4 tipe anak menurut al-Qur'an
Mendo’akan
seorang anak adalah suatu yang penting, namun sekarang sudah banyak yang melupakan
hal itu. Banyak orang tua mengira kalau anak hanya memerlukan makan, minum, sangu (bekal) dan sekolah. Padahal
kenyataannya, semua itu belum cukup, karena anak-anak kita memerlukan do’a kita
sebagai orang tua. Jika orang tua hendak mendo’akan putera-puterinya, maka dia
harus mendo’akan mereka satu persatu. Orang tua mesti mengetahui apa yang
dibutuhkan oleh masing-masing anaknya. Al-Qur’an telah menyebut anak dalam 4 tipe:
1.
Anak yang disebut Qurratu A’yun. Secara bahasa, kata Qurratu A’yun berarti; biji mata. Akan
tetapi yang dimaksud dengan anak yang Qurratu
A’yun adalah anak yang sudah beres dunia dan akhiratnya, yang beres hidupnya,
yang beres akhlaqnya kepada orang tua dan beres perilakunya terhadap
lingkungannya, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan alam. Istilahnya,
anak yang Qurratu A’yun adalah anak
yang jangkep (sempurna) agamanya, jangkep hidup dunianya, sehingga dia
akan memperoleh kebaikan di dunia maupun di akhirat (Fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah). Perumpamaan anak yang Qurratu A’yun adalah anak pintar, shalih,
berakhlaq mulia, bermanfaat dan bisa mengerti kondisi orang tuanya.
2.
Anak yang menjadi
hiasan (pepaes ; zinah). Anak tipe
ini adalah anak yang bisa dibanggakan oleh orang tuanya ketika di dunia saja,
karena kehidupan akhiratnya masih belum jelas. Misalnya anak yang menjadi
Bupati ataupun Gubernur. Seorang anak yang bisa dibanggakan oleh orang tuanya
sudah bisa disebut akan dalam kategori zinah
(perhiasan) ini, baik dia bisa mendatangkan manfaat maupun tidak. Perumpamaan
anak kategori zinah untuk saat ini
adalah peserta Indonesian idol, sekolahnya bernama Akademi Fantasi, dan isinya hanya
gaya, mejeng, pepaes, berbusa-busa dan fantasi belaka.
3.
Anak yang menjadi
fitnah, yaitu anak yang bisa mendatangkan fitnah untuk keluarga. Misalnya; Seorang
ayah mempunyai perilaku yang baik, namun tingkah laku anaknya tidak karu-karuan (berperangai buruk),
misalnya; mengonsumsi narkoba. Inilah yang kemudian diistilahkan dengan “anak polah, bopo kepradah”. Pada masa sekarang
juga berlaku istilah “bopo polah, anak
kepradah”, misalnya; Seorang ayah dikabarkan ditangkap polisi karena suatu
kasus, kemudian anaknya menjadi terkucil di sekolah. Meskipun demikian, yang
paling banyak terjadi adalah anak yang membawa fitnah bagi orang tuanya.
4.
Anak yang menjadi
musuh orang tua. Misalnya; Seorang akan ketika masih kecil dididik oleh orang
tuanya, ketika sudah besar, anak itu berani melawan, berkhianat, bahkan tega membunuh orang tua kandungnya sendiri.
Jadi, anak kita tidak cukup hanya dimodali
dengan materi, sekalipun materi adalah penting bagi mereka. Anak kita tidak
cukup dimodali dengan ilmu, sekalipun ilmu juga sangat penting bagi mereka.
Selain materi dan ilmu, anak kita harus dimodali satu hal lagi yaitu dimohonkan
ampun serta dido’akan secara rutin. Mudah-mudahan kita semua diberi keluarga
yang sakinah, keluarga yang di dalamnya ada suami yang bertanggung-jawab, istri
yang taat, anak-anak yang shalih dan abrar
(tidak ngisin-ngisini), cukup sandang, cukup pangan, rezeki yang berkah,
hidup di dunia luas dan cukup, serta menghadap kepada Allah SWT dalam keadaan Husnul Khatimah. Amiin.
Di
dalam hari-hari maghfirah ini, yang pertama kali harus kita lakukan adalah
mohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa-dosa. Kemudian yang kedua adalah
kita mohonkan maghfirah (ampunan)
kepada Allah SWT untuk para leluhur kita, baik yang sudah wafat maupun masih
hidup. Kita mendo’akan mereka dengan cara mengirim Fatihah serta do’a. Leluhur
yang sudah wafat dido’akan supaya semua
amal mereka diterima di sisi Allah SWT dan semua dosa-dosa mereka diampuni
oleh-Nya, sedangkan leluhur yang masih hidup, kita do’akan semoga mereka diberi
kehidupan yang jembar (luas) yang di
dalam bahasa Al-Qur’an disebut dengan Dzu
sa’atin. Yang dimaksud dengan kehidupan yang jembar adalah luas pikiran, hati dan rezekinya. Orang-orang yang
rajin mendo’akan leluhur, niscaya akan rajin dido’akan oleh anak-cucunya. Sama
dengan orang yang suka melayat jenazah, maka ketika dia meninggal dunia, tentu
banyak orang yang melayat untuknya. Begitu juga dengan orang yang suka membaca
tahlil (bagi yang mau tahlil) untuk orang yang wafat, maka dia akan ditahlili
ketika sudah wafat.
htr nuhun ustazd tambah wawasan ku,
BalasHapusRobbi habli minash-sholihin, Tuhanku berikanlah kpadaku keturunan yang salih dan salihah, Aamiin !
BalasHapus