Sabtu, 26 April 2014

AGAMA, ALIRAN & IDEOLOGI ISLAM (Part-3)

AGAMA, ALIRAN & IDEOLOGI ISLAM (Edisi Ke-3 selesai) 
      catatan pesantren untuk kalangan sendiri
oleh : abah Hasyim Muzadi
Pengasuh Al-Hikam Malang dan Depok : Abah Hasyim Muzadi
       Anak-anak sekalian, sebelum saya melanjutkan pembicaraan beberapa aliran dan ideologi yang berkembang di dunia Islam dari segi pendekatan sejarah dan pendekatan ajaran. Terlebih dahulu, saya ingin memberi muqaddimah tentang gejala yang masuk pada bulan Rabi'ul Akhir 1428 H. Suasana saat ini sudah mulai bergeser. Dulu, fitnah merebak di kalangan orang kecil atau rakyat karena ulah orang besar, sehingga diingatkan oleh Allah SWT melalui firman-Nya dalam Surat Al-Anfaal : 25
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.
       Maksudnya: Waspadailah bencana (fitnah) yang bahayanya tidak hanya akan mengenai orang yang berdosa maupun yang berbuat dzalim, akan tetapi orang yang shalih pun juga akan kena imbasnya, padahal mereka tidak bersalah. Jadi, orang yang menjadi korban bencana (fitnah) di sini ada dua macam: Korban karena dia memang bersalah, maka itu adalah akibat kesalahannya sendiri; dan orang yang menjadi korban, padahal dia tidak tidak bersalah, maka dalam hal ini dia menjadi syahid dunia.

       Perhatikan baik-baik bunyi Ayat yang saya baca tadi. Ayat di atas menunjukkan bahwa yang dzalim juga akan kena fitnah. Dalam Masyiatullah, yang menjadi muqaddimah pasti yang kecil-kecil. Di Indonesia, mulai bulan Rabi'ul Akhir ini, fitnah mulai merembet dari yang kecil menuju ke yang besar. Misalnya: Radio, televisi, dan orang-orang sama meributkan dana bantuan dari DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan).
       Buat saya, dana DKP-nya tidak penting, karena itu hanya sebagai pemicu. Yang penting adalah ramainya fitnah. Bagaimana telah Allah SWT memasukkan fitnah, baik dari lobang besar maupun dari lobang kecil. Permasalahan dana DKP ini tergolong kecil. Di sini ada seorang Menteri yang ngelumpukno uang dengan alasan akan diserahkan kepada para nelayan. Tahu-tahunya, uang itu didom kepada para calon presiden-wakil presiden. Jadi, siapapun yang nanti terpilih, si Menteri ini sudah "setor". Ibarat tombok nomer, berarti semua nomor telah dia tomboki. Ndak tahu bagaimana, si Menteri ini kemudian menjadi salah satu korban pemberantasan korupsi tebang pilih. Maka si Menteri ini mulai "ramai", dan ini tidak akan berhenti. Istilah orang Jawa, kriwian dadi gerojokan. Apalagi sudah menyangkut Amien Rais, SBY, dsb. Adapun yang paling berbahaya adalah kalau sudah menyentuh dana asing, tentu akan semakin kacau. Kalau kondisi sudah kacau, maka ini akan menjadi pekerjaan berat bagi orang-orang besar. Demikianlah Allah SWT telah memutar fitnah itu, dari orang yang jahat kemudian mengalir kepada rakyat, toh akhirnya kembali lagi kepada yang bersangkutan. Itu sifatnya sosiometris. Yang dimaksud dengan sosiometris adalah suatu gejala sosial yang hampir bisa dipastikan, sedangkan kalau sosiologis itu suatu gejala yang realivitasnya tinggi. Ada kemiskinan, hampir pasti ada kekacauan.
       Kondisi ini nanti akibatnya bisa tidak karu-karuan. Kenapa?, karena mereka yang terlibat dalam kasus ini akan mengusung gengsinya sendiri-sendiri, dan rakyat semakin tidak masuk agenda pemikiran mereka. Karena tidak masuk dalam agenda pemikiran, maka faktor ekonomi akan rusak; faktor politik sudah tidak ada lagi moral politik; masalah budaya yang ancur-ancuran; belum lagi masalah hukum; masalah pendidikan; dll. semuanya dapat dihitung akan terbengalai, karena "kepalanya" – orang-orang besar – sedang diributi oleh kasus dana DKP ini. Sedangkan menurut itungan sosiologisnya, maka akan terjadi kerawanan di semua lini, karena bertemunya musibah rakyat plus kebingungan pejabat.
