Perbaikan Tauhid Untuk Keselamatan Dari Segala Bencana
Pada
kesempatan ini, saya ingin menyampaikan satu hal, yakni menjaga dan
mengembangkan tauhid atau Wahdaniyyatullah (Ke-esa-an Allah SWT).
Di dalam
agama Islam, kata kunci dari tauhid adalah لا إله إلا الله. Formulasi kata-kata kalimat tauhid ini
mengandung pengertian dan mengandung pengamalan.
Mengenai
masalah pengertian, lafadz لا إله إلا الله ini artinya; لاَ مَعْبُوْدَ إِلاَّ
اللهُ(Tidak ada yang
patut dituhankan, kecuali Allah SWT). Kata مَعْبُوْدَ di sini mempunyai dua segi makna;
Ä Ma'bud artinya; disembah, karena ibadah itu artinya
penyembahan. Dengan demikian, maka makna lafadz لاَ مَعْبُوْدَ
إِلاَّ اللهُ adalah
"Tidak ada yang boleh disembah kecuali Allah"
Ä Ma'bud artinya; menghamba, maka kata لاَ مَعْبُوْدَ
إِلاَّ اللهُ bermakna;
"Tidak boleh ada yang ditaati kecuali Allah".
Ini baru
merupakan pemaknaan formulasi atau kaidah dalam kata-kata.
Kenapa lafadz
لا إله إلا الله dimulai dengan
kalimat negatif (نَفْيٌ). kenapa tidak langsung menggunakan
kalimat itsbat atau affirmatif (إِثْبَاتْ), misalnya; الله إِلهٌ (Allah adalah Tuhan). Jadi, lafadz لا إله إلا الله itu meniadakan dulu (nafyu), baru
ada keputusan (itsbat). Alasannya: Karena kalau seseorang dibiarkan
memikirkan tuhan tanpa agama, maka tuhannya akan jatuh di luar Allah SWT.
Misalnya; Menuhankan lautan, api, makhluk halus, angin, dsb. Biasanya yang
disembah adalah gejala alam yang dianggap menakutkan atau dianggap menghidupi.
Contoh yang dianggap menakutkan; Api, angin, badai, bencana, lesus, dll. Contoh
yang dianggap menghidupi; padi, air, sehingga ada istilah Dewa Padi dan Dewa
Air. Jadi, kalau seseorang dibiarkan mencari tuhan sendiri, maka akan jatuh
menuhankan alam. Padahal, selain tuhan bukanlah tuhan, melainkan alam. Jadi
hanya ada dua kategori, tuhan dan alam. Selain Allah SWT adalah alam. Tidak ada
unsur kealaman di dalam Allah SWT dan tidak ada unsur ketuhanan di dalam alam.
Sekarang ini
karena didikan agama yang kurang dan karena kegelisahan orang, maka
tauhid ini mulai terganggu, sehingga mulai ada orang yang menuhankan kebutuhan,
menuhankan alam, menuhankan alam ghaib, dan semacamnya, padahal sekalipun
ghaib, posisinya masih tetap sebagai alam. Adapun faktor-faktor yang membuat
tauhid kita terganggu antara lain:
Ä Pengertian tauhidnya
memang tidak beres
Ä Godaan kebutuhan atau
ada interest (mashlahiyyah).
Ä Kemiskinan atau
ketidak-terjangkauan. Kemiskinan itu khusus menyangkut ekonomi, sedangkan
ketidak-terjangkauan itu berarti seseorang ingin memaksakan sesuatu tapi gagal.
Kemiskinan bisa menggoncang keimanan. Dalam Hadits disebutkan;
كَادَ الْفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
Kefakiran itu bisa mendorong orang menjadi kafir
Kafir di sini ada dua bagian, yaitu:
Ñ Kafir Aqidah berarti
keluar dari Islam. Seperti orang yang bunuh diri sekeluaga, bunuh diri itu
keluar dari Islam.
Ñ Kufur Nikmat berarti
tidak bisa lagi bersyukur terhadap nikmat Allah SWT.
Demikianlah
faktor-faktor pengganggu tauhid. Oleh karenanya, posisi tauhid kita harus
diperkuat. Cara memperkuat tauhid kita adalah dengan cara memproses pengertian
menjadi penghayatan. Jadi, bagaimana pengertian kita terhadap لا إله إلا الله diproses menjadi rasa terhadap lafadz لا إله إلا الله tersebut. Penghayatan itu berbeda dengan pengertian. Kalau
pengertian itu semata-mata jalurnya adalah rasio, akan tetapi penghayatan
merupakan kelanjutan rasio itu yang kemudian diterima oleh rasa.
