Minggu, 26 Januari 2014

Elfrida Aisha Azzakiya : Mahasiswi kritis FE UM

1
~*Elfrida Aisha Azzakiya : Mahasiswi kritis FE UM*~

Pagi ini kota Malang begitu dingin, kabut berarakan terbang rendah, hembusan angin seolah bekerjasama menambah dinginnya kota pendidikan ini. Jam tanganku menunjukkan 07:45 Aku belum sarapan, dinginnya Malang menuntutku untuk segera mengisi perut karena jika kosong dikhawatirkan masuk angin. Aku menuju ke kantin FIP yang tak jauh dari fakultasku.
“Tahu telor satu bi, minumnya susu hangat” Pintaku pada bibi.
“Oke” Tukasnya.
Kantin FIP cukup ramai, ada dua kursi kosong di pojok. ku menuju dan duduk kursi tersebut, sambil menunggu pesanan ku buka tablet membaca referensi tesisku.

“Mas..! mas Zaenal.!!”
Telingaku menangkap ada suara memanggilku. Ku sisir pandanganku seisi kantin, ada gadis melambaikan tangannya seraya tersenyum, matanya yang bening menatapku penuh binar, rambutnya lurus terurai, wajahnya pualam, berdagu lancip dan berpipi lesung ketika tersenyum. Dialah Aya, Elfrida Aisha Azzakiya mahasiswi teknologi hasil pertanian UB yang kecantikannya menjadi diskusi mahasiswa-mahasiswa. banyak yang menjulukinya ‘Si Cantik Dari Pulau Dewata’ pernah ku stalking facebooknya Ayahnya berasal dari keturunan arab dan pengikut thariqah qadariyah1 sedangkan ibunya berasal dari banyuwangi masih keturunan putri kerajaan blambangan. Sempat ku membaca membaca majalah kampus komunikasi Aya mewakili Fakultasnya mengikuti lomba olimpiade Hasil pangan di UNS dan meraih juara 1. Dia menuju ke arahku dan sepertinya hendak menyalamiku. Sebelum ia menjulurkan tangannya ku telengkupkan kedua tanganku di dada. Aku tak bisa menyentuhnya. ku ucapkan salam mendahuluinya.

“Assalamualaikum Aya, How are you” tanyaku basa-basi.
“Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah amazing mas, makasih atas saran-saran kemarin” jawabnya dengan penuh semangat.
“Eih, saran apaan?” tanyaku bingung.
“Saran PKM-M kmaren, Alhamdulillah udah didanai” jelasnya.
“Oh itu, forget it..!”
“Ada yang ingin Aya konsultsikan terkait pemenangan pemilu malang raya, boleh Aya duduk mas” Pintanya.
Aku teringat masa-masa S1 aktif di Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Malang sebagai menteri agama dan kawan kelasku Ahmad Hawanto sebagai presiden EM, sejenak ku berpikir diskusi ini akan cukup memakan waktu. Aku merasa g’ enak jika berdua saja, takutnya muncul gosip. apalagi Aya memang menjadi buah bibir mahasiswa bahkan mahasiswi.