       Saya ingin kamu kalau membaca dalil Al-Qur'an atau Hadits, kamu bisa mengkontekskan dalil itu dengan fenomena-fenomena sekarang, karena yang tertera di situ sebenarnya adalah informasi tentang fenomena-fenomena sepanjang zaman. Hanya saja kita sendiri yang tidak bisa mengkontekskan itu semua. Untuk mengkontekskan dalil Al-Qur'an dan Hadits dengan fenomena, maka perlu ada ilmu tersendiri. Agama itu ibarat apotek yang menjual semua jenis obat. Namun yang bisa ngambil adalah seorang apoteker. Jika tidak, maka bisa jadi orang yang menderita sakit keseleo diobati dengan obat sakit mata, 'kan kacau.
       Kondisi saat ini obatnya sudah tidak ada. Karena yang demikian ini sudah menjadi bagian dari pada Masyiatullah. Yang ada saat ini adalah mohon keselamatan kepada Allah SWT. Sampai badai ini berlalu, maka bagi orang seperti kamu, hendaknya memperbaiki kualitas ibadah, terutama kualitas shalat. Itu saja!. Karena kalau kamu mau beramal dengan uang, ya ndak mungkin, karena mbayar makan saja sudah nunggak; Mau beramal lewat jasa, kamu bukan berposisi sebagai orang yang berperanan mengatur masyarakat; Mau memperbaiki keadaan dengan demo, padahal demo itu sudah menjadi masalah tersendiri. Bagaimana mungkin masalah akan diselesaikan oleh masalah yang lain?. Ibaratnya, kita tidak mungkin bisa memadamkan kebakaran dengan api. Oleh karena itu, tindakan yang paling baik adalah memperbaiki ibadah kita, dan titik fokusnya adalah kepada shalat.
       Saat ini kita harus memperbaiki kualitas shalat kita sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Thaahaa : 14
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
       Maksudnya: Tegakkan shalat itu untuk dzikir kepada-Ku. Kalau menurut orang kebathinan, shalat itu tidak perlu, cukup dengan dzikir tenger-tenger saja. Itu tafsirnya bukan Tafsir Jalalain, melainkan Tafsir Jalan Lain. Yang dimaksud Ayat di atas adalah shalat sebagaimana formulasi fiqih, baik do'a iftitah, sujud, rukuk, dsb. supaya menjurus kepada dzikir kepada Allah SWT. Huruf lam pada lafadz لذكري  ini bermakna لغاية القصوى (untuk sebuah gol atau tujuan, bukan sebuah sebab).
      
       Untuk meningkatkan kualitas shalat, maka kuncinya ada dua: Mengerti apa yang engkau ucapkan, kemudian merasakan apa yang engkau ucapkan. Mengerti artinya: tafahhum atau tafakkur. Jangan sampai ada anak dari Pesma yang tidak mengerti makna kata-kata dalam shalat. Setelah mengerti maknanya, penangkapan itu jangan hanya pada pengetian semata, akan tetapi harus disertai penghayatan berdasarkan rasa, dan rasa itu posisinya terletak pada hati. Tersentuhkah hatimu ketika membaca bacaan shalat atau tidak? Itu yang menjadi ukurannya. Semakin dua instrument ini bergetar, yakni antara tafkir dan tadzkir, maka akan semakin tinggi kualitas shalat yang dilakukan. Perpaduan antara tafkir dan tadzkir itulah yang disebut dengan khusyu'. Jadi, khusyu' itu jangan dibayangkan tenger-tenger saja, karena khusyu' adalah mengkonsentrasikan pemahaman dan penghayatan.
       Perhatikan statement Al-Qur'an dalam Surat Al-An'aam : 162 di bawah ini yang begitu dahsyat, seandainya masuk ke dalam hati.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
       Yang dimaksud dengan ibadah di sini adalah ibadah mahdhah (ritual) dan ibadah 'ammah (ibadah sosial). Ayat di atas menjadi tidak dahsyat maknanya, karena tidak ada tafahhum atau tafakkur.
