Rabu, 03 Desember 2014

Cara menghadapi kesulitan Hidup dengan berdo'a dan beramal salih

Menghadapi Kesulitan Hidup Dengan Berdo'a
Dan Beramal Shalih Secara Istiqomah

       Di dalam pengajian ini, saya ingin menyampaikan bahwa suasana yang sulit sekarang ini, yaitu hidup yang sumpek yang di dalam Al-Qur'an disebut dengan مَعِيْشَةً ضَنْكًا (hidup yang serba angel), kelihatannya belum ada tanda-tanda berhenti. Kenapa belum ada tanda - tanda berhenti?, karena kita masih belum bisa bersatu untuk memperbaikinya, baik dalam hal keamanan, pendidikan, kesehatan, hukum dan ekonomi. Hal kedua yang ingin saya sampaikan adalah bahwa bencana-bencana yang silih berganti ini juga belum ada tanda-tanda berhenti. Saya tidak mengatakan bencana ini akan jalan terus, tapi saya mengatakan belum ada tanda-tanda rangkaian bencana ini akan berhenti. Satu-satunya jalan untuk menghapi kondisi seperti ini adalah kita harus siap-siap memohon keselamatan, karena kita tidak mampu untuk menghentikan bencana yang ada.
          Mengapa bencana ini masih terus terjadi?, Jawabannya adalah karena fungsi bencana tadi masih belum sampai. Bencana itu tersirat musibah di dalamnya, ada yang bersifat tadzkirah (peringatan), 'uqubah (balasan) dan ada yang bersifat adzab (siksa). Kira-kira saja, bencana di Indonesia ini berada pada posisi antara tadzkirah dan 'uqubah. Yang dimaksud dengan bencana sebagai tadzkirah (peringatan) adalah bahwa di Indonesia ini ada susuatu yang salah dan harus dihentikan, tapi belum juga dihentikan sekalipun bencana sudah silih berganti seperti ini. Sedangkan bencana sebagai 'uqubah (balasan) itu sudah lebih berat dari sekedar tadzkirah, karena bersifat siksaan. Saya yang sudah menelusuri ke mana-mana, melihat orang yang seharusnya berhenti berbuat dusta, serakah, korupsi, dsb. Namun mereka belum menunjukkan tanda-tanda berhenti melakukan perbuatan tersebut. Akhirnya, karena kedurhakaan sebagian umat ini, seluruh umat juga terkena musibah. Bencana seperti ini sudah dijelaskan di dalam Al-Qur'an Surat Al-Anfaal : 25
(#qà)¨?$#ur ZpuZ÷FÏù žw ¨ûtùÅÁè? tûïÏ%©!$# (#qßJn=sß öNä3YÏB Zp¢¹!%s{ ( (#þqßJn=÷æ$#ur žcr& ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÎÈ
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.

       Orang-orang yang durhaka inilah yang bisa mengapa-apakan Indonesia, sehingga semua orang terkena bencana, termasuk orang-orang yang shalih sekalipun. Misalnya, pada waktu ada bencana, masih ada saja orang-orang yang bisnis bencana. Ketika ada banjir, ada juga preman-preman di situ. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa belum ada kesadaran manusia atas peringatan Allah SWT, sehingga do'a mereka juga tidak mandi (terkabul), karena mereka berdo'a agar tidak banjir, tapi sambil membabat hutan. Do'a yang seperti itu angel dikabulkan, karena mestinya jika berdo'a agar tidak banjir, hutannya juga jangan dibabat. Atau mereka berdo'a supaya makmur, namun korupsi jalan terus; berdo'a supaya memperoleh anak shalih, namun memakan makanan yang diharamkan; Akhirnya do'a-do'a yang seperti ini tidak dikabulkan oleh Allah SWT.
          Suatu ketika saya datang kepada seorang Kyai. Menurut perkiraan saya, beliau ini orangnya bersih dan mustajab do'anya. Kemudian saya mohon kepada beliau agar Indonesia ini dido'akan supaya selamat dan bencana-bencana ini ndang leren (segera berakhir). Namun beliau menjawab balik: "Kan istighotsah sudah dilakukan di mana-mana". Saya menjawab: "Ya benar, tapi ndak mandi-mandi (tidak terkabulkan)". Setelah itu beliau menerangkan kalau tidak mandi-nya do'a itu dikarenakan do'anya tidak selaras dengan perbuatannya dan do'anya juga tidak menggunakan ukuran. Yang dimaksud ukuran di sini adalah tidak boleh menerjang sunnatullah (hukum alam), namun boleh dalam masyiatullah (hukum Allah yang masih bisa berubah).
