Perlukah kuliah jurusan Pendidikan
Bisnis Dan Manajemen?
*Sebuah refleksi jurusan
Oleh : M Zaenal Abidin Nanal
Sukses dalam berbisnis dan kaya adalah keinginan setiap orang
sehingga banyak jalan yang ditempuh untuk meraih mimpi itu, termasuk kuliah di
jurusan ekonomi bisnis serta mengikuti aneka seminar/training bisnis, dengan
asumsi bahwa dengan ilmu yang didapat akan mempercepat tercapainya keinginan untuk
sukses. Tingginya “permintaan” akan pendidikan tersebut dimanfaatkan oleh
orang/lembaga yang bermental bisnis untuk menangkap peluang tersebut sehingga
mereka berlomba mengadakan/membuka jurusan/lembaga training bisnis sukses.
Dalam tulisan ini, penulis memfokuskan pada jurusan bisnis di perguruan tinggi.
Banyaknya jurusan bisnis di beberapa kampus di indonesia diharapkan
dapat mencetak pebisnis atau entrepreneur sejati sehingga akan mempercepat
tingkat ekonomi indonesia. Namun jika dilihat dari kenyataan yang ada sangat
sedikit pengusaha besar dan tangguh yang lahir dari perguruan tinggi. Sehingga
pertanyaannya besarnya adalah, benarkah para lulusan sarjana tidak bisa
berbisnis seperti halnya para taipan atau para saudagar yang tidak sekolah
tinggi?
Hampir seluruh wirausaha sukses di dunia maupun di indonesia
sendiri berlatar belakan pendidikan rendah bahkan tidak sekolah. Mereka
membangun atau terdesak membangun bisnisnya mulai dari kecil dan membutuhkan
waktu yang relative lama sehingga jika diminta pendapat tentang perlunya
“kuliah” pasti akan mengesampingkan atau bahkan meniadakan kontribusi kampus
dalam mencetak wirausaha seolah semakin tinggi semakin tinggi sekolah semakin
tumpul keberanian usaha dan kreatifitas (otak kanan).
Pendapat diatas banyak beredar di mana-mana terutama di pelatihan
bisnis informal, sebagai orang yang belajar di kampus (akademisi) saya tidak
ingin membela diri apalagi mengcounter pendapat tersebut karena menurut saya
benar adanya. Namun pendapat diatas tidak benar 100% karena nyatanya ada juga
anak kuliah yang sukses dalam bisnis, sukses membangun kerajaan bisnisnya. Namun perlu saya (akademisi) akui bahwa banyak
tugas yang perlu kita benah dalam pendidikan bisnis yang dikelola dalam dunia
kampus yaitu pengajar, kurikulum, modul atau praktek dan yang penting action
berbisnis itu sendiri. Seolah selama bertahun-tahun kampus (dosen dan
mahasiswa) kesulitan dalam memahami dan melaksanakan bisnis. Kita coba bahas
satu persatu,
1.
Pertama
dari hal pendidik. Banyak perkataan terlontar “dosen itu tahunya Cuma teory”,
“bukan orang bisnis kok ngajar bisnis” atau “gimana mau ngajar bisnis kalo ”
2.
Yang
kedua adalah kurikulum dari kuliah bisnis itu sendiri. Karena bagaimana menjadi
wirausaha tangguh jika kurikulumnya mencetak dan mengarahkan jadi karyawan
tangguh.
3.
Ketiga
adalah mengubah orientasi mahasiswa itu sendiri. Lebih mengupayakan agar
mindset agar menjadi pengusaha dibandingkan karyawan.
Kontroversi seputar pentingnya pendidikan bisnis di dunia kampus
saya ulas dalam pendapat dua tokoh sukses yang memiliki latar belakang berbeda
yaitu bob sadino dan Mario teguh.
ü Mario Teguh vs Bob Sadino,
Seberapa Penting Kuliah (berpendidikan)?
Bob
Sadino: “Mau kaya? berhentilah sekolah
atau berhentilah kuliah sekarang juga, and start action, karena ilmu di
lapangan lebih penting daripada ilmu di sekolahan atau kuliahan.”
Mario Teguh: “Berhati-hatilah
dengan orang yang membanggakan keberhasilannya walaupun dia berpendidikan
rendah. Itu tidak boleh dijadikan dalil. Pendidikan itu penting. Buktinya,
dengan pendidikan yang sedikit saja, dia bisa berhasil, apalagi jika dia
terdidik dengan lebih baik. Bukankah kita dianjurkan untuk menuntut ilmu sampai
ke negeri Cina? Dengan ilmu, segala sesuatu bisa mencapai kualitas
tertingginya.”