       Jadi, perbaikan kualitas ibadah – terutama shalat – inilah yang menjadi satu-satunya jalan bagi kita di tengah kondisi seperti ini. Adapun istighatsah kan kolo-kolo, akan tetapi kalau shalat itu sifatnya rutin.
       Yang juga khawatirkan adalah bagaimana seandainya Thailand dan Vietnam itu gagal panen?. Kita tidak mungkin menimpor beras dari sana, itu celaka!, karena bisa mengakibatkan paceklik di Indonesia, mengingat kalau membeli beras dari tempat lain harganya lebih mahal. Padahal menurut orang luar negeri, orang Jawa atau orang Indonesia itu, kalau kerja ndak keringeten; tapi kalau mangan, keringeten. Inilah muqaddimah saya.
       Sekarang yang kedua, saya ingin menceritakan tentang agama, aliran dan ideologi. Agama Islam adalah diinul haqq. Agama yang kita pegang ini bersifat universal dan Rahmatan lil 'Alamiin, sehingga tidak boleh ada agama Islam Mesir, agama Islam Indonesia, dsb.
       Di dalam memahami agama itu ada pola pemahaman serta hasil pemahaman. Pola pemahaman itu disebut manhaj (metode). Jadi, memahami Islam itu menggunakan pola atau frame of thinking plus metodologi. Ini satu hal, sedangkan hal yang lain adalah hasil pemahaman itu sendiri. Kalau frame of thinking-nya tidak sama, hasilnya mesti tidak sama. Kalau alat olahnya tidak sama, maka hasilnya juga tidak sama. Misalnya: Sekalipun sama-sama singkong, namun kalau masuk ke pabrik tapioka, maka singkong itu akan diolah menjadi tepung tapioka; sedangkan kalau dimasukkan ke pabrik getok lindri, maka singkong itu akan menjadi getok lindri. Jadi, meski sama-sama berasal dari singkong, namun karena alat prosesnya tidak sama, maka hasilnya juga tidak sama.
       Hasil dari pemahaman terhadap agama Islam itu disebut dengan aliran, dan hal ini tidak terhindarkan di dunia. Ada aliran Sunni, Syi'ah, Wahaby, 'Ubbadiyah (aliran ini baru saya temui di Al-Jazair kemarin), Khawarij, Murji'ah, dsb. Jadi, aliran itu adalah menyangkut pemahaman seseorang terhadap agama. Karena frame prosesing-nya tidak sama, maka kesimpulan yang diperoleh juga tidak sama.
       Perbedaan dalam aliran itu ada dua macam: Perbedaan yang sedikit. Contoh: NU dan Muhammadiyah; Yang satu merasa intelek, sedangkan yang satu lagi merasa paling tasawuf, padahal podo wae, yang intelek ngganggur, dan yang tasawuf, njalok-an proposal. Jadi, ujung-ujungnya mereka itu sama, hanya beda penampilan saja. Itu adalah contoh perbedaan kecil.
       Jenis perbedaan yang kedua adalah Perbedaan yang besar. Contoh: Perbedaan antara Syi'ah dan Khawarij. Syi'ah itu pro Sayyidina Ali RA, sedangkan Khawarij itu kontra Sayyidina Ali RA, bahkan kelompok ini akhirnya menjadi kontra terhadap siapapun, kecuali dirinya sendiri. Kaum Khawarij itu tidak bisa menerima kesalahannya sendiri dan tidak bisa menerima kebenaran orang lain. Itu kalau dalam bahasa filsafat disebut dengan souvenistik. Adapun Syi'ah, ketika adzan pun mereka menyebut nama Sayyidina Ali RA, yaitu sesudah dua kalimat syahadat, ditambah dengan kalimat: Wa Asyhadu Anna 'Aliyyan Waliyullah.
       Kalau kamu berada di Iran, kemudian mengucapkan nama Ali tok, maka kamu akan ditempeleng, karena harus menyebut Imam Ali RA. Lha, ada teman saya yang namanya Imam Ali, lalu ketika saya memanggilnya, orang-orang Iran tersinggung karena ada Imam Ali dari Indonesia.