          Selanjutnya saya meminta beliau supaya berdo'a untuk orang banyak yang sudah megap-megap uripe dan agar bencana segera berakhir. Setelah beliau berpikir lama, akhirnya beliau tidak mau mendo'akan sambil berkata: "Mengke-mengke mawon, Pak Hasyim. Niki tadzkirah saking pengeran, pun koyo ngeten niki, tiyang-tiyang tasik dereng sadar. Nek dikurangi, lak tambah sombong". (Suatu saat nanti saja saya do'akan. Bencana ini adalah peringatan dari Allah SWT. Namun meskipun sudah diberi bencana yang sedemikian rupa ini, mereka masih belum sadar. Seandainya bencana ini dikurangi, bisa jadi mereka akan bertambah sombong). Saya pikir-pikir pernyataan beliau itu benar juga. Misalnya bencana dikurangi, mungkin akan ada orang yang berkomentar; "Setelah saya turun tangan, kan begini-begini". Kyai itu berpesan agar masing-masing dari kita berdo'a.
A.   Do'a Agar Dimudahkan Dalam Menghadapi Kesulitan Hidup
       Adapun do'a yang seharusnya kita baca ada dua macam. Do'a yang pertama adalah do'a untuk kehidupan kita di saat yang sulit ini, supaya diberi kemudahan oleh Allah SWT. Jadi, ada kemudahan hidup di tengah-tengah kesulitan. Wong ora angel wae, urip iku wis angel, apo maneh zamane angel koyo iki. (Dalam kondisi normal saja, hidup sudah sulit, apalagi hidup dalam kondisi yang berat ini!). Dengan membaca do'a ini, kita yang hidup di tengah-tengah kesulitan hidup ini semoga diberi tempat yang lapang oleh Allah SWT. Adapun  bacaan do'a yang diamalkan adalah:
1)   Surat Al-Fath : 1-5
       Do'a yang pertama itu adalah membaca Surat Al-Fath 1-5 setelah shalat shubuh (untuk satu siang) dan setelah shalat maghrib (untuk satu malam) secara istiqomah.
$¯RÎ) $oYóstFsù y7s9 $[s÷Gsù $YZÎ7B ÇÊÈ tÏÿøóuÏj9 y7s9 ª!$# $tB tP£s)s? `ÏB šÎ7/RsŒ $tBur t¨zr's? ¢OÏFãƒur ¼çmtFyJ÷èÏR y7øn=tã y7tƒÏökuur $WÛºuŽÅÀ $VJÉ)tFó¡B ÇËÈ x8tÝÁZtƒur ª!$# #·ŽóÇtR #¹ƒÍtã ÇÌÈ uqèd üÏ%©!$# tAtRr& spoYÅ3¡¡9$# Îû É>qè=è% tûüÏZÏB÷sßJø9$# (#ÿrߊ#yŠ÷zÏ9 $YZ»yJƒÎ) yì¨B öNÍkÈ]»yJƒÎ) 3 ¬!ur ߊqãZã_ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 tb%x.ur ª!$# $¸JÎ=tã $VJÅ3ym ÇÍÈ Ÿ@ÅzôãÏj9 tûüÏZÏB÷sßJø9$# ÏM»oYÏB÷sßJø9$#ur ;M»¨Zy_ ̍øgrB `ÏB $pkÉJøtrB ㍻pk÷XF{$# tûïÏ$Î#»yz $pkŽÏù tÏeÿx6ãƒur óOßg÷Ztã öNÍkÌE$t«ÍhŠy 4 tb%x.ur y7Ï9ºsŒ yZÏã «!$# #·öqsù $VJŠÏàtã ÇÎÈ
Sesungguhnya kami telah membuka (kehidupanmu) dengan pembukaan yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang dulu maupun yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memberi kamu jalan yang lurus. Dan supaya Allah akan menolongmu dengan pertolongan yang terhormat (banyak). Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan di dalam hati kaum mukmin agar mereka terus bertambah keimanan ditambah keimanan (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah bala tentara (yang ada) di langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Supaya dia memasukkan kaum mukmin dan mukminat ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. dan yang demikian itu adalah suatu kemenangan yang besar dari Allah.

