Senin, 25 Agustus 2014

Pelangi Hidayah Dalam islam

WARNA-WARNI HIDAYAH DALAM AL-QUR'AN
oleh : Abah Hasyim Muzadi
Pengasuh PesMa Al-Hikam Malang dan Depok
        
 Di dalam Al-Qur'an disebut beberapa hidayah. Al-Qur'an juga berfugsi sebagai hidayah (petunjuk), yaitu petunjuk yang tertinggi, karena tidak tergantung kepada selera orang, akan tetapi tergantung kepada kebenaran dan fitrah.
         Di sini dibedakan antara nafsu dengan fitrah. Nafsu adalah kehendak atau kemauan kita, baik cocok ataupun tidak cocok dengan syari'at Islam. Sedangkan fitrah artinya apa yang seharusnya untuk kita. Agama Islam disebut juga agama fitrah, maksudnya agama yang seharusnya dipeluk oleh seluruh umat manusia.
         Al-Qur'an disebut sebagai Huda (petunjuk) terhadap fitrah manusia. Ada beberapa Ayat di dalam Surat Al-Baqarah yang menyebut kata Huda, antara lain: Surat Al-Baqarah Ayat  2,

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (sebagai) petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.

         Pada Ayat ini, Al-Qur'an disebut sebagai Hidayah untuk orang-orang yang bertaqwa. Jika tidak bertaqwa, maka Al-Qur'an tidak akan masuk kepada orang itu atau orang itu sendiri yang tidak mau "dimasuki" oleh Al-Qur'an, karena huda di sini khusus bagi Muttaqin (orang-orang yang taat atau bertaqwa). Surat Yunus Ayat 57,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada (hati), dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.




         Yang dimaksud dengan kata "Mau'idzah" di sini adalah Al-Qur'an. Al-Qur'an itu mempunyai banyak nama. Selain bermakna Mau'idzah (nasehat), di sini Al-Qur'an juga disebut sebagai Syifa' (obat penyembuhan) untuk apa-apa yang ada di dalam hati. Kalau dalam Ayat ini, Al-Qur'an disebut obat penyembuhan, berarti ada penyakit di dalam hati. Misalnya; penyakit sombong, dengki, iri, dzalim, dsb. Semua penyakit itu bisa disembuhkan dengan Al-Qur'an, karena Al-Qur'an adalah obat penyembuhan.
         Penggunaan Al-Qur'an sebagai obat penyembuhan ini tergantung pada tingkat beratnya penyakit hati yang diderita. Jika kadar penyakit hati yang diderita oleh seseorang itu bersifat sedengan (sedang), maka cukup dengan membaca Al-Qur'an. Kalau berat, maka orang itu harus mengerti Al-Qur'an. Dan jika kadar penyakit itu lebih berat lagi, maka dia harus mengamalkan isi Al-Qur'an. Mengamalkan Al-Qur'an juga memerlukan waktu, karena di sana masih ada proses penyembuhan. Misalnya; Orang yang sombong kemudian membaca Surat Al-Ikhlash satu kali, tidak mungkin dia langsung nggak sombong. Terlebih dulu dia harus mengerti bahwa sifat sombong itu tidak boleh, dan mengerti alasan kenapa sifat sombong itu tidak boleh. Setelah itu beranjak pada tingkah laku. Misalnya; karena dia bersikap sombong, kemudian ada orang yang nempeleng (memukul)-nya. Setelah itu baru dia bisa merasakan bahwa sombong itu memang tidak boleh.
         Al-Qur’n Menyebutkan di dalam Surat Thahaa Ayat 124
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