“Kok bengong mas?” pertanyaan Aya menyadarkanku.
“Ya silahkan, mas jadi inget masa-masa aktif di EM Universitas” Kenangku.
Bibi mengantarkan makanan Pesananku, ku tawari Aya makan dia hanya pesan minuman, Hot Lemon Tea.
“Sebelumnya Aya konsultasi mas, boleh Aya bertanya yang lain? Serasa ada yg aneh dari mas Zaenal dr kebanyakan cowok ” tanyanya penuh analisis.
“Aneh apa’an.? Ya udah silahkan tanya, selama mas bisa jawab”
“Kenapa mas g’ mau salaman sama cewek?” tanyanya singkat.
Tak ku duga ternyata Aya bertanya sesuatu yang bersifat prinsipil tentang diriku, aku enggan menjelaskan panjang lebar. Ku jawab sekenanya.
“Soalnya yang paling sayang sama mas Zaenal melarang itu” jawabku singkat.
“Pacar mas melarang itu? Kenapa ? alasan dia apa?” tanyanya penasaran.
Dan begitulah manusia kritis jika mendapat larangan seringkali reaksi yang pertama kali timbul adalah justru penasaran ingin tahu. Ada apa dilarang? Kenapa dilarang?
“Aya kan tahu mas sering diledekin jomblo dan g' pernah pacaran ama cewek” balasku.
“Mas Zaenal masih normalkan?” tanyanya setengah curiga.
Memang jawabanku terlalu singkat dan diksinya kurang tepat sehingga penangkapan dan pemahaman Aya tak sesuai yang ku maksud.

Astaufirullah, mas ini terlahir dari seorang wanita, tumbuh besar dalam kasih sayang wanita, jatuh hati karena wanita, merasa berarti karena wanita dan merasa sempurna karena wanita, sungguh tidak ada alasan untuk tidak mencintai wanita” jawabku setengah berpuisi.
“Asyeek, Trus kenapa g mau salaman sama wanita?” kejar Aya.
“Karena kalo nyentuh wanita, penyakit asma mas kambuh” candaku sambil tertawa.
Aya tersenyum manis… manis sekali, lebih manis dari tadi… lesung pipinya lebih jelas di wajah beningnya, terlihat gigi putihnya yang gingsul. Diam-diam aku mengagumi kecantikannya tapi aku tak mau dia tahu, aku juga tak mau dia tahu kalo kecantikannya mengintimidasi diriku, Harus ku akui itu. Aku tak ingin kesalahan fatal pria terjadi pada diriku. Kesalahan fatal seorang pria adalah bertekuk lutut dihadapan kecantikan wanita. Sebagai pria yang termasuk makhluk visual bolehlah kita menimati kecantikan wanita tapi jangan sampai terpedaya apalagi dikendalikan olehnya. Aku menunduk tak menatap Aya, hatiku berguman biar diriku dan Allah saja yang tahu tentang ini. Aku tersenyum sendiri dengan keunikan diriku.

“Mas Zaenal humoris juga ya... tapi Alasan yang bener apa?” Kejar Aya lagi.
“Iyaa dunkz, kalo mas nyentuh tangan halus seorang wanita hal itu akan membuat mas depresi, mudah nangis, insomnia, kehilangan konsentrasi dan nafsu makan, sakit perut, pusing-pusing, dan mudah linglung.” Jelasku masih dengan bergurau. Menjawab masalah prinsipil memang enaknya dengan humor dan candaan.
“Hu'uh, mas Zaenal gurau terus, Aya nanya beneran ini” Kesalnya.
Mimik wajahnya serius, tergurat sedikit kecewa. Sekilas ku pandangi wajahnya yang tetap cantik meski cemberut. Didepanku ini adalah mahasiswi paling kritis yang pernah ku ketahui. Aku tahu sendiri ketika Aya membantai pemateri karena dinilai menjelek-jelekkan tokoh idolanya dan Aya mengajukan pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh pemateri tersebut. Ku putar memoriku lagi, siapa dan bagaimana kepribadian seorang Aya. Aku harus menyesuaikan jawabanku dengan kecendrungannya. Iya, dia gadis cantik, kritis, sedikit galak, mahal, dikenal sombong dan dipenuhi pujian dr Fansnya. Namun wajar kalo Aya sombong karena sedikit keramahannya bisa membuat cowok kege’eran. Wajar juga kalo Aya jual mahal karena berlaku “hukum permintaan” semakin tinggi permintaan (harapan cowok), semakin mahal harga suatu tersebut (Aya)” dan wajar kalo Aya sedikit galak karena banyaknya yg ingin kenalan dan menggodanya. Meski hanya sedikit informasinya yg kusimpulkan tentang Aya, aku mencoba menjawab.