2)   Surat Al-Fatihah
       Sebelum membaca Surat Al-Fath 1-5 di atas, terlebih dulu kita membaca Surat Al-Fatihah yang ditujukan kepada;
1.    Nabi Muhammad SAW;
2.    Orang tua laki-laki (ayah) sebanyak satu kali;
3.    Orang tua perempuan (ibu) sebanyak tiga kali.
       Kenapa harus tiga kali?, karena orang tua perempuan itu tiga kali lipat tingkatan tingginya daripada orang tua laki-laki, sepanjang dia shalihah. Perempuan itu kalau do'anya mandi, ya mandi betul. Tapi kalau dia jahat, ya jahat betul. Kalau do'anya mandi sesuai dengan  اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ (Surga itu di bawah telapak kaki ibu), sedangkan kalau jahat, ya seperti seorang nenek sihir.
       Dengan membaca Fatihah di atas, niscaya akan tersambung lagi lingkaran ruh keluarga, sehingga ndak pretel (tercerai-berai) lagi. Sekarang ruh keluarga kan pretel, ibu, bapak, dan anak budal dhewe-dhewe, sehingga ruh keluarga semburat dan ruwet. Hal ini tidak seperti keluarga dulu yang guyup, saling dikenalkan mana Pak Dhe, mana Pak Lik, dsb. Jika keluarga tidak ada sambungannya, maka sambungannya adalah dengan membaca Surat Al-Fatihah. Jika anak bersekolah di tempat jauh, seharusnya dibacakan Al-Fatihah oleh orang tuanya supaya ruh mereka tersambung. Jadi Al-Fatihah itu seperti SMS, tapi lebih dalam lagi, karena Al-Fatihah itu SMS bathin, sedangkan kalau SMS lahir mungkin hanya dilakukan pendak terimo kiriman atau tidak kirim sama sekali. Surat Al-Fatihah ini berguna untuk merakit kembali rangkaian sambung-sambung gerbong kekeluargaan dalam satu rangkaian.
       Tidak ada rezeki yang lancar dan berkah tanpa hormat kepada orang tua. Kalau rezeki banyak, namun tidak berkah, itu ada (meski dia tidak hormat pada orang tua). Jika meminta rezeki yang banyak dan berkah, tanpa melalui ikramul walidaini (menghormati kedua orang tua) adalah tidak mungkin terjadi. Sama dengan pangkat bisa diperoleh tanpa birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua), tapi tidak mungkin seseorang memperoleh pangkat sekaligus derajatnya, jika tanpa disertai birrul walidain. Kenapa hal itu kok tidak bisa?, karena aturannya pengeran wis ngono. Itu adalah sunnatullah. Orang-orang besar yang mempunyai pangkat dan derajat, mereka bukan main berbaktinya kepada orang tua, terutama ibu. Mari kita rakit kembali gerbong keluarga secara ruh junudun mujannadat (bala tentara Allah SWT) melalui bacaan Surat Al-Fatihah.
         
B.   Do'a Agar Diselamatkan Dari Bencana
       Setelah itu kita mohon agar selamat dari bencana ini. Kalau kita mohon agar bencana ini berhenti, itu sik durung ukurane (masih belum kapasitasnya). Ibaratnya seperti orang yang ingin memberhentikan sepur (Kareta Api). Jika seseorang membawa sempritan, yang mandek sepure atau nyang bablas orang yang nyemprit?. Semua ini disesuaikan dengan ukuran kekuatan kita.
          Do'a di atas tadi ditambah dengan do'a untuk keselamatan dari gonjang-ganjing dunia, fitnah dan bencana dunia, kemudian kita menyebut Nabi-nabi Allah yang telah diselamatkan dari bencana. Penyebutan nama Nabi-nabi ini disebut juga dengan tawassul (via atau lewat perantara). Adapun tawassul yang bisa dilakukan ada 2 macam;
1.    Tawassul bil A'mal
(Tawassul dengan menyebut amal perbuatan kita sendiri).
Misalnya; "Ya Allah, mbok menawi diparingi rezeki, kulo saget amal jariyah. Janji ngono iku lek nggak dilakoni, yo nyuyut, karena sudah janji kepada Allah SWT)
2.    Tawassul bil Askhash
(Tawassul dengan menyebut nama orang).