Sekilas hal tersebut sangat bertentangan/berlawanan antara dua
tokoh tersebut. Benarkah pendidikan tinggi itu menghambat menjadi kaya? Sejenak
kita lihat persentase orang kaya di dunia khususnya di indonesia. Lebih dari
85% dari mereka adalah entrepreneur yang tidak sukses kuliah (drop out)
bahkan berpendidikan rendah (formal). Namun bukan Drop out nya yang membuat
mereka sukses tapi dia merasa ada yang lebih baik dari kuliah yang membuat
mereka memilih droup out. Jadi sangat benar apa yang dikatakan Om Bob Sadino.
“Jika ingin kaya, berhentilah kuliah dan mulai buka usaha karena ilmu lapangan
berbeda dengan ilmu di kertas. bahasa lainnya jadilah rill entrepreneur bukan
paper entrepreneur.
Berarti pendidikan tinggi tidak bisa membuat kita lebih kaya? saya menjawab,
bukan ilmu /pendidikannya tapi kita memilih untuk tidak menggunakan ilmu kita
dengan baik. Kalau di kuliah yang dipelajari ya ilmu karyawan dan kita memilih
jadi karyawan, belajar ilmu karyawan untuk mengatur karyawan, lahh itu bagus. Kalau
terus jadi karyawan ya jelas lama untuk kaya raya. Kecuali jika dibarengi
dengan investasi. Karyawan yang berinvestasi dari gajinya.
Menurut wikipedia, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Lebih filosofis lagi
Pendidikan adalah Untuk Memerdekakan Manusia (Ki Hadjar Dewantara) maupun Pendidikan adalah Untuk Memanusiakan Manusia
(Driyarkara).
Daari defenisi pendidikan diatas, tidak disebutkan bahwa pendidikan
bertujuan untuk membuat seseorang/peserta didiknya menjadi orang kaya akan
materi. Namun lebih menekankan pada karakter kepribadian serta akhlak yang
mulia. Jika menempuh pendidikan untuk kekayaan materi, salahkah? Ini kan
jurusan bisnis dan manjemen, tujuan bisnis kan untuk memperoleh laba?
Memperoleh keinginan setiap manusia baik yang berdagang ataupun
tidak. Jika kita kembali fokus kepada laba secara materi maka kita akan
dituntut untuk memberikan layanan kepada orang lain baik berupa barang ataupun
jasa. Semakin berkualitas dan bernilai bentuk layanan yang diberika maka
semakin besar pula return yang akan diperoleh. Bagiku untuk membuat layanan
yang berkualitas tetap membutuhkan ilmu.
Terlebih jika kita ingin sharing ilmu tentang bisnis atau menjadi
tenaga pengajar perguruan tinggi tuntunya ilmu pendidikan akan bisnis haruslah
dimiliki. Namun akan timbul masalah baru yaitu materi yang hanya dilihat
sebelah mata “hanya teori saja” itulah kelemahan dari akademisi yang
mengajarkan bisnis. Sedangkan praktisi yang mengajarkan bisnis cendrung tidak
bisa menjelaskan secara runtut dan ilmiah “action saja”. Masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan, serta dari keduanya beresiko sukses dan rugi juga. Khusus
untuk pengajar bisnis khususnya para mahasiswa yang jurusannya pendidikan
bisnis, ekonomi dan bisnis atau apapun yang berhubungan dengan bisnis. Sangat disarankan
anda memiliki bisnis atau bahkan wajib..!!
Sukses ? indikatornya apa ? seperti siapa orang sukses itu?
Laah… ini yang cukup sulit menjawabnya karena masing-masing berbeda
dalam menyebutkan sukses. Banyak yang menilai Sukses itu punya mobil mewah, rumah
megah dan perusahaan yang besar. Tapi ada juga yang memaknai sukses secara
sederhana seperti sukses itu bisa minum teh hangat di pagi hari bersama
keluarga tercinta. Menurut kami, pedagang paling sukses itu bernama Muhammad ibn
Abdillah dari mekkah. Indikatornya adalah kebermanfaatan bagi orang lain. Selain
berbisnis, beliau juga mengajari ilmu bisnis dan menyusun aturan yang dilarang
dalam suatu bisnis demi mencapai kebahagian bersama.
Kuliah jurusan bisnis itu perlu untuk menambah wawasan, ilmu, link
bisnis dan lain-lain. namun pastikan kita mempunyai bisnis. Sekian.
0 komentar:
Posting Komentar