Minggu, 24 Agustus 2014

TAFSIR LAGU SEBELUM CAHAYA DENGAN METODE Q&A

TAFSIR LAGU SEBELUM CAHAYA DENGAN METODE Q&A DI UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Oleh: @Zaenal_Edufunia
 
Noe di Masjid Al-Hikmah UM (kamera Hp samsul young 2 MP)
Saya mengenal dan menjadi penikmat lagu Letto sejak SMA sampai S2 ini, jika ditanya kepada adik yuniorku musik yang sering terdengar dari laptop mas Zaenal, mungkin jawabannya adalah Maher Zain dan Letto (tidak termasuk Al-Qur’an). Entah mengapa meski tak tahu pesis makna lagu tersebut (karena memang puitis dan metaforis) saya suka mendengarkannya, liriknya yang filosofis, iramanya begitu harmoni dan enak didengar. Sebut saja lagu Sandaran Hati, Ruang Rindu, Bunga Di Malam Itu cinta... bersabarlah Dan Sebenarnya Cinta. Lagu dari abang Noe dkk Bisa membuat hati terasa lembut, masuk dan larut dalam alunan melodi. Lagu-lagu tersebut bisa menambah daya sensitifitas diri untuk menyelami palung hati terdalam. Terlebih lagu-lagu letto Cocok kalau lagi galau atau menggalaukan diri. Hehe....
Baru setelah saya bertanya langsung pada abang Noe, baru Saya berani memulai menafsiri lagu Letto ya tentunya karena sudah mendapat ijin dari abang Noe untuk bebas menafsiri lagu-lagunya. Pada waktu itu, abang Noe mengisi kajian “Dialog Al-Qur’an dan Sains Modern” didampingi oleh Prof. Dr. Muhammad Amin, S.Pd, M.Si (dosen biologi FMIPA sedangkan Noe lulusan sarjana Matematika dan Fisika University of Alberta) yaitu Sehabis shalat Jumat pada tanggal 6 Desember 2013, di Masjid Al-Hikmah Universitas Negeri Malang.
Kajian atau sharing (karena abang Noe suka dengan kata sharing) kata mas Noe “Saya terus terang kurang nyaman dengan konsep mengajari. Yang ada adalah sharing, sebab tidak mungkin satu orang mengetahui semua hal. Dengan berbagi informasi – bukannya berangkat dari niat memberi tahu – kita saling melengkapi satu sama lain.” So, sharing ini terlaksana sekitar 2 jam banyak hal yang dibahas antara lain Manajemen Informasi, seni dan sains, Pengetahuan Berbuah Tanggung Jawab dan  tentang Tidak Adanya Dominasi di Alam raya ini. Alhamdulillah saya mendapat kesempatan bertanya dan saya mengajukan 2 pertanyaan.


Pertanyaan pertama, mengingat banyaknya tuntunan yg hanya tontonan, atau sinetron islami yang sangat jauh dr nilai islami. “bisakah dakwah dan seni dikawinkan” dan bagaimana dakwah yang efektif?
Pertanyaan kedua, saya menilai lagu2 letto itu terlalu abstrak, puitis dan metaforis sehingga sulit dipahami maksud dan maknanya, karena disini ada abang Noe saya ingin meminta penjelasan langsung tetang makna lagu “Sebelum Cahaya”.

Jawabannya kira-kira seperti ini, Untuk pertanyaan Pertama, terkait Seni, Sains Dan Dakwah.
    
   Seni dan Sains
Seni dan sains bukanlah dua hal yang berbeda. Sains adalah ketika kita berfokus pada satu titik, tahu sebab-akibat pada titik itu, dan bisa memprediksi apa yang akan terjadi. Sementara itu, seni adalah ketika yang berjalan di otak kita 100 titik sekaligus tapi kita tak tahu apa sebabnya – yang kita tahu hanya rasanya.
Misalkan ada suara tepuk tangan, dan kita entah bagaimana tahu bahwa arahnya dari sisi kiri. Karena belum tahu sebabnya, yang kita alami adalah seni. Tapi kalau kita belajar Fisika, kita tahu bahwa yang terjadi adalah: suara masuk ke telinga kiri sekian milisekon lebih dulu daripada masuk ke telinga kanan. Begitu tahu sebabnya, ini menjadi sains.
Kita menyebut musik sebagai seni karena kita menikmatinya, tapi dia merupakan sains bagi penciptanya. Frekuensi 2,8 KHz jika dinaikkan sebesar 3 desiBel akan menghasilkan suara yang terasa jujur dari dalam hati Sehingga meresap dalam pada sang pendengar. Pelukis harus tahu detail seberapa komposisi warna catnya, seberapa proporsi minyaknya, apa bahan media lukisnya.
Kalau seni reseptornya rasa, sains reseptornya otak. Ketika kita membaca Al-Qur’an, yang nomor satu kita gunakan adalah rasa. Tapi jangan lupa, kalau kita teliti satu demi satu, ada sains di baliknya. (Keren banget penjelesan abang Noe kan??)
“Kalau dihubungkan dengan dakwah, dakwah itu nggak usah pakai baju macam-macam. Anda cukup menjadi orang yang ingin Anda dakwahkan. Kalau Anda sudah paham konsep hidup Anda, nanti dia akan terefleksi pada musik Anda, lukisan Anda, pada jalan Anda. Menjadi orang baik sudah merupakan dakwah dengan sendirinya.”
“Jangan pernah bermimpi untuk mengajari orang lain, karena itu tidak mungkin. Yang bisa kita lakukan adalah memberi kesempatan orang lain untuk belajar. Jadilah contoh, lalu pancing rasa ingin tahu mereka… seperti halnya nabi Muhammad tidak semerta-merta menjelaskan sesuatu tanpa ada pertanyaan dari sahabat atau nabi memancing rasa keingintahuan sahabat-sahabatnya.