Misalnya; " بِجَاهِ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم (Dengan perantara kemulyaan Nabi Muhammad SAW), mohon kabulkanlah do'a saya".
       Sekarang dalam do'a kedua ini kita akan menyebut deretan para Nabi dan Rasul yang telah diselamatkan dari bencana:
أَللَهُمَّ سَلِّمْنَا مِنْ أَفَاتِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْأَخِرَةِ، وَفِتْنَتِهِمَا، وَبَلِيَّتِهِمَا، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. يَا عَزِيْزُ يَا غَفَّارُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنِ. يَامَنْ أَجَابَ نُوْحًا فِيْ قَوْمِهِ، يَا زَائِدَ لِسَيِّدِنَا الْخِضِرِ فِيْ عِلْمِهِ، وَيَا مَنْ نَصَرَ إِبْرَاهِيْمَ عَلَى أَعْدَائِهِ، وَيَا مَنْ رَدَّ سَيِّدَنَا يُوْسُفَ عَلَى سَيِّدِنَا يَعْقُوْبَ، يَامَنْ كَشَفَ ضُرَّ أَيُّوْبَ، يَامَنْ أَجَابَ دَعْوَةَ زَكَرِيَّا، يَامَنْ قَبِلَ تَسْبِيْحَ يُوْنُسَ ابْنَ مَتَّى، نَسْئَلُكَ يا ألله، يا ألله، يا ألله، بِأَسْرَارِ هَذِةِ الدَّعَوَاتِ الْمُسْتَجَابَةِ أَنْ تَتَقَبَّلَ مَابِهِ دَعَوْنَاكَ، وَأَنْ تُعْطِيَنَا مَا بِهِ سَئاَلْنَاكَ، أَنْجِزْلَنَا وَعْدَكَ الَّذِيْ وَعَدْتَهُ لِعِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ. لاَإِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ (11). وَصَلَّّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ، وَبَارِكْ وَسَلّمْ أَجْمَعِيْنَ.



Ya Allah, mohon selamatkanlah kami dari keburukan-keburukan dunia dan siksa di akhirat, fitnah-fitnah dan musibah-musibah di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Engau adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wahai Dzat Yang Maha Perkasa, Wahai Dzat Yang Maha Pengampun, Wahai Tuhan Semesta Alam.  Wahai Dzat yang mengabulkan (do'a) Nabi Nuh atas kaumnya, Wahai Dzat memberi ilmu yang lebih kepada Nabi Khidhir, Wahai Dzat yang menolong Nabi Ibrahim dari musuh-musuhnya, Wahai Dzat yang telah mengembalikan Nabi Yusuf kepada Nabi Ya’qub, Wahai Dzat yang menyembuhkan (menghilangkan) penderitaan Nabi Ayyub, Wahai Dzat yang mengabulkan do’a Nabi Zakariya, Wahai Dzat yang menerima tasbih Nabi Yunus ibnu Matta, Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah, Kami memohon kepada-Mu melalui rahasia do’a-do'a yang mustajabah ini, semoga Engkau berkenan mengabulkan do’a-do'a kami, semoga Engkau berkenan memberikan apa yang kami mohonkan, dan semoga Engkau berkenan memudahkan penyampaian janji-Mu kepada para hamba-Mu yang beriman. Tiada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku benar-benar termasuk bagian dari orang-orang dzalim (11X) < sesuai dengan masa Nabi Yunus AS berada di dalam perut ikan selama 11 tahun >. Semoga Rahmat yang agung, barokah dan keselamatan senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, Nabi yang Ummi. Begitu juga kepada para keluarga dan shahabat beliau seluruhnya.
          Nabi Khidhir AS itu bisa mengetahui apa yang terjadi hari ini dan hari esok. Kalau kita tidak bisa mengetahui apakah besok akan serempetan atau tidak, bahkan apa yang akan dimakan esok hari saja kita tidak bisa mengetahui. Jadi, Nabi Khidir AS diberi ilmu futuralistik (ilmu mengetahui masa depan) oleh Allah SWT.
          Nabi Ibrahim AS bermusuhan dengan Raja Namrud. Kalau Namrud adalah raja, tentu seluruh negara akan ikut memblokade gerakan Nabi Ibrahim AS.