“Mas jawabnya sambil bercerita ya, Aya tahu kan dalam ilmu ekonomi dikenal hukum Gossen” kataku mengawali penjelasan.
“Iya, Jika pemuas terhadap suatu benda berlangsung terus-menerus, maka mula-mula kepuasan mencapai titik tertinggi. Namun makin lama akan makin menurun hingga mencapai titik nol.” Aya menjawab dengan lancar.
“Hal tersebut juga berlaku dalam sifat dasar manusia dalam love and relationship” jawabku mantab.
“Hmm… trus..?” Timpal Aya.
“Mas mulai ceritanya, Sewaktu Mas MTs dan Aliyah, mas belajar di sekolah yang berbasis gender, putra putri dipisah tepatnya di Pesantren Genggong Probolinggo. Teman sekelas semuanya putra. Waktu MTs itu, jika mas melihat seorang siswi serasa melihat mahluk luar angkasa yang begitu indah, pernah di suatu acara penganugrahan 10 siswa terbaik di MTs mas Zaenal terpilih sebagai siswa terbaik dan putra  satu-satunya. Acara tersebut digedung putri, ketika mas masuk ke ruangan acara, mas melihat beberapa siswi, mas Zaenal deg-degkan lalu lari keluar ruangan dan g’ berani masuk lagi namun ketika kuliah di Malang mas tak pernah merasakan itu lagi, begitu banyaknya cewek mulai dari yang berpakaian tertutup sampai yang hampir telanjang.” Sejenak aku menghela nafas. Ku lanjutkan penjelasanku.
“Ingin sekali mas ngasih saran bagi para wanita, janganlah pamer lekuk tubuh di depan lelaki. Karena kalo keseringan, impulsnya akan memudar. Jika itu terjadi, maka wanita akan menambah ‘dosis seksinya’ dan seterusnya sampai suatu saat untuk menarik perhatian pria, wanita berlomba untuk telanjang. Oh iya ada lagi, perempuan itu punya insting suka pamer. Perasaannya akan berbunga-bunga beraneka warna kalau sudah dipuja-puji. Oleh karena itu, pakaian seksi yang terbuka di sana sini pun dipakai demi meraih setitik pujian.  Padahal, banyak laki-laki justru penasaran kalau melihat wanita manis tapi berbalut pakaian yang sopan tertutup.” Jelasku. Aya mengangguk-angguk kecil dahinya mengernyit dan matanya bergerak ke kiri tanda dia menganalisis penjelasanku. Ku lanjutkan penjelasanku.

“Setiap orang punya prinsip. Semakin dalam ilmu dan keyakinannya akan semakin kuat prinsipnya. sepakat?"
"Sepakat" Kata Aya sambil mengangukkan kepala. Saat itu Aya tidak hanya memandang Zaenal sebagai mahasiswa bisnis dan manajemen, tapi juga memandang Zaenal sebagai seorang santri, Yups… seorang Santri Metropolis Firdaus Malang.
“Aya punya prinsip, Mas Zaenal juga punya prinsip dan prinsip itu berdasarkan bukti kebenaran yang terjadi hingga menjadi suatu keyakinan. Ada suatu ajaran yang sepenuhnya mas yakin, tidak ada keraguan didalamnya yaitu ajaran Al-Qur’an serta As-Sunnah yang dibawa oleh nabi Muhammad. Salah satu ajaran dalam Al-qur’an dan As-sunnah adalah tentang menjaga kesucian. Kesucian niat, pikiran dan perbuatan, kesucian lahir dan kesucian batin termasuk kesucian hubungan antara laki-laki dan wanita. Terkait bersalaman atau bersentuhan dengan wanita yang bukan muhrim imam fikih 4 madhab (Syafi’i, Maliki, Hambali dan Hanafi) sepakat bahwa hal tersebut haram, bahkan imam syafi’i yang dikenal paling hati-hati dan dianut oleh kebanyakan masyarakat indonesia menyatakan bahwa memandangpun g’ boleh, bisa diperbolehkan jika ada niat untuk menikahinya.  Tapi ada ulama kontemporer terkemuka asal mesir yang menfatwakan bahwa menyentuh wanita yang bukan muhrim itu boleh, namun persyaratannya sangat ketat yaitu asal tidak ada syahwat atau wanita yang sudah tua sudah berhenti mesntruasi hingga tak punya hasrat seksual lagi. makanya kepada ibu Prof.Suarmiatin yang telah berumur 51 tahun mas Zaenal salim dan ikum2 pada beliau dan kepada ibu Dr.Maziatul Hasanah mas g’ salaman, karena beliau Doktor termuda di FE UM yang usianya masih 28 tahun. Dan kepada Aya tak usah mas sebut termasuk dalam kategori mana, karena tak usah menyentuh, memandang wajah Aya yang jelita bisa mengintimidasi keberanian cowok meski hanya sekedar menyapa Aya, nyali mereka menciut dan salah tingkah.” Pujiku pada Aya. 


