Sabtu, 01 Maret 2014

Perlukah kuliah bisnis

Perlukah kuliah jurusan Pendidikan Bisnis Dan Manajemen?
*Sebuah refleksi jurusan 

Oleh : M Zaenal Abidin Nanal



Sukses dalam berbisnis dan kaya adalah keinginan setiap orang sehingga banyak jalan yang ditempuh untuk meraih mimpi itu, termasuk kuliah di jurusan ekonomi bisnis serta mengikuti aneka seminar/training bisnis, dengan asumsi bahwa dengan ilmu yang didapat akan mempercepat tercapainya keinginan untuk sukses. Tingginya “permintaan” akan pendidikan tersebut dimanfaatkan oleh orang/lembaga yang bermental bisnis untuk menangkap peluang tersebut sehingga mereka berlomba mengadakan/membuka jurusan/lembaga training bisnis sukses. Dalam tulisan ini, penulis memfokuskan pada jurusan bisnis di perguruan tinggi.

Banyaknya jurusan bisnis di beberapa kampus di indonesia diharapkan dapat mencetak pebisnis atau entrepreneur sejati sehingga akan mempercepat tingkat ekonomi indonesia. Namun jika dilihat dari kenyataan yang ada sangat sedikit pengusaha besar dan tangguh yang lahir dari perguruan tinggi. Sehingga pertanyaannya besarnya adalah, benarkah para lulusan sarjana tidak bisa berbisnis seperti halnya para taipan atau para saudagar yang tidak sekolah tinggi?


Hampir seluruh wirausaha sukses di dunia maupun di indonesia sendiri berlatar belakan pendidikan rendah bahkan tidak sekolah. Mereka membangun atau terdesak membangun bisnisnya mulai dari kecil dan membutuhkan waktu yang relative lama sehingga jika diminta pendapat tentang perlunya “kuliah” pasti akan mengesampingkan atau bahkan meniadakan kontribusi kampus dalam mencetak wirausaha seolah semakin tinggi semakin tinggi sekolah semakin tumpul keberanian usaha dan kreatifitas (otak kanan).

Pendapat diatas banyak beredar di mana-mana terutama di pelatihan bisnis informal, sebagai orang yang belajar di kampus (akademisi) saya tidak ingin membela diri apalagi mengcounter pendapat tersebut karena menurut saya benar adanya. Namun pendapat diatas tidak benar 100% karena nyatanya ada juga anak kuliah yang sukses dalam bisnis, sukses membangun kerajaan bisnisnya.  Namun perlu saya (akademisi) akui bahwa banyak tugas yang perlu kita benah dalam pendidikan bisnis yang dikelola dalam dunia kampus yaitu pengajar, kurikulum, modul atau praktek dan yang penting action berbisnis itu sendiri. Seolah selama bertahun-tahun kampus (dosen dan mahasiswa) kesulitan dalam memahami dan melaksanakan bisnis. Kita coba bahas satu persatu,
1.      Pertama dari hal pendidik. Banyak perkataan terlontar “dosen itu tahunya Cuma teory”, “bukan orang bisnis kok ngajar bisnis” atau “gimana mau ngajar bisnis kalo ”
2.      Yang kedua adalah kurikulum dari kuliah bisnis itu sendiri. Karena bagaimana menjadi wirausaha tangguh jika kurikulumnya mencetak dan mengarahkan jadi karyawan tangguh.
3.      Ketiga adalah mengubah orientasi mahasiswa itu sendiri. Lebih mengupayakan agar mindset agar menjadi pengusaha dibandingkan karyawan.

Kontroversi seputar pentingnya pendidikan bisnis di dunia kampus saya ulas dalam pendapat dua tokoh sukses yang memiliki latar belakang berbeda yaitu bob sadino dan Mario teguh.

ü  Mario Teguh vs  Bob Sadino, Seberapa Penting Kuliah (berpendidikan)?

Bob Sadino: “Mau kaya? berhentilah sekolah atau berhentilah kuliah sekarang juga, and start action, karena ilmu di lapangan lebih penting daripada ilmu di sekolahan atau kuliahan.”

Mario Teguh: “Berhati-hatilah dengan orang yang membanggakan keberhasilannya walaupun dia berpendidikan rendah. Itu tidak boleh dijadikan dalil. Pendidikan itu penting. Buktinya, dengan pendidikan yang sedikit saja, dia bisa berhasil, apalagi jika dia terdidik dengan lebih baik. Bukankah kita dianjurkan untuk menuntut ilmu sampai ke negeri Cina? Dengan ilmu, segala sesuatu bisa mencapai kualitas tertingginya.”

Sekilas hal tersebut sangat bertentangan/berlawanan antara dua tokoh tersebut. Benarkah pendidikan tinggi itu menghambat menjadi kaya? Sejenak kita lihat persentase orang kaya di dunia khususnya di indonesia. Lebih dari 85% dari mereka adalah entrepreneur yang tidak sukses kuliah (drop out) bahkan berpendidikan rendah (formal). Namun bukan Drop out nya yang membuat mereka sukses tapi dia merasa ada yang lebih baik dari kuliah yang membuat mereka memilih droup out. Jadi sangat benar apa yang dikatakan Om Bob Sadino. “Jika ingin kaya, berhentilah kuliah dan mulai buka usaha karena ilmu lapangan berbeda dengan ilmu di kertas. bahasa lainnya jadilah rill entrepreneur bukan paper entrepreneur.

Berarti pendidikan tinggi tidak bisa membuat kita lebih kaya? saya menjawab, bukan ilmu /pendidikannya tapi kita memilih untuk tidak menggunakan ilmu kita dengan baik. Kalau di kuliah yang dipelajari ya ilmu karyawan dan kita memilih jadi karyawan, belajar ilmu karyawan untuk mengatur karyawan, lahh itu bagus. Kalau terus jadi karyawan ya jelas lama untuk kaya raya. Kecuali jika dibarengi dengan investasi. Karyawan yang berinvestasi dari gajinya.

Menurut wikipedia, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Lebih filosofis lagi Pendidikan adalah Untuk Memerdekakan Manusia (Ki Hadjar Dewantara) maupun  Pendidikan adalah Untuk Memanusiakan Manusia (Driyarkara).

Daari defenisi pendidikan diatas, tidak disebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk membuat seseorang/peserta didiknya menjadi orang kaya akan materi. Namun lebih menekankan pada karakter kepribadian serta akhlak yang mulia. Jika menempuh pendidikan untuk kekayaan materi, salahkah? Ini kan jurusan bisnis dan manjemen, tujuan bisnis kan untuk memperoleh laba?

Memperoleh keinginan setiap manusia baik yang berdagang ataupun tidak. Jika kita kembali fokus kepada laba secara materi maka kita akan dituntut untuk memberikan layanan kepada orang lain baik berupa barang ataupun jasa. Semakin berkualitas dan bernilai bentuk layanan yang diberika maka semakin besar pula return yang akan diperoleh. Bagiku untuk membuat layanan yang berkualitas tetap membutuhkan ilmu.

Terlebih jika kita ingin sharing ilmu tentang bisnis atau menjadi tenaga pengajar perguruan tinggi tuntunya ilmu pendidikan akan bisnis haruslah dimiliki. Namun akan timbul masalah baru yaitu materi yang hanya dilihat sebelah mata “hanya teori saja” itulah kelemahan dari akademisi yang mengajarkan bisnis. Sedangkan praktisi yang mengajarkan bisnis cendrung tidak bisa menjelaskan secara runtut dan ilmiah “action saja”. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, serta dari keduanya beresiko sukses dan rugi juga. Khusus untuk pengajar bisnis khususnya para mahasiswa yang jurusannya pendidikan bisnis, ekonomi dan bisnis atau apapun yang berhubungan dengan bisnis. Sangat disarankan anda memiliki bisnis atau bahkan wajib..!!

Sukses ? indikatornya apa ? seperti siapa orang sukses itu?
Laah… ini yang cukup sulit menjawabnya karena masing-masing berbeda dalam menyebutkan sukses. Banyak yang menilai Sukses itu punya mobil mewah, rumah megah dan perusahaan yang besar. Tapi ada juga yang memaknai sukses secara sederhana seperti sukses itu bisa minum teh hangat di pagi hari bersama keluarga tercinta. Menurut kami, pedagang paling sukses itu bernama Muhammad ibn Abdillah dari mekkah. Indikatornya adalah kebermanfaatan bagi orang lain. Selain berbisnis, beliau juga mengajari ilmu bisnis dan menyusun aturan yang dilarang dalam suatu bisnis demi mencapai kebahagian bersama.


Kuliah jurusan bisnis itu perlu untuk menambah wawasan, ilmu, link bisnis dan lain-lain. namun pastikan kita mempunyai bisnis. Sekian.

0 komentar:

Posting Komentar

Edufunia Right. Diberdayakan oleh Blogger.