          Nabi Yusuf AS diceritakan telah dibunuh oleh srigala, kemudian dicemplongno ke dalam sumur, dijual, tinggal di lingkungan kerajaan sampai beliau menjadi raja, serta putus hubungan dengan keluarga beliau, toh akhirnya beliau kembali juga kepada ayah beliau, Nabi Ya'qub AS. Nabi Ya'qub AS sendiri karena begitu sedih atas kepergian Nabi Yusuf AS, beliau terus-menerus menangis sampai mengalami kebutaan. Setelah beliau ketemu dengan puteranya, Nabi Yusuf AS, beliau dilempari dengan baju Nabi Yusuf AS, setelah itu beliau kembali bisa melihat seperti sedia kala.
          Nabi Ayyub AS semenjak lahir sudah menderita sakit terus-menerus, bahkan sampai beliau diangat menjadi Nabi. Sakit yang beliau derita adalah sakit yang dijauhi orang-orang. Nah, pada ujung-ujungnya beliau juga disembuhkan oleh Allah SWT, yang menurut ukuran biasa, sakit beliau ndak mungkin sembuh.
          Nabi Zakariya AS sampai tua tidak mempunyai anak, padahal beliau sangat kepingin mempunyai anak, akhirnya beliau dikaruniai putera - Nabi Yahya AS – pada saat belliau sudah tuyuk-tuyuk (sangat tua) yang menurut ukuran biasa sudah tidak bisa mempunyai keturunan. Artinya, sesuatu yang tidak mungkin, menjadi mungkin.


          Nabi Yunus AS berada di dalam perut ikan selama 11 tahun, akhirnya beliau juga dikembalikan ke tepi pantai. Wong nek jerone iwan sewelas tahun, ukurannya sudah menjadi tele'e iwak (manusia berada dalam perut ikan selama 11 tahun, ukurannya dia sudah menjadi kotoran ikan). Setelah itu beliau dikembalikan ke tepi pantai dan diperintahkan untuk berdakwah kembali.
          Demikian juga dengan kondisi di Indonesia saat ini. Menurut ukuran biasa, sudah ndak mungkin lagi bisa diatasi. Misalnya; Porong tambah macet. Sopo sing iso ngelas porong lek mereteli?. Lek kakean lumpur ambles, sopo sing nyonggo?.
      
C.    Niat Yang Lurus Dalam Berdo'a Dan Beristiqomah Dalam Beramal Shalih
       Di dalam upaya menggapai istijabud du'a (terkabulnya doi'a), ada beberapa amaliah yang harus  dilakukan, yaitu:
1.    Niatnya harus bersih
2.    Suka menolong.
       Jika seseorang ingin tertolong di saat kesulitan, maka tawassulnya adalah dengan amal perbuatan. Dia harus suka menolong sebisa-sebisanya. Menolong dengan pikiran, badan, uang, tapi ojo meneng wae (jangan diam saja). Kalau ada kebanjiran, jangan diam saja karena dia tidak terkena banjir. Kalau ada omah kobongan, mudun tandang, ojo dumeh umahmu ora koboing. (Kalau ada rumah kebakaran, segera turun tangan, jangan acuh tak acuh karena rumahnya tidak ikut terbakar). Yang demikian ini adalah Tawasssul bil A'mal demi terkabulnya do'a kita. Kita ini kecil dalam iman, dalam ibadah dan kecil dalam kemampuan, oleh karena itu mari kita selamatkan lingkungan keluarga masing-masing terlebih dulu. Perkoro nanti Allah SWT memberi kekuatan yang lebih besar lagi potensinya kepada kita, ya Alhamdulillah.
          Do'a di atas adalah untuk memohon masa depan. Nah, Bapak-bapak yang sepuh-sepuh ini, masa depannya kan kuburan, maka dalam keadaan yang sulit ini, karena kita bertanggung jawab kepada keluarga, maka kita harus mendo'akan anak-anak kita supaya mereka mempunyai masa depan yang baik, sedangkan kita berdo'a agar masa depan kita adalah husnuh khatimah. Sangat baik kalau yang mendo'akan semua keluarga. Saya sendiri sulit melakukannya karena montang-manting begini, paling-paling ya nyuruh saja.