Penghayatan
ini dilakukan dalam ilmu tarikat (thariqat atau cara). Thariqat secara
etimologis berarti; cara, sedangkan secara istilah bermakna; sistem untuk
memproses orang menjadi semakin dekat kepada Allah SWT. Adapun tata caranya
adalah:
Pertama; Harus melalui dzikir kepada Allah SWT. Jadi,
lafadz لا إله إلا الله jangan digeletakno
begitu saja. Setiap mengucapkan kalimat لا إله إلا الله, haruslah
diucapkan dengan hati yang terbuka. Hal ini dimaksudkan agar pengertian itu
masuk ke dalam hati dan dalam rasa. Sedangan yang dimasukkan ke dalam hati itu adalah
makna dari formulasi kalimat لا إله إلا الله tersebut. Inilah letak perbedaan dzikir model Islam dengan semedi.
Kalau dzikir itu mengucapkan dengan kata-kata, lalu dimengerti, selanjutnya
kata-kata dan pengertian itu dihayati. Sedangkan kalau semedinya orang
kebatinan itu mengangen-ngen (memikirkan) tuhan dan fenomena tanpa ada
formulasi, sehingga tidak fokus dan rawan gangguan, baik gangguan deep Psikologi
(gangguan kejiwaannya sendiri) ataupun gangguan makhluk halus. Dalam semedei
yang diangen-angen itu tidak jelas. Mungkin yang keluar ketika semedi
bisa berupa perasaan hatinya yang paling dalam, mungkin juga dia diganggu oleh
syaitan atau jin, mungkin berupa halusinasi, dan mungkin juga ngawang
tidak punya fokus pada apa yang disemedikan. Jadi, semedi itu tidak aman, baik
prosesnya maupun hasilnya. Kalau menghayati kalimat لا إله إلا الله itu jelas. Yang tergolong makhluk halus
terpotong atau tidak masuk hitungan dan hatinya juga tidak dituhankan, maka
tauhid yang seperti ini adalah lebih aman.
Mulai
sekarang kita harus mulai belajar dzikir. Dzikir itu modalnya adalah pengertian
terhadap apa yang diucapkan dan konsentrasi (penggabungan semua potensi yang
dimiliki oleh seseorang, baik berupa potensi hati, nafsu, ruh, maupun potensi
akal. Semuanya diheningkan dan disatukan
untuk memfokus pada satu titik yang diucapkan).
Membaca
kalimat لا إله إلا الله dengan tenang akan lebih efektif dari pada banter
dan banyak gerak. Karena yang diperlukan di sini bukan agitasi, melainkan
kontemplasi (tarassukh/ peresapan / penghayatan). Ketika dzikir sudah
masuk, maka akan membuahkan gerakan hati yang lebih stabil dan tertib. Di dalam
Al-Qur'an disebutkan Ayat berikut ini;
اَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
Ingatlah, dengan
dzikir kepada Allah, hati-hati akan menjadi tenang
Kapan hati menjadi stabil? Yaitu ketika hati sudah
tersentuh oleh dzikir. Kalau dzikir masih berhenti pada lisan, itu masih bagus
dari pada tidak dzikir, namun hal itu masih belum bisa menghasilkan ketenangan.
Nah, dari ucapan menuju pada ketenangan itu harus diproses dengan menghayati
pengertian makna kalimat لا إله إلا الله tadi.
Jadi, tauhid kita bisa ditingkatkan melalui tarassukh (penghayatan atau
kontemplasi). Akan tetapi kemampuan kontemplasi kita ini masih rawan pengaruh,
oleh karena itu Rasulullah SAW pernah bersabda:
أَلْإِيْمَانُ يَزْدَادُ وَيَنْقُصُ
Iman itu bisa bertambah
dan berkurang
Posisi iman
terletak di dalam hati, oleh karena itu, lingkungan hati harus diberi kondisi
yang diridhai oleh Allah SWT, yaitu dengan cara memperbanyak membaca Al-Qur'an
dan shalawat kepada Nabi SAW, makan makanan halal dan menata tingkah laku. Ini
sudah menjadi latar belakangnya. Maka, dengan membaca Al-Qur'an, Shalawat dan
ibadah, tauhid kita akan terjaga.
