahmat pada 10 hari pertama adalah kita diberi sebuah pemberian yang bermanfaat
dan membawa berkah. Misalnya; Kita bekerja di pasar, kemudian menghasilkan
uang, meskipun uang yang yang dihasilkan itu sedikit, namun bisa membuat kita
kenyang dan halal. Kita dianugerahi seorang anak, kemudian anak kita berbakti
kepada orang tua. Atau anak tersebut diberi ilmu, sehingga dia menjadi orang
yang shalih karena ilmunya.
Pemberian dari Allah SWT disebut dengan minnah (pemberian). Jika minnah tersebut membawa kenikmatan di
dunia dan akhirat, maka minnah itu berubah menjadi Rahmat. Jangan
dibayangkan, pemberian Rahmat pada 10 hari pertama ini bukan berarti memperoleh
rezeki yang gelundungan (mendadak), akan tetapi Rahmat dalam artian
bahwa apa yang sudah kita miliki, akhirnya menjadi sesuatu yang membawa manfaat
dan barokah.
Contoh pemberian yang bukan merupakan
Rahmat adalah seseorang diberi harta yang melimpah, namun harta itu dihabiskan
dalam sekejap oleh anak-anaknya atau digunakan berobat oleh istrinya yang
terkena kanker, sehingga dia sendiri tidak lagi merasakan kenikmatan hidup.
Setiap
Rahmat mengandung tanggung jawab. Itulah letak perbedaan antara minnah
dan Rahmat. Minnah yang tidak disertai rasa tanggung jawab akhirnya
mengakibatkan pemberian itu menjadi sia-sia belaka. Namun jika minnah
itu disertai tanggung jawab, maka statusnya berubah menjadi Rahmat. Jadi,
Rahmat selalu menuntut tanggung jawab.
Rahmat menuntut tanggung jawab dalam dua
hal, yaitu dari mana kita memperoleh Rahmat itu dan bagaimana kita menggunakannya.
Contoh tanggung jawab yang pertama adalah: Dari mana kita memperoleh seorang
istri?. Dari mana kita memperoleh ilmu agama, apakah berasal dari Imam Syafi’i
RA atau Imam Samudra?, dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA atau dari Abu Bakar
Ba’asyir?. Dari mana kita memperoleh rezeki hari ini?.
Tanggung jawab yang kedua adalah
bagaimana kita menggunakan Rahmat tersebut. Jika tanggung jawab yang pertama
sudah salah, maka tanggung jawab yang kedua sudah pasti salah. Akan tetapi jika
tanggung jawab yang pertama sudah benar, belum tentu tanggung jawab yang kedua
ikut benar. Contoh: Tukang becak memperoleh uang dari hasil keringatnya
sendiri, namun uang tersebut digunakan untuk berjudi. Jadi, dia memperoleh uang
dengan cara yang benar, akan tetapi dia salah dalam penggunaannya.
Rahmat dicabut oleh Allah SWT ketika
kedua tanggung jawab di atas tidak dipenuhi. Pelaksanaan tanggung jawab yang
kedua di atas memang berat. Misalnya; Kita mempunyai harta melimpah, lalu harta
itu kita gunakan untuk keperluan apa?. Apakah untuk membayar zakat, shadaqah,
menyekolahkan anak, atau hanya untuk berfoya-foya?. Tanggung jawab seperti ini
tidak hanya berlaku pada harta benda saja, akan tetapi juga berlaku pada ilmu,
jabatan, kesehatan, dll. Kesimpulannya, semua Rahmat senantiasa menuntut
tanggung jawab.
To
be continue…. Kan masih babak penyisihan, kita lanjutkan pada the next meeting.
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
BalasHapusSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
www.arenakartu.cc
100% Memuaskan ^-^