          Sekarang (Bulan Rabi'ul Awwal) sampai bulan Rojab nanti adalah saat-saat yang bahaya. Jadi 3 bulan lagi ke depan ini akan berat. Yang dimaksud berat di sini adalah kalau tidak sanggup menghadapinya, kemudian melakukan bunuh diri dengan ngombe racun. Kalau kuat, justru nekat ngerampok atau nyolong. Semua ini terjadi karena "kuat"-nya tidak pakai hidayah, "tidak kuat"-nya juga tidak pakai hidayah. Jadi, orang yang bisa bertahan dalam kondisi ini adalah mereka yang mendapatkan petunjuk dari Dzat yang menciptakan bencana itu sendiri. Misalnya; Anak dibunuh oleh ibunya sendiri, kemudian si ibu juga melakukan bunuh diri, ada yang karena jengkel sama suami maupun bingung tidak bisa nyekolahno anak. Timbangane anakku bodoh, mending mati saja. Sikap ini memang tumbuh dari kasih sayang ibu, tapi kasih sayang yang tanpa hidayah.
          Bencana yang terjadi ini seperti tampah seng nginteri untuk memisahkan antara las (beras yang kulitnya masih ada yang menempel) dan beras. Kondisi ini sudah tidak bisa lagi ditandangi, karena yang rusak, bukan cuma ekonomi, hukum, pendidikan, ekonomi, akan tetapi yang rusak juga pikiran manusia. Piye carane ndandani wong sing rusak pikirane?. DPR demo nggolek rapelan. Nde'e iku wis akeh duwite timbangane wong macul. Mestine ngurusi sing diwakili, kok malah ngurusi awake dhewe, nggono iku isih rumongso bener!. Jadi, yang rusak adalah pikiran manusia, sehingga tidak bisa ngitung benar-salah. Oleh karena itu, hendaknya tetap berdo'a dengan do'a di bawah ini:
أَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ، الْحَقَّ وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرنَِا الْباَطِلَ، الْبَاطِلَ وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar sehingga kami bisa mengikutinya, dan tunjukkanlah kepada kami bahwa yang salah itu salah sehingga kami bisa menjauhinya.
          Dengan do'a ini, semoga sing salah ketok salah. Sak iki, sing salah ketok bener, sing bener ketok salah. Semua ini terjadi karena pikirannya yang salah. Pikiran itu cuma gas, sedangkan accu-nya adalah hati. Kondisi ini mau diselesaikan dengan cara apa?, tentu saja kondisi ini ndak bisa kita atasi. Oleh karenanya, yang paling penting adalah menyelematkan diri kita dan lingkungan keluarga kita. Kalau Allah SWT sudah mengabulkan do'a kita, kekuatan kita akan lebih besar, dan kalau sudah mampu, kita bisa memperbaiki lingkungan yang lebih besar. Budalnya (berangkatnya) adalah dari keluarga, kalau nggak nggono, nggak iso. Karena yang diperintahkan di dalam Surat At-Tahriim : 6 adalah menjaga diri dan keluarga masing-masing;
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ

       Kondisi saat ini adalah ma'isyatan dhanka (kehidupan yang serba sulit). Karena hidup sumpek iki bareng dan salah bareng, maka ndak ono sing iso ngatasi kondisi ini. Oleh karena itu diperingatkan oleh Allah SWT melalui para makhluk-Nya antara lain; air, angin, bahkan beledek pun sudah mendapatkan porsi. Di Sumatra Barat ada rumah yang tersambar beledek di siang hari yang cerah tanpa hujan. Namun dengan kondisi seperti ini, manusia masih rumongso piye. Artinya; bencana ini masih belum nyampai pada tujuan tadzkirah (peringatan) dan 'uqubah (balasan). Kita ndak usah sombong, seakan-akan bisa, padahal wong podo nggak isone. Kita ndak boleh menyalahkan sini-sana, karena salah semuanya. Maka mari kita selamatkan lingkungan kita. Bahkan Nabi Nuh AS saja keluarganya juga ada yang terkena adzab. Insya Allah, zaman Nabi Muhammad SAW tidak sama dengan zaman-zaman para Nabi sebelumnya. Kalau zaman Nabi sebelumnya, umat yang durhaka ditumpas sampai habis, kalau kita ini dititili, seperti korban bencana di Aceh yang mencapai sekitar 200.000, di Porong sekitar 15.000 jiwa, dsb. Sedangkan jumlah penduduk Indonesia sendiri masih sekitar 200 Juta. Tapi, keri (ngeri) juga kalau kita dititili seperti ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Edufunia Right. Diberdayakan oleh Blogger.