Sekarang ini
tauhid ini dibahayakan (terancam) hampir dalam segala jurusan. Jurusan yang
pertama adalah jurusan yang menjauhkan atau membikin manusia tidak lagi
percaya pada kekuasaan Allah SWT. Karena
orang-orang dalam keadaan miskin, merek mulai menuhankan uang. Sehingga bunyi
teks Pancasila berubah menjadi; "Keuangan Yang Maha Kuasa", karena
semua hal ujung-ujungnya adalah uang, bahkan idealisme sekalipun merupakan
bagian dari uang, padahal seharusnya uang adalah bagian dari penegakan
idealisme. Semua ini mengakibatkan kekufuran. Misalnya; Orang mempunyai sifat
matrealistik, berarti dia percaya kepada tuhan secara simbolik, akan tetapi
tidak secara faktual. Matrealisme inilah yang menjadi bencana terbesar abad ini
terhadap tauhid kepada Allah SWT. Orang hanya mencari materi, matrealisme ini
membuat orang hanya percaya kepada materi dan tidak percaya kepada immateri,
dan perbuatan ini sudah termasuk kafir.
Gejala yang kedua yang membahayakan tauhid
adalah gejala perlawanan terhadap patokan fundamental dari agama. Minggu lalu
saya pergi ke NTB, di sana ada doktor perempuan yang mengatakan Al-Qur'an tidak
perspektif terhadap persamaan gender. Menurut saya, memang benar bahwa gender
itu harus dibela, akan tetapi kalau sudah melawan Al-Qur'an dan menganggapnya
sebagai Kitab Suci yang tidak pas untuk mengatur gender, maka sikap itu adalah
kufur, karena ada penentangan terhadap Al-Qur'an. Perbuatan ini kelihatan
sepele, tapi sudah termasuk kafir menurut ASWAJA. Doktor perempuan itu secara
sadar telah mengatakan Al-Qur'an sudah tidak cocok. Berjuang membela hak
perempuan memang bagus, akan tetapi kalau dia sudah sampai berani mencaci Al-Qur'an
maka dia sudah masuk pada daerah kufur, karena salah satu rukun iman adalah
Iman Kepada Kitab Suci.
Contoh
lain adalah masalah Poligami. Orang
diperbolehkan untuk tidak suka pada poligami, kalau dia memang jujur. Kalau
laki-laki tidak suka poligami, biasanya dia tidak jujur, karena laki-laki itu
biasanya mempunyai sifat penggeragasan, bagian akomodasi, tampung sana
tampung sini, alasannya adalah untuk kemanusiaan (humanitas). Bahwa orang tidak
suka poligami itu boleh, begitu juga jika dia tidak suka dipoligami. Akan
tetapi tidak boleh malawan Al-Qur'an yang membolehkan poligami. Kalau
diibaratkan, Al-Qur'an itu ibarat rumah, saya boleh tidak memilih kamar yang
pertama, namun memilih kamar nomor dua. Begitu juga dengan Al-Qur'an yang
memberikan pilihan antara poligami dan monogami. Kenapa laki-laki tidak poligami?, bisa jadi
dia ndak laku lagi, nafsu besar tenaga kurang, atau "extra
joss"-nya tidak meyakinkan. Namun antara monogami dan poligami itu
sama-sama mempunyai syarat.
Jangan
percaya kalau ada laki-laki kampanye anti-poligami. Anti-poligami berarti pro
perselingkuhan. Kalau seseorang tidak berani poligami, dia tidak perlu
mengatakan anti poligami. Saya sendiri memilih monogami, karena mau poligami
tidak berani, bukan tidak mau, karena ilmunya belum dikuasai. Sehingga istri
saya mesti wira-wiri, padahal rumah di Jakarta dan Malang ini seharusnya
diisi satu-satu.
Sekarang ada
gerakan anti poligami yang berarti sama dengan anti Al-Qur'an. Yang demikian
ini tidak terasa dan terselubung, padahal sebenarnya merupakan ncaman terhadap
tauhid kita, karena sebagian dari rukun iman adalah percaya pada Al-Qur'an.