         Ayat ini menunjukkan bahwasanya orang yang berpaling dari Huda atau keharusan fitrah, maka dia akan hidup dalam kesempitan. Maksudnya: Sempit hatinya, kalau dia bertentangan dengan fitrah hati. Misalnya: Mestinya dia harus bersikap sabar terhadap temannya, justru dia bersikap dzalim; Mestinya bersikap baik sama tetangga, namun dia bersikap tidak baik kepada mereka. Dengan demikian hidupnya menjadi sempit, begitu juga dengan hatinya yang menjadi sempit; Mestinya dia harus mencari perkara yang halal, akan tetapi dia tidak mau, maka rezekinya menjadi sempit; Jika seseorang melawan fitrah untuk bersilaturrahim, maka pergaulannya akan menjadi sempit; Orang diperintahkan untuk belajar, namun dia tidak mau menjalankannya, akhirnya dia masuk pada sempitnya menjadi orang goblok; Semua itu berjalan sesuai dengan segi kehidupan masing-masing.
         Orang muslim itu terkadang hatinya lapang akan tapi hidup lahirnya sempit. Misalnya; dia itu shalih, tapi miskin. berarti yang dhanka (sempit) adalah bagian yang luar. Pasti petunjuk untuk bagian yang luar itu, tidak dia lakukan. Begitu juga dengan orang-orang kaya yang sempit hatinya, mungkin longgar badannya. Kaya tapi gelisah. Berarti dia juga tidak melakukan petunjuk untuk bagian dalam sebagaimana mestinya. Ma'isyatan dhanka (Kehidupan yang sempit) itu berlaku pada semua aspek, tergantung pada sebelah mana seseorang melawan Al-Huda (Hidayah Allah).
         Selain berfungsi sebagai Huda (petunjuk), Al-Qur'an juga berfungsi sebagai Rahmat bagi orang-orang yang beriman. Jika seseorang tidak beriman, maka Al-Qur'an juga tidak akan menjadi Rahmat baginya sebagaimana di sebutkan di dalam Surat Fushshilat Ayat 44

وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ ۖ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ۖ
Dan jikalau kami jadikan Al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan Ayat-ayatnya?" apakah (patut Al-Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasulullah adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin.

Di sini disebutkan bahwasanya Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan obat penyembuhan bagi orang-orang yang beriman. Jadi, bacalah Al-Qur'an sebanyak-banyaknya di bulan Ramadhan ini, kemudian pelan-pelan penyakit hati kita akan disembuhkan oleh Allah SWT sebagaimana di dalam surat Al-Israa' Ayat 94

وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَىٰ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَبَعَثَ اللَّهُ بَشَرًا رَسُولًا 
Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala telah datang petunjuk kepadanya, kecuali mereka mengatakan: "Apakah Allah telah mengutus seorang manusia menjadi rasuI?"

Ayat ini menunjukkan bahwasanya orang yang tidak percaya kepada Rasulullah SAW, tentu dia tidak akan bisa menerima Hidayah itu untuk selamanya sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qashash Ayat 57,

وَقَالُوا إِنْ نَتَّبِعِ الْهُدَىٰ مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا ۚ أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا يُجْبَىٰ إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ ÇÎÐÈ
Dan mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami". dan apakah kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.

         Kalau orang mau berfikir dan mendapat hidayah, maka sesungguhnya seluruh apa yang diperlukan dan seluruh apa yang dilihat, seharusnya menambah keimanan kepada Allah SWT. Ketika kita melihat tumbuh-tumbuhan, kita berpikir bagaimana tanah yang tidak ada apa-apanya itu bisa menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang berwarna-warni dan rasa buahnya bermacam-macam, padahal tanah itu tidak ada rasanya. Kalau kita mau berfikir, bagaimana mungkin kita tidak menerima Al-Huda dari Allah SWT. Contoh; Kita hidup harus minum air, lalu siapa yang bikin air?. Kita hidup harus makan nasi, Siapa yang telah menumbuhkan padi?. Kita memerlukan gizi buah-buahan, siapa yang menumbuhkan itu semua? Firman Allah SWT dalam Surat Al-Waqi'ah Ayat 63 – 74
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَحْرُثُونَ (٦٣) أَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ (٦٤) لَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَاهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ  (٦٥) إِنَّا لَمُغْرَمُونَ (٦٦) بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ (٦٧) أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (٦٨) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (٦٩) لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلا تَشْكُرُونَ (٧٠) أَفَرَأَيْتُمُ النَّارَ الَّتِي تُورُونَ (٧١) أَأَنْتُمْ أَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَا أَمْ نَحْنُ الْمُنْشِئُونَ (٧٢) نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ (٧٣) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (٧٤
Maka Terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau kamikah yang menumbuhkannya?. Kalau kami kehendaki, benar-benar kami jadikan dia hancur dan kering, Maka jadilah kamu heran dan tercengang. (sambil berkata): "Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian". Bahkan kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa. Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya? Kalau kami kehendaki, niscaya kami jadikan dia asin, Maka mengapakah kamu tidak bersyukur?. Maka Terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dengan menggosok-gosokkan kayu). Kamukah yang menjadikan kayu itu atau kamikah yang menjadikannya? Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.

         Modal dari akhlaq adalah iman. Karena posisi iman itu tidak stabil, kadang ingat Allah SWT, kadang tidak, maka iman itu harus dirawat dengan ibadah. Ibadah adalah perawatan iman.

0 komentar:

Posting Komentar

Edufunia Right. Diberdayakan oleh Blogger.