Sekilas ku pandangi Aya dia menunduk malu tersipu sudah tak ada lagi gurat kecewa setelah mendengar penjelasanku ini, pipi wajah putihnya kemerah-merahan. Mungkin seperti ini kecantikan Siti Aisyah istri nabi Muhammad yang mendapat gelar humaira3. Aku enggan meneruskan penjelasanku, aku enggan juga banyak bicara didepan wanita karena wanitalah yang biasanya banyak bicara dan suka curhat. Sebagai pria seharusnya banyak mendengarkan wanitanya bukan banyak omong di depan wanita. tapi aku tak mau terjadi kesalahpahaman, ku lanjutkan penjelasanku. Sementara Aya masih menunduk tersipu malu. Pikirannya melayang.

“Mas harap Aya tidak kecewa apalagi merasa tidak dihormati ketika mas tidak menyentuh Aya, justru itulah sesungguhnya bentuk penghormatan laki-laki kepada wanita dengan tidak menyentuh sembarangan, contohnya Si Ratu Inggris Elisabeth, tak semua orangkan bisa menyentuhnya, betulkan? Justru yang gampang disentuh dan dijamah adalah mereka yang bisa dibeli ‘kehormatannya’ dan lagian Aya bukan HP TouchScreen yang bisa disentuh-sentuh. Dan terlebih memang ada keinginan dari Idialisme Mas Zaenal untuk ingin menjaga kesucian diri seluruhnya. Mas ingin menghadiahkan kesucian ini kepada isteri mas kelak. Biar dialah yang menyentuhnya pertama kali. Biar dialah yang akan menenangkan jiwa dan raga ini dengan sentuhan-sentuhan lembut yang mendatangkan pahala dan kebahagiaan sejati. Itulah prinsip yang mas yakini. Mungkin Mas Zaenal dikatakan pemuda kaku, tak sesuai zaman atau kudet sekalipun, Mas tak peduli. pikiran, perasaan, sayang, cinta serta hati mas telah mas serahkan pada Sang Maha Cinta dan mas sudah tidak lagi main hati dengan aturanNya. I totally Put My Trust in Allah”. Aku menjelaskan panjang lebar. Aya mendengarkan dengan seksama. Ia belum pernah mendengarkan penjelasan tentang itu sebelumnya. Dan kulihat matanya berkaca-kaca, tatapannya teduh dan dari sepasang mata jelitanya, ku tangkap ada binar yang terasa beda. Entah, aku tak sepenuhnya bisa memahami.
Sejenak aku dan Aya terdiam, suasana sedikit kaku. Aku tak tahu apa yang Aya pikirkan dan rasakan. Ku mulai berbicara agar suasana kembali mencair.