Contoh
lain adalah mengkritik Rasulullah SAW. Kalau seseoraang tidak mau menerima
Hadist yang dinilai lemah itu tidak apa-apa, akan tetapi kalau sudah mengkritik
in person (diri Rsulullah SAW), maka dua kalimat syahadat أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا
رسول الله menjadi batal. Para
mahasiswa juga diskusi seenaknya saja dengan mengkritik Nabi Muhammad SAW. Yang begini ini adalah gangguan terselubung yang
ujung-ujungnya merusak tauhid.
Yang paling
banyak terjadi adalah tahayyul dan khurafat. Karena sudah tidak lagi mempunyai
kemampuan secara rasional, maka manusia bertindak yang aneh-aneh. Misalnya;
Lumpur Lapindo dilempari kambing, ya, tambah mbledos karena
lumpurnya mangkel.
Adapun
hubungan antara tauhid dengan pertolongan sosial kemasyarakatan adalah;
x$Î)
ßç7÷ètR
y$Î)ur
ÚúüÏètGó¡nS
ÇÎÈ
.
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada
Engkaulah kami meminta pertolongan
Dalam Ayat di
atas Allah SWT memerintahkan kita supaya jangan sampai meminta tolong kepada
selain Allah SWT. Minta tolong kepada manusia diperbolehkan, namun tidak boleh
diyakini sebagai sumber pertolongan, melainkan sebagai perantara dari
pertolongan Allah SWT. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak mempertuhankan
makhluk, baik berupa manusia maupun barang atau benda. Misalnya; Keris itu ada
yang mandi (punya kekuatan), biasanya ditempeli oleh jin atau yang lain.
Keris itu cuma sarana, sedangkan prima causa-nya harus kepada Allah SWT.
Akik kalau digosok metu butone. Dulu orang menggunakan akik, kalau dia
meyakini sebagai sumber kekuatan, maka dia akan musyrik, namun kalau dia
berkeyakinan bahwa Allah SWT telah memberikan kekuatan tertentu pada akik itu,
maka dia tidak musyrik.
Setiap benda diberi kekushusan tersendiri.
Misalnya; Kekuatan pohon pisang, kalau ada orang yang kebal senjata, coba
pedang yang akan digunakan untuk menusuk orang itu ditempelkkan terlebih dulu
pada pohon pisang, kemungkinan kekebalan orang itu akan jebol. Tanaman rawe
yang membuat kulit menjadi gatal-gatal jika menginjaknya dan biasanya hidup di
semak-semak, jika kita mematahkan batang pohon kelampis, kemudian memasukkannya
ke dalam saku, maka kita tidak akan gatal ketika menginjak rawe tersebut. Saya
mengatakan semua ini sebagai khasiat, karena kalau meyakininya sebagai kekuatan
independen, maka bisa musyrik. Jadi, semuanya kembali kepada Allah SWT. Contoh
lain adalah ular itu kalau dipukul dengan carang (bambu) yang kecil,
akan lumpuh, meskipun ular itu besar bahkan bisa makan sapi. Cukup memukulnya
dengan bambu kecil dan tidak usah keras asalkan tersentuh saja, ular itu
akan lumpuh. Yang demikian ini disebut khasiat. Jadi jangan mempercayai suatu
benda mempunyai kekuatan independen yang lepas dari kekuasaan Allah SWT.
Sekarang
bukan hanya soal khurafat, namun juga soal perdukunan. Perdukunan itu sangat
dekat dengan kemusyrikan. Kalau perdukunan itu menggunakan kekuatan dukun itu
sendiri, berarti dia bohong. Kalau perdukunan itu ada buktinya, biasanya ada perewangan,
kecuali yang bersifat ma'unah (pertolongan Allah SWT). Untuk membedakan
antara perdukunan dengan ma'unah adalah lihat pada orangnya, Apakah dia
ahli ibadah atau tidak?. Karena orang yang ahli ibadah itu tidak bisa dimasuki
oleh black magic. Sedangkan orang yang tidak ahli ibadah, maka baik white
magic maupun black magic sama-sama bisa masuk pada diri orang itu.
Oleh karena itu, meskipun kita sangat membutuhkan uang, jangan sampai pergi ke
dukun, tapi pergi saja ke Kyai. Dan dilihat, apakah si kyai itu
"mempunyai" partai atau tidak, karena kalau dia mempunyai partai,
biasanya dia akan setengah kampanye.