Untuk jawaban kedua, terkait Tafsir Music Letto.

Kalimat Bersayap
“Kalau Anda sering membaca, Anda kemudian akan memahami rasa dari tulisan itu sendiri, apakah itu kemarahan, kesedihan, atau penderitaan, Bahasa Al-Qur’an pun terasa retorikanya. Bahasa Al-Qur’an itu selalu bersayap, tidak padat tapi juga tidak rapuh, sehingga sangat enak dibikin apa saja. Saya berusaha sebisa saya membuat lirik yang seperti Al-qur’an.”
“Lirik lagu-lagu Letto tidak punya arti yang rigid tertentu sebab konsep saya berbagi. Saya membuka pintu-pintu agar pengalamanmu sendiri ditambah pengalaman yang saya tuliskan menjadi sebuah bentuk yang kamu pahami. Lirik itu milik kita semua”.
So, karena memang telah dibuka "pintu ijtihad" untuk menafsiri lagu letto, saya coba untuk menafsiri lagu “sebelum cahaya” dengan metode Q&A dan Hermeneutik. berbekal pengalaman mencoba menulis keadaan/kondisi waktu sebelum subuh. ini, chek link ---> Terbangun Resah 
 
like father like son
Metode Hermeneutika
Metode Hermeneutika adalah salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interpretasi makna. Hermeneutik membutuhkan tiga hal agar sebuah penafsiran bisa dikatakan sempurna atau biasa disebut Triadik hermeneutik. Yang pertama adalah teks, yang kedua interpreter, dan yang terakhir author.
1.      Teks, ini teks dr sebelum cahaya.
Ku teringat, hati,
yang bertabur, mimpi,
kemana kau pergi, cinta
Perjalanan sunyi,
yang kau tempuh sendiri,
kuatkanlah hati, cinta
Ingatkan engkau kepada,
embun pagi bersahaja,
yang menemani mu,
sebelum cahaya
Ingatkan engkau kepada,
angin yang berhembus mesra,
yang ‘kan membelai mu, cinta
Kekuatan, hati,
yang berpegang, janji,
genggamlah tangan ku, cinta
Ku tak akan pergi,
meninggalkan mu sendiri, temani hati mu cinta

2.      Interpreter/Penerjemah.
Karena hasil penafsiran juga tak luput dari interpreter/penerjemahnya Untuk Interpreternya adalah saya sendiri (@Zaenal_Edufunia). Seperti halnya Al-qur’an yang mempunyai kebenaran mutlak, ketika ada interpreter yang mencoba menerjemahi alqur’an maka hasil terjemahan tersebut tidak bisa terkatagorikan mutlak. Knapa? Karena interpreter adalah manusia yang tak memiliki kebenaran mutlak atau dalam bahasa lain manusia tak luput dari salah.
3.      Author (Pengarang).
Seorang interpreter harus bisa memahami sang author, dalam hal ini adalah bagaimana latar belakang pendidikan sang author, situasi social dan alam dimana ia tinggal, kecendrungannya, pendidikannya, dan lain sebagainya. Letto menurut saya mempunyai karakteristik tak jauh dari ayahanda cak Nun yang filosofis, sufistis dan lebih bersifat melayani yang merangkum, merangkul dan memadukan dinamika kesenian, ras, suku, etnik maupun agama. Selebihnya tentang cak nun… googling aja. :-)
Ketika Letto ditanya,  Mengapa mereka tidak membuat album religius sebagaimana banyak dilakukan oleh band-band lainya? Jawabannya adalah Letto tidak punya agama. Letto adalah milik semua orang. Hal tersebut senada dengan pernyataan Jalaluddin el rumi. “Jangan tanya apa agamaku. Aku bukan yahudi. Bukan zoroaster. Bukan pula islam. Karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku.
Namun menurutku,  Letto yang ingin menjadi milik dan untuk semua menegaskan bahwa kesenian dan dunia spiritualitas (dakwah) bisa disatukan sebagaimana pemaparannya di dialog Al-Qur’an Dan Sains. 
Personel letto : Dhedot,  Noe, Arian dan Pathub, 
Letto adalah sebuah nama tanpa arti. Sengaja dibuat demikian agar tidak mengarah pada sifat apapun, tidak asumtif.