       Karena begitu senengnya sama Sayyidina Ali RA, bahkan mereka menjadikan Sayyidina Abu Bakar, Umar, dan Utsman RA sebagai sasaran hujatan, bahkan kaum Syi'ah juga begitu membenci Sayyidah 'Aisyah RA. Yang mereka senangi hanya Sayyidah Fathimah RA. Oleh karena itu, Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidah 'Aisyah RA tidak dipakai oleh Syi'ah, demikian juga dengan Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, karena di sana ada Hadits-hadits yang mengunggulkan Khalifah selain Sayyidina Ali RA. Bagi Syi'ah, tidak ada orang yang boleh memimpin umat Islam, kecuali berasal keturunan Sayyidina Ali dan Sayyidah Fathimah.
       Perang antara Sayyidina Ali RA dan Mu'awiyah RA dalam perang Shiffin dijadikan sebagai alasan untuk membangun aqidah yang pro Ali RA. Jadi, tarikh (sejarah) sudah digeser menjadi aqidah. Syi'ah terbagi menjadi 3 macam: Syi'ah Ghulladz (Syi'ah yang kebangeten), ada Syi'ah yang sedengan, dan ada Syi'ah yang kelas ringan.
       Syi'ah yang kelas berat (Syi'ah Ghulladz) itu sudah tergolong kafir, karena menganggap Malaikat Jibril AS salah dalam memberikan wahyu, karena mestinya tidak kepada Nabi Muhammad SAW, melainkan kepada Sayyidina Ali.
       Syi'ah yang sedengan berpandangan bahwa kalau orang tidak pro Ali RA, maka dia dihukumi kafir. Maka dari itu, menurut mereka, membunuh orang di luar Syi'ah bisa mendatangkan pahala.
       Syi'ah yang ringan saat ini ada dua macam: Syi'ah Imamiyah dan Syi'ah Zaidiyah. Syi'ah Imamiyah dan Zaidiyah ini sentral-nya berada di Iran. Syi'ah kelas ringan ini mengagungkan Sayyidina Ali RA dan mengkritik para Shahabat yang lain, akan tetapi mereka tidak mengkafirkan orang di luar dirinya. Meraka itu begitu benci atau gregeten (ghill) kepada para Shahabat yang dinilai merebut hak kekhalifahan Sayyidina Ali RA.
       Kaum Syi'ah tidak mau pergi ke makam Rasulullah SAW, karena di sana ada makam Sayyidina Abu Bakar dan Umar RA. Syi'ah ini juga tergolong tidak mau menerima kebenaran dari yang lain. Ilmu dan cara penafsirannya pun hanya terkungkung dalam madzhab mereka sendiri.
       Golongan Khawarij itu karena melihat Sayyidina Ali RA kalah dalam perjanjian Daumatul Jandal, akhirnya mereka mangkel dan metu dari barisan Sayyidina Ali RA. Sing mimpin Khawarij iku jenenge Washil bin Atho'. Washil itu Mu'tazilah sekaligus Khawarij, Khawarij itu keluar dari barisan Sayyidina Ali RA dan kontra kepada beliau, bahkan suka mengkafir-kafirkan golongan di luar dirinya; sedangkan Mu'tazilah adalah kelompok yang sangat rasionalis. Washil bin Atho' itu pintar, namun dia tidak bisa mengucapkan huruf Ra' dengan fasih, karena pelat. Hebatnya, dia bisa pidato berjam-jam tanpa menyebut huruf Ra' di dalamnya. 
       Jabariyah (Pasivisme atau Nihilistik). Aliran ini berpandangan bahwa manusia itu ndak bisa apa-apa, cuma "wayang" saja. Jadi, manusia ndak usah berikhtiyar, hidup ini berjalan nggelondong semprong saja, karena khairihi wa syarrihi minallah (baik-buruk berasal dari Allah SWT). Ibaratnya: Nggak duwe duek yo Pengeran; Luwe yo Pengeran, dst.
       Wahabiyah. Wahabiyah merupakan aliran baru dan tidak termasuk pecahan dari aliran-aliran Islam yang sudah lama. Wahabiyah itu lebih cocok disebut madzhab, karena mereka masih pakai madzhab Hanbali dan madzhab Maliki.