Dengan menjalankan ibadah dan membaca
Al-Qur'an, kita akan dilindungi dari kekufuran. Allah SWT berfirman dalam Surat
Al-Israa': 45
#sÎ)ur
Vù&ts%
tb#uäöà)ø9$#
$oYù=yèy_
y7uZ÷t/
tû÷üt/ur
tûïÏ%©!$#
w
tbqãZÏB÷sã
ÍotÅzFy$$Î/
$\/$pgÉo
#YqçGó¡¨B
ÇÍÎÈ
Dan apabila kamu membaca Al-Quran, niscaya kami adakan
antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu
dinding yang tertutup,
Posisi orang yang membaca Al-Qur'an itu dilindungi dari
pengaruh angin kekufuran. Saya berkali-kali menganjurkan agar kita jangan
jauh-jauh dari Al-Qur'an, dengan demikian, Insya Allah, kita akan
selamat, karena di sana ada junnah atau benteng yang membentengi kita
dari kekufuran.
Di samping
melakukan dzikir untuk ketenangan juga harus disertai kewaspadaan terhadap
semua gangguan dan fenomena yang merusak tauhid. Hari ini, bencana masih
berlanjut, longsor di kotanya SBY, yaitu Pacitan serta di Bondowoso. Saat ini
orang sudah banyak melakukan istighatsah, akan tetapi nggak mandi,
karena apa yang dia minta tidak selaras dengan apa yang dia lakukan. Misalnya;
Meminta tidak banjir sambil membabat hutan, akhirnya do'anya tidak mustajab.
Saya pergi ke
rumah seoraang Kyai, saya memohon kepada beliau: "Kyai, tolong Indonesia
ini dido'akan, karena yang jatuh korban adalah orang-orang kecil, dan di antara
mereka banyak orang NU atau orang Islam". Saya sungguh-sungguh minta
kepada beliau, namun jawaban beliau terasa aneh, yaitu: "Saya ini mau saja
mendo'akan, akan tetapi ada kekhawatiran dalam diri saya, kalau bencana ini
dikurangi, apa orang-orang tidak malah sombong kepada Allah SWT!!. Karena
bencana yang dahsyat ini masih belum membuat mereka sadar, bahwa semua bencana
ini adalah hukuman, apalagi seandainya bencana ini dikurangi. Ada waktunya saya
mendo'akan, sekalipun tidak sekarang". Akhirnya saya mikir-mikir,
Indonesia ini memang aneh. Yang terus-terusan berdo'a, do'anya tidak mandi
(mustajab), sedangkan yang do'anya mandi, belum mau mendo'akan, berarti
keterlantaran suasana ini masih akan terjadi. Oleh karena itu,
berhati-hatilah!, di tengah goncangan tauhid dan alam, kita harus senantiasa
bertaqarrub kepada Allah SWT di manapun kita berada, karena sudah tidak ada
yang bisa menjamin keamanan kita, selain Allah SWT semata.
Kemarin saya
merasa ngeri, dari Jakarta ke Malang saya naik pesawat Sriwijaya. Ketika
mau landing, terjadi hujan deras dan kabut yang sampai di tanah yang
membuat penglihatan pilot tidak begitu jelas, sehingga landing-nya
membuat saya loro-kabeh. Begitu pesawat berhenti, ketika mau turun
pintunya tidak bisa dibuka, akhirnya dibuka dengan tang besar. Sekarang
semuanya terserah kepada Allah SWT. Saya sendiri tidak mungkin untuk tidak
keliling Indonesia, karena itu sudah menjadi tugas saya. Saya juga tidak
mungkin tidak berangkat dari Malang ke Jakarta. Akhirnya kalau saya kebetulan
naik pesawat Garuda, maka saya akan membaca Surat Al-Fatihah, kalau naik
pesawat Sriwijaya saya tambah dengan membaca Shalawat, dan kalau naik pesawat
Adam Air, saya tambah lagi dengan Hizib Nashar. J
Kan sudah diumumkan oleh Mentri Perhubungan bahwasanya
penerbangan di Indonesia ini tidak ada yang standar, yang senior bukan pilotnya
melainkan pesawatnya, pesawatnya sudah syaikh semua. J Terakhir, secara sadar atau tidak sadar, saat ini kita
berada di dalam kepungan bencana tauhid, akhlaq dan alam sekaligus.
0 komentar:
Posting Komentar