Metode Q&A
Q : (What)       : Apa itu sebelum cahaya?
A : Keadaan gelap, sunyi hening, sedikit bahkan tak ada aktifitas akibat belum adanya cahaya.
Q : (When)      : Kapan itu sebelum cahaya?
A : Jika dikaitkan dengan embun (pagi), dan munculnya cahaya (Fajar) itu subuh, maka sebelum cahaya adalah sebelum Fajar/sebelum subuh.
Q : (Where)     : dimana sebelum cahaya itu?
A : tidak ada kejelasan tempat, yang tertera hanya perjalanan sunyi sendiri.
Q : (Who)        : Siapakah embun pagi bersahaja? Dengan kata kunci yang menemanimu sebelum cahaya dan angin yang berhembus mesra.
A : awalnya saya mengira embun bersahaja itu ibunda, sebagai manusia pemberi cinta dan rasa sayang tertinggi dimuka bumi ini. Namun mungkinkah sang ibunda selalu menemani sebelum cahaya? Dan terdapat kata “engkau tempuh sendiri” jika bersama orang lain berarti tidak sendiri lagi.
Q : (still who) : Siapakah yang takkan meninggalkan kita sendiri ? siapakah yang pasti selalu menemani kita? Siapakah cahaya sejati itu ? Siapakah cahaya diatas cahaya?
A : dalam Al-qur’an “nurun alaa nur itu Allah, dalam shalawat dhiba’/barzanji “nurun fauqo nurin” nabi Muhammad.
Q : (How)        : Bagaimana keadaan diwaktu sebelum cahaya,?
A : keadaannya: ku teringat hati (pengganti pikiran), karena diwaktu itu seluruh aktifitas tidak ada kecuali seseorang yang terpanggil hatinya olehNya. Yang bertabur mimpi bintang (bintang analogi mimpi, karena klo bilang bertabur bintang maka terlalu padat dan kurang bersayap), puncak dari alam raya maha sempurna bertahta bingtang-bintang angkasa terjadi pada waktu itu, perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri,, memang sunyi hening diwaktu itu…sendiri mencari/bermunajat pada Sang Cahaya diatas cahaya yang selalu ada menemani kita dan membelai kita disaat kita membutuhkanNya. So….

Lagu sebelum cahaya itu memang tentang Sholat Malam atau mungkin lebih spesifiknya Sholat Tahajjud. Karena Tahajjud adalah sholat paling utama setelah sholat wajib dan dikerjakan diwaktu malam (sebelum cahaya). Entahlaahh… abang Noe dan Letto yang lebih tahu maksudnya.

simak juga tafsir lagu sandaran hati di link ini ----> Tafsir lagu Sandaran Hati

Inget loh iya, tulisan ini cuma Just For Fun... jangan terlalu dipusingkan, sangat jauh lebih penting anda tahu tafsir dari kitab yang menginspirasi Abang Noe dan tentunya pedoman kita semua yaitu Al-Qur'an. Jangan taruh Al-Qur'an Setelah musik... karena Al-qur'an dan musik tidak bisa berada di hati dalam tempat dan waktu yang sama. 

5 komentar:

  1. mantap... penjelasannya sama dengan versi pengaritanku. tapi bisa juga disebut penjelasan tentang "perbincangan" antara Nabi Muhammad dengan Allah SWT yang menyebarkan Agama Islam. Kuncinya ada di Sebelum Cahaya yang bisa diartikan Jaman Kegelapan atau jaman jahiliyah dulu. Kekuatan hati yang berpegang Janji genggamlah tanganku Cinta, bisa diartikan keyakinan untuk menyebarkan Janji/Perintah Allah dan selalu meminta perlindungan Allah. Ku tak akan pergi meninggalkanmu Cinta yang berarti Allah tidak akan meninggalkan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan Janji/perintah Allah SWT. mungkin begitu versi pengartian saya lainnya. maaf kalau belepotan dan anloginya tidak pas. Yang jelas liriknya memang benar2 untuk perenungan. :)

    BalasHapus

Edufunia Right. Diberdayakan oleh Blogger.