“Menurut kebanyakan cowok Aya itu cantik, tapi kalo menurut mas Zaenal kecantikan Aya yaaahh standardlah” ucapku datar sedikit meledek.
“Iyaa??” Aya sedikit kaget mungkin aku orang pertama yang bilang kecantikannya biasa saja dan Mungkin aku berbohong bilang kecantikannya standard. Tapi maksudku kecantikannya standard pramugari, standard Miss Universe sederhananya standard bidadari tapi aku tak mengungkapkannya lengkap, aku ingin ngerjain cewek satu ini yang penuh sanjungan dan selalu dipuji oleh banyak orang.
“Iya betul, tak ada manusia yang sempurna. jika kita menemukan seseorang yang sempurna, mungkin kita belum mengenalnya dengan baik. banyak kekurangan dalam diri Aya yang mas Zaenal lihat” tegasku.
“Apa mas? Kasih tahu Aya?” desak Aya. Ya begitulah si perfeksionis Aya. Menurutku ada bagusnya si perfecsionis ingin sesuatu terlihat sempurna tapi si perfeksionis terlalu resah/panik jika ada kekurangan. Aku merasa menang atas Aya. Hehe…
“Aya pernah lihat film titanic” tanyaku.
“Iya”
“Pas tenggelam, knapa yang diselamatkan wanita dulu dan anak-anak baru kaum pria?” pancingku
“Karena wanita perlu diselamatkan” jawabnya.
“Emang laki-laki tak perlu diselamatkan?” balasku.
“Karena laki-laki lebih kuat untuk bertahan hidup” timpalnya lagi.
“Emang manusia mana yang bisa bertahan di dinginnya samudra atlantik utara” tanggapku lagi.
“Karena wanita akan meneruskan keturunan” jawabnya lagi.
“Emang wanita bisa meneruskan keturunan tanpa laki-laki”
“Iya g’ bisa, tapi kan kalo wanita selamat bisa nyari laki-laki lain” Aya, mempertahankan jawabannya.
“Iya sama, kalo laki-laki selamat dia bisa nyari wanita lain, ntoh jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki” balasku.


Aya mulai terdiam. Dia tidak menjawab dan tidak bisa mempertahankan pendapatnya. Untuk pertama kalinya Aya bukan seperti Aya yang kukenal kritis dan rijit4 dalam menganalisis suatu masalah. Atau karena dia sedang dalam keadaan tersentuh emosinya. Aku merasa bersalah. Dalam keadaan emosi, memang salah besar mengajak wanita berlogika. Dalam keadaan emosi, akal wanita melemah. Itulah penjelasan mengapa perkataan laki-laki dianggap talak dan wanita tidak, karena dalam kondisi emosi tertentu wanita cendrung mudah kesal dan marah sehingga tak terkendali ucapannya. Ku putuskan untuk pindah topik percakapan.

“Tadi Aya kesal karena banyaknya cowok yang ganggu Aya, kok sering banget ya mereka ganggu Aya?” tanyaku.
“Iya karena cowok mata keranjang yang kurang kerjaan itu mas, cowok looser yang kerjaannya suka ganggu dan godain cewek, coba kalo cowok kayak mas Zaenal yang bisa menghormati dan mengerti cewek” jawab Aya penuh emosi, kini gilirianku yang tersanjung dibilang aya bisa menghormati dan mengerti cewek, meski tak sengaja memujiku, tapi sungguh aku begitu tersanjung. bisa mengerti wanita adalah prestasi tertinggi seorang pria melebihi juara karya tulis, menjadi mawapres atau tulisan lolos di jurnal international. Hehehe… Aku pegang kepalaku yang kayaknya tambah besar. Lidahku kram hampir kehabisan kata-kata secara tak sengaja dipuji Aya, cepat-cepat ku kendalikan emosiku. Ku lanjutkan dengan pertanyaan analogi.

