Upaya Muhasabah
diri
Catatan pesantren bersama abah hasyim
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qà)®?$#
©!$#
öÝàZtFø9ur
Ó§øÿtR
$¨B
ôMtB£s%
7tóÏ9
( (#qà)¨?$#ur
©!$#
4 ¨bÎ)
©!$#
7Î7yz
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.(al-hasyr ayat 18)
Bersikap jujur
terhadap diri sendiri adalah tidak mudah. Ada orang yang melihat dirinya lebih
dari ukuran yang sesungguhnya, dan ada orang yang melihat dirinya lebih rendah
dari ukuran yang sesungguhnya. Oleh karena itu, inti dari muhasabah adalah bersikap
jujur dalam melihat dirinya sendiri dan melihat diri kita dengan benar dan tepat.
Para ulama’ berkata;
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ،
عَرَفَ عُيُوْبَهُ
Kalau kita mau melihat diri kita
dengan jujur, niscaya kita akan mempunyai kejujuran kepada Allah SWT dan mengerti
terhadap ketentuan-Nya. Para ulama Salafusshalih
telah membantu kita untuk bisa bersikap jujur terhadap diri sendiri. Mereka telah mengajarkan 3 jenis bacaan
yang harus sering kita baca.
1. Istighfar
أَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ، اَلَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ
إِلَيْهِ
Kita harus berusaha agar ucapan istighfar tersebut bisa kita rasakan, bukan
hanya sekedar diucapkan dengan lisan.
2.
Agar kita cepat menuju kepada Allah SWT, maka yang sebaiknya kita baca adalah:
حَسْبُنَا اللهُ
وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ، نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ، وَلاَ حَوْلَ
وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْم
3. Mengikuti
teladan Nabi Yunus AS.
Nabi Yunus AS pernah dikungkung oleh Allah
SWT selama 9 tahun di dalam perut ikan. Kungkungan tersebut bisa berarti
dzahiriyah ataupun maknawiyah. Kungkungan secara dzahiriyah berarti badan kita
yang dipenjara, sedangkan kungkungan secara maknawiyah adalah hati kita yang
dipenjara. Ketika hati kita telah terkungkung, maka kita tidak mampu melihat
diri kita sendiri, sehingga kita mempunya sikap GR (Gedhe Rumongso) atau KR (Kekecilan
Rumongso). Sikap yang paling benar adalah bisa merasa, bukan merasa bisa. Adapun do’a
yang dipanjatkan oleh Nabi Yunus AS ketika berada dalam perut ikan adalah:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ
أنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
Berdasarkan
kisah di atas, maka harus ada pengakuan terhadap kedzaliman yang pernah kita
lakukan. Nabi Yunus AS saja masih mengaku salah, apalagi kita yang tidak
berstatus sebagai Nabi. Oleh karena itu, kita harus mengakui kedzaliman
terhadap diri sendiri ataupun terhadap orang lain. Contoh kedzaliman terhadap
diri sendiri adalah; Berjudi, minum minuman keras, dll.
Akhirnya, marilah kita membaca
3 bacaan di atas sedapat mungkin dan tidak perlu memakai hitungan ketika
membacanya, karena kesalahan atau dosa yang harus dibersihkan jumlahnya sudah terlalu
banyak. Oleh karena itu, semakin banyak membaca bacaan-bacaan di atas, maka
manfaatnya semakin baik.
Jika kita tidak mampu
melafalkannya dalam bahasa Arab, maka kita boleh mengakui dosa-dosa kita dengan
menggunakan bahasa Jawa ataupun bahasa Indonesia. Hal itu lebih baik daripada
tidak mengakui kedzaliman yang kita lakukan, apalagi Allah SWT adalah Dzat Yang
Maha Mengetahui terhadap semua bahasa. Meskipun demikian, kita harus berusaha
untuk melafalkan do’a-do’a di atas dengan kalimat ma’tsurah yang pernah diucapkan
oleh Rasulullah SAW).
Marilah kita bersama-sama
mengurangi dosa-dosa kita. Jika kejelekan kita sudah turun kadarnya, maka kebaikan
kita akan naik dengan sendirinya, sebagaimana teori bejana berhubungan. Jika
kita mampu melakukannya, Insya Allah kita akan diberi fadhal (keutamaan) oleh
Allah SWT. Yang dimaksud dengan fadhal adalah kelebihan kita di atas rata-rata.
Kemudian jika kita sudah dinilai mampu menerima fadhal (keutamaan), maka kita
akan memperoleh ma’unah (pertolongan) dari Allah SWT. Mau’nah inilah yang
membuat kemampuan dan efektifitas kita bisa melebihi kekuatan diri kita yang sesungguhnya.
Misalnya; Biasanya kita hanya mampu mengangkat beban seberat 10 Kg, tiba-tiba kita
mampu mengangkat beban seberat 20 Kg. Maka tambahan 10 Kg tersebut bukan disebabkan
kehebatan kita, melainkan karena mau’nah dari Allah SWT.
Mari bermuhasabah...
0 komentar:
Posting Komentar