       Wahabiyah itu berpendirian bahwa sesuatu yang tidak ada di Saudi – baik sebagai budaya maupun sebagai kebiasaan – semua tergolong bid'ah. Pikiran mereka, karena Rasulullah SAW tinggal di Makkah dan Madinah, maka apapun yang ndak ada di sana akan disebut bid'ah (mengada-ada). Oleh karena itu, pikiran mereka itu Saudi Sentris atau Hijaz Sentris (Hijaz adalah kawasan Madinah-Makkah dan sekitarnya). Misalnya: orang ngangkat tangan dalam shalat dianggap bid'ah, muludan dianggap bid'ah, dsb. Jadi kreativitas dalam beragama dipotong habis oleh mereka.
       Menurut kita, adat istiadat itu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1.    Adat yang memang bertentangan dengan syari'at dan tidak bisa diperbaiki, maka adat ini harus ditinggaplkan.
2.    Adat yang salah, namun masih bisa diperbaiki. Adat yang seperti ini harus kita perbaiki sehingga menjadi bener.
3.    Adat yang memang sudah baik, hanya tinggal nambahi jiwa tauhid saja. Contoh: Gotong royong, toleransi, menghormati orang tua dengan cium tangan, menghormati leluhur, dsb.  Adat istiadat sepeti ini sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha, sebelum Islam datang ke Indonesia. Adat ini sudah baik, tapi ndak nyantol dengan tauhid. Maka menurut Imam Syafi'i RA, adat seperti itu diterima saja dan gunakan untuk berdakwah. Jadi, adat ini sudah baik, namun nyantolnya masih kepada syirik, maka ambillah dan cantolkan kepada tauhid.
       Nah, sebenarnya, apa yang menjadi penyebab perpecahan dalam Islam?. Yang menjadi penyebab utama perpecahan dalam Islam adalah perebutan kekuasaan; baru kemudian sebab yang kedua adalah perbedaan metode atau manhaj.
       Ketika Sayyidina Utsman RA meninggal dunia, maka Sayyidina Ali RA berkuasa sebagai khalifah. Menurut kelompok yang pro Utsman RA, Sayyidina Ali RA dianggap telah melakukan kudeta. Kelompok ini kemudian dibarengi oleh anak Abu Sufyan yang dulu pernah memusuhi Rasulullah SAW pada waktu Fathu Makkah, yaitu Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Kelompok yang kontra Ali RA akhirnya memerangi Sayyidna Ali RA. Perang yang paling dahsyat adalah perang Shiffin pada tahun 37 H.
       Pasca perang Shiffin, umat Islam malah terpecah belah. Kelompok yang pro Ali RA membentuk golongan Syi'ah, sedangkan kelompok yang kontra Ali RA mendirikan golongan Khawarij. Jadi, kelompok-kelompok ini sebenarnya berdiri di atas manhaj yang terpola oleh politik kekuasaan, dan itu sudah biasa. Di Indonesia pun ada, namun kecil-kecilan. Misalnya: Setiap kota mengadakan Istighotsah untuk kemenangan SBY. Artinya, di sini ada politisasi dalam manhaj.
       Selanjutnya bagaimana latar belakang munculnya?. Munculnya ASWAJA sebenarnya didorong oleh faktor bagaimana Islam dipahami sebagai ajaran, bukan mengacu pada pro-kontra individu. Oleh karena itu, ASWAJA bukan pro Ali RA maupun kontra Ali RA, melainkan Ahlusunnah. Sunnah artinya Sunnah Rasulullah SAW. Oleh karena itu, gerakan ASWAJA adalah gerakan ilmiah, bukan gerakan pro-kontra terhadap kelompok atau individu tertentu.
       Kenapa kok harus ada kata "Jama'ah"-nya?, yakni supaya kita menutup diri atas semua aib-aib yang terjadi pada zaman Khulafaur Rosyidin. Bagi kita, semua itu adalah urusan mereka masing-masing. Kita tidak perlu menilai, yang akhirnya justru membuat umat Islam pecah ndak karu-karuan. Mereka semua mempunyai jasa bagi Islam.
       Sebenarnya ASWAJA itu lahirnya belakangan, yakni setelah berkecamuknya pertentanga antara Syi'ah, Khawarij, Mu'tazilah, dsb. Setelah itu, ASWAJA muncul sebagai bentuk pelurusan terhadap ajaran Islam. Nah, dengan demikian, maka ASWAJA itu titik beratnya terletak pada keilmuan agama, bukan kepemimpinan agama. Ini berbeda dengan Syi'ah yang di mana-mana tergantung kepada pemimpinnya. Misalnya: Kalau jihad ndak melewati pemimpinnya, maka jihadnya dinilai tidak sah, karena Imamah merupakan salah satu rukun iman dalam Syi'ah.
       ASWAJA muncul untuk menetralisir pertikaian politik di kalangan umat Islam. Berkenaan dengan masalah Khulafaur Rosyidin, maka masing-masing dari kita harus mengembalikan kepada amal mereka masing-masing. Kita harus menghormati mereka semua, baik Sayyidina Abu Bakar, Umar, Utsman maupun 'Ali RA, dan kita diam (tidak berkomentar) atas pertikaian yang terjadi di kalangan mereka.
       Menurut sejarah, Sayyidina Umar RA terbunuh kemudian diganti oleh Sayyidina Utsman RA. Lalu Sayyidina Utsman RA juga terbunuh, sehingga diganti oleh Sayyidina Ali RA. Jadi, "yang aman" cuma Sayyidna Abu Bakar RA.
       Di Iran ada sesuatu yang unik, yaitu orang yang membunuh Sayyidina Utsman RA digambar, diberi pigura, kemudian ditulisi Radhiyallahu 'Anhu. Ini sudah sangat keterlaluan. Begitulah kebencian Syi'ah terhadap Shahabat RA. Dari sini, jelaslah bahwa aliran Syi'ah ini dibentuk oleh kebencian sejarah. Ketika berkhutbah di manapun, baik khutbah jum'at maupun pidato. Para khatib Syi'ah mesti nyebut Sayyidna Ali, Sayyidah Fathimah, Sayyidina Hasan dan Husain RA, lalu mesti nyebut ndak seneng kepada 'Aisyah, Abu Bakar, Umar, Utsman RA. Itu saja yang mereka pidatokan, sehingga ndak pernah ada ceramah Syi'ah tentang Tafsir, Hadits, dsb.
       Anehnya, sekarang ini yang mempunyai kekuatan untuk melawan Israel dan Amerika adalah Syi'ah, sedangkan yang lain ndeledek, termasuk Wahabiyah di Arab Saudi. Berbicara tentang Saudi, sebenarnya negara ini mempunyai banyak sumber minyak, hanya saja minyak mereka dipompakan oleh Amerika. Karena yang memompakan minyak adalah Amerika, maka transaksi mesti lewat ARAMCO dan bank-bank Amerika. Oleh karena itu, seluruh duit Saudi ada di bank-bank Amerika. Jadi, tak heran kalau Saudi itu wedine kepada Amerika, ngalah-ngalahi wedine nang Allah SWT.
       Adapun kelompok yang berani melawan Israel dan Amerika cuma Syi'ah, karena mereka mempunyai sistem Imamah dan komando. Jadi, Iran itu masyarakatnya utuh. Selain utuh, kakinya ada di mana-mana. Di mana pun ada Syi'ah, maka madzhabnya pasti ke Iran, bukan kepada negara yang ditempati. Misalnya Syi'ah besar di Indonesia, maka podo karo nggawe negoro Iran ndek Indonesia.
       Di Libanon ada orang Syi'ah yang bernama Nashrullah yang memimpin Hizbullah. Kekuatan Hizbullah ini sepuluh kali lipat dari kekuatan tentara resmi negara Libanon sebagai negara. Dadi, sekarang Amerika sedang gopoh mempersenjatai tentara-tentara Libanon yang sangat lemah untuk menghadapi Hizbullah.
       "Kaki-kaki" Syi'ah yang ada di negara-negara teluk sudah menyatakan siap, baik di Qatar, Kuwait, Doha, dsb. Mereka ini sudah sepakat, begitu Iran nanti diserbu oleh Amerika, maka seluruh pipa minyak Amerika di seluruh tempat akan dibakar habis. Yang bisa begini cuma Syi'ah!.
       Dari aliran-aliran ini kemudian melahirkan sebuah gerakan. Setiap aliran mungkin mempunyai satu atau banyak gerakan. Adapun gerakan yang bersangkut paut dengan politik itu disebut dengan ideologi. Inilah yang saya katakan sebagai ideologi trans-nasional. Kamu bisa ndak membedakan antara Islam dan partai Islam?, Kalau bisa, berarti kamu bisa membedakan antara aliran dengan ideologi trans-nasional tadi. Misalnya: Orang agamanya Islam, sedangkan partainya PPP. Bisa nggak kamu membedakan antara Islam dan PPP?. Islam adalah sebagai ajaran, sedangkan PPP itu hanya berlabel Islam. Mboh lakone Islam opo nggak, pokoke stempelnya sudah Islam.
       Sebagai sebuah gerakan politik, banyak di antara mereka yang bertentangan satu sama lain. Yang Mujahidin tidak cocok dengan IM (Ikhwanul Muslimin); Jaulah tidak cocok dengan 'Ubbadiyah; Al-Qaeda ndak cocok dengan negara Saudi Arabia, dst.
       Ketika saya pergi ke Al-Jazair kemarin (20 Mei 2007), dua hari sebelumnya ada kantor Perdana Menteri (PM) Al-Jazair yang dibom dengan bom bunuh diri. Al-Qaeda secara terus terang menyebut bahwa itu adalah tanggung jawab mereka. Al-Qaeda menganggap PM Al-Jazair sudah Pro Amerika. Peristiwa ini sebetulnya bukan terkait agama sebagai ajaran, melainkan hanya conflict of interest, seperti halnya yang terjadi di NU.       
       Contoh ideologi trans-nasional dari Timur Tengah adalah Ikhwanul Muslimin (IM). Kelompok ini sebenarnya sudah dilarang di negaranya sendiri. Kenapa?, karena penguasa negara pasti kuatir kalau mereka dikudeta. IM ini adalah gerakan politik yang mau mencari kekuasaan. Negeri yang sudah mapan, pasti tidak suka terhadap gerakan yang seperti itu.
       IM itu berdiri di Mesir atas prakarsa Sayyid Quthub, sedangkan bagian operasionalnya adalah Hasan Al-Banna. Namun, begitu Gamal Abdul Nasser menjabat sebagai Presiden Mesir, semua tokoh IM dibabat habis, padahal Gamal juga mengatakan bahwa dia adalah muslim. Maka dari itu, saya punya kekhawatiran, wong neng negarane dewe, diuber-uber, terus di Indonesia ada yang ngageni wong-wong iku. Itu berarti sama dengan memelihara potensi untuk bertikai dan juga akan mengakibatkan konflik politik di kalangan umat Islam.
       IM (melalui sayapnya, Hizbut Tahrir) iku sitik-sitik njalok Khilafah. Mereka itu ****** (tidak jelas konsep) tapi ngotot. Sedangkan sayap yang lebih soft adalah IM yang diwakili oleh PKS. Mereka berdakwah di kalangan bawah, akan tetapi gerbong dakwah yang diperkuat kekuatan politik. Jadi, mereka itu dakwah "koma" politik. Di sini dakwah akan diproses menjadi kekuatan politik, dan. ujung-ujungnya nanti pasti akan menghantam Pancasila dan NKRI.
       Gerakan ini saya sebut trans-nasional, karena mereka tidak bisa memikirkan Indonesia sebagai negara Indonesia. Bahkan mereka sekarang ini menggrogoti Muhammadiyah dan NU. Wong-wong sing pinter dijuku'i oleh PKS, akhire Muhammadiyah muring-muring. Dakwah Muhammadiyah saat ini sebetulnya sudah macet.
       Bahkan HMI pun tidak terlihat gerakan dakwahnya, apalagi PMII, sembahyang wae wis untung. Oleh karena itu, PMII adalah Pergerakan Mahasiswa Insya Allah Islam. Karena penggaweane hanya camping, maka segi dakwahnya diambil oleh KAMMI. Adapun KAMMI ini bergerak menggunakan sistem MLM (Multi Level Marketing), yaitu satu orang membawa lima orang, kemudian masing-masing dari 5 orang itu mencari pengikut lagi. Jadi, ketika ada orang yang kepingin agama, maka KAMMI akan mengajarinya, karena mau cari di PMMI, kok Insya Allah Islam.? Hahaha… Sedangkan di HMI sendiri ndak ada dakwah. Saya pernah diundang pada pertemuan HMI di Jakarta untuk mempertemukan ketua-ketua HMI tingkat Provinsi. Setelah itu Protokolernya bilang begini: "Sebelum mendengarkan pidato Pak Hasyim, mari pertemuan ini kita buka dengan bacaan Basmalah". Akhirnya semua peserta serentak menjawab: "Basmalaaah…", padahal mestinya mereka muni Bismillahirrahmaanirrahiim.
       Para mahasiswa di kampus-kampus yang kosong ati-nya, akhirnya diserbu oleh IM dengan format KAMMI. Semua brek masuk ke dalam kelompok mereka. Jadi, di sini juga ada sisi kesalahan dari orang-orang NU dan Muhammadiyah. Akan tetapi kondisi inipun tidak akan tahan lama, kenapa?, karena dakwah mereka itu tidak murni. Gerbongnya memang dakwah, namun lokomotifnya adalah politik. Sedangkan orang-orang yang ada di "gerbong" tidak tahu siapa "masinis"-nya, karena mereka memakai sistem MLM tadi.
       Mereka ini lebih unggul dari segi strategi, yaitu taktis dan sistematis. Jadi, jurusan ilmu mengelabui, mereka itu sudah pinter. Umpamane, banjire gurung teko, genderone wis ono. Mereka nggak gowo opo-opo, tapi lek onok wong mbantu beras, beras iku dijalok, kemudian nde'e sing ngedom nang korban banjir. Jadi, ilmu makelare wis nomor satu.
       Saya ingin kalau kamu besok berjuang, haruslah berbasis amal, jangan berbasis kesan. Berjuang dengan basis kesan memang gampang besar, namun juga gampang ngimpes, seperti pelembungan. Dalam waktu 9 tahun ini, PKS sudah menang di Jakarta. Itu kan luar biasa. Kenapa?, karena mereka bisa memanfaatkan momentum yang ada. Saat itu sedang marak gerakan Anti-Amerika, maka isu inilah yang mereka pakai, padahal yang ngurusi ke Irak saja seperti nggak ngurusi, sedangkan nde'e sing nggak ngurusi, koyo-koyo nde'e sing ngurusi. Jadi, modal mereka cuma demo di bundaran HI untuk menciptakan public opini. Public opini bisa berjalan suatu saat, akan tetapi tidak bisa bertahan lama. Inilah yang selalu saya katakan di dalam koran-koran atau dalam pidato-pidato, bahwa trans-nasional itu bersifat ideologis.
       Saya khawatir gerakan trans-nasional ini akan berpotensi membelah masyarakat Indonesia ini, sekalipun mungkin bukan sekarang waktunya. Kenapa?, karena anak-anak muda sekarang ini kosong dari tauhid, sehingga memiilih mana yang mendatangkan untung. Artinya, anak-anak sekarang ini pinginnya yang instan dan efisien. Jadi, efisien di sini terjemahan dari aras-arasen
       Yang ribut sekarang ini adalah Muhammadiyah. Pak Din Syamsudin menghubungi saya: "Masjid saya diambili oleh orang-orang PKS. Di Jogja, di Sleman, di Jawa Timur, dsb. Masjid yang diambil sudah mendekati 100 masjid di seluruh Indonesia". Lalu saya bilang: "Itu adalah hukum karma, karena sudah berapa ratus masjid NU yang sampeyan ambili".
       Sekarang ini dakwah Muhammadiyah turun drastis, karena dulu masjid Muhammadiyah selalu diisi mudzakarah. Kemudian masjid-masjid itu dimasuki oleh orang-orang dari kelompok lain, kemudian diambil alih oleh mereka. Mereka itu tidak akan mau membuat masjid sendiri, karena membuat masjid itu membutuhkan biaya mahal. Kalaupun mereka membuat masjid, orang-orang dari golongan lain ndak akan mau memasukinya. Namun kalau mengambil msjid yang sudah ada, maka "gerbong" dan "penumpang"-nya, tinggal midatoni.
      





       Yang ndak pinter, mereka itu nyerang tahlil. Akhirnya orang-orang NU mangkel, karena tahlil sendiri sudah dianggap (bagian) agama oleh orang-orang awam. Karena mereka ingin menguasai masjid milik NU, namun mereka ndak