“Aya suka Ikan ga’?” tanyaku spontan. Sengaja ku bertanya dengan topic yang tak terkait dengan topic sebelumnya karena Pertanyaan yang tidak terkait dengan topic sebelumnya akan merusak pola pikir komunikasi sehingga lawan bicara menganggap kita telah selesai mempermasalahkan topic sebelumnya.
“Iya, suka. kenapa mas?”
“Mengapa Aya suka ikan” tambahku.
“Karena protein ikan yang tinggi baik untuk otak dan otot” jawabnya padat.
“Kalo ada kucing yang nyuri ikan, bisakah sepenuhnya kita menyalahkan si kucing?” Pancingku.
“Ya, tidak selalu mas, kalo kita menaruh ikannya sembarangan atau naruhnya tidak ditutup yaa… kita ikut andil dalam kesalahan itu” Jawab Aya.
“Kalo ada temen mas yang ikannya sering dicuri kucing, dia menaruh ikannya di tempat sembarangan misal diatas meja dan tidak menutupnya. Dia marah-marah dan mengeluh mengapa si kucing yang nakal dan kurang ajar itu g’ pernah insyaf untuk mencuri ikan. Bagaimana sikapnya menurut Aya?” Pancingku.
“Ya g’ bijak bangetlah mas, atau bisa dikatakan juga kurang mikir juga kali, udah pasti kucing kalo ketemu ikan, ya pastilah dimakan” Jawab aya bernada sedikit meremehkan. Begitulah orang kritis, terkadang omongannya pedas namun jujur dalam mengoreksi kesalahan orang lain.

“Pernahkan Aya merenung, mengapa cowok sering mengganggu Aya?” tanyaku dengan nada tegas.
“Pernahkah Aya berpikir apakah seorang Aya juga tidak ikut andil dalam gangguan itu, dan pernahkah Aya juga merenung mengapa si ukhti Dhisya yang anggun itu jarang diganggu?” Aya tersentak mendengar pertanyaanku. Aku yakin tidak sulit dibagi Aya untuk mengerti maksud pertanyaan analogiku.
“Aya tidak suka diganggu kan?” tambahku. Dia hanya mengangguk.
“Lalu mengapa Aya berpenampilan seperti seorang cewek yang kurang diperhatikan hingga menampakkan ‘sesuatu’ memang mudah mendapatkan perhatian cowok” lanjutku. Aya mulai menunduk.
“Aya itu yunior mas Zaenal, mas tahu bahwa Aya kritis. Mas tahu ketika aya menyangkal argument pemateri yang dangkal walaupun itu benar. Namun Aya tetaplah wanita, tidak akan sepenuhnya mengerti bagaimana sudut pandang laki-laki. Ayaa… ingat kata-kata ini, laki-laki yang tertarik karena penampilan seksi wanita biasanya karena ada ketertarikan seksual semata dan segera hilang dari benak mereka karena wanita tersebut memang terkesan murahan, namun wanita yang berpakaian sopan lagi berhijab akan melekat dalam pikiran cowok bahwa wanita tersebut elegan, bernilai dan pandai menjaga diri”. Aya terdiam membisu, matanya berkaca-kaca.

“Tanyakan pada semua laki-laki pasti dia sepakat menginginkan wanita yang shalihah,  tanyakan pada lak-laki baik yang keras maupun sangat lembut dalam menghadapi wanitanya, pasti dia menginginkan wanita yang patuh, karena secara naluri pria menginginkan wanita yang patuh dan yang terakhir tanyakan pada laki-laki mulai dari yang paling alim sampai yang paling playboy sekalipun pasti dia ingin wanita yang pandai menjaga kehormatan dirinya. 3 hal tersebut: Shalihah, patuh dan pandai jaga diri itu tlah disebutkan dalam Al-Qur’an an-nisa ayat 34, Fashsholehatu qoonitaatun haafizhotun lilghobi bimaa hafizhollah.” Ucapku mengakhiri dengan Ayat Al-Qur’an. Aya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
aku mengeluarkan dua permen, satu ku buka bungkusnya satunya tidak. ku lempar dia atas meja yg tidak terlalu bersih,

"Aya, Silahkan ambil salah satu" ujarku. Aya mengambil yang masih terbungkus.
"Pilihan yang tepat, semoga pilihan tersebut menjadi prinsip Aya apapun kata manusia lainnya" Saranku.
“Terimakasih mas, Aya pamit dulu” ucapnya serak dan mata beningnya sembab, dia berdiri.
“Eh, sebentar... Diskusi Pemilra BEM nya gimana?” tanyaku.
“Kapan-kapan aja mas, Assalamualaikum…” Aya berbalik dan melangkah pergi.
“Aya tunggu dulu” desakku. Aya tetap melangkah pergi meninggalkanku, dari jarak beberapa langkah kulihat ia mengusap matanya, ia menangis. Hatiku berguncang ketika melihat wanita menangis, terlebih ia menangis karena perkataanku. Aku bingung, Apakah aku menyakitinya? aku beristighfar dalam hati. Berkali-kali ku meminta ampun pada Dzat yang menguasai hatinya. aku belum menjawab salamnya,
"Wa'alaikumsalam Aya".

******************
lanjut cerita selanjutnya. silahkan klik link berikut:  2. senyum manis aya

6 komentar:

  1. waalaikumsalam,
    oh hal ini juga yang didiskusikan tadi malem ya. sayang sekali karena diistirahatkan sementara oleh Sang pemilik waktu jadi tidak bisa ikut diskusinya.

    hemm, kalo berjabat tangan tidak boleh, bagaimana pendapat ustad tentang berkhalwat? bkannya ketika duduk berdua begitu juga dikatakan berkhalwat. dan ketika memandang dan mengagumi seorang wanita seperti itu, walaupun hanya Allah yang mngetahui (pada awalnya). itu bagaimana hukumnya?

    hem, terkait mbak aya. "terkadang memang tidak semua yang kita perlu sampaikan, kita sampaikan di satu waktu". kalo saya jadi mbak aya, mestinya sangat malu ketika disampaikan berbagai analogi dari ustd. bagaimanapun perasaan malu seorang wanita itu lebih tinggi. ya tapi bagaimnapun semoga hidayah menyertai mbak aya :)

    BalasHapus
  2. sukron atas masukannya, semoga ukhti segera sembuh dan bisa berdiskusi lagi. untuk berkhalwat jelas g boleh. (jawabannya ada di cerita no 2, udah nerusin bacanya belum. hehe... promosi. itu adalah kelunturan idealisme) namun pada cerita diatas kantin dalam keadaan rame jadi sulit untuk mengatur duduk untuk berdiskusi.
    si Aya itu orangnya kritis jadi g bisa kalo dinasehati secara normatif apalagi cuma dibilang halal/haram. dia juga sedikit penganut faham feminisme. alhamdulillah aya ntar ceritanya di akhir dapet hidayah dan berhijab. semua cerita ini hanya untuk pembelajaran, mohon do'a agar bisa nyelesain cerita ini. :-)
    sukron commentnya.... and thanks dah berkunjung di blog ana. ^_^

    BalasHapus
  3. aamiin, syukron.
    belum baca..hehe
    wah barakallah buat mbak aya nya :)
    semoga beliaunya bisa istiqomah. hemm, bagus juga kalo dibuat novel perjalanan berhijab gtu..^^

    BalasHapus
  4. iya ukh makasih masukannya, minta doa semoga tak berpura-pura sibuk dengan tugas kuliah terus. hehe... alhamdulillah Aya dah berhijab. tinggal nulis cerita lanjutannya yang belum. skali lagi mohon do'anya.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Edufunia Right. Diberdayakan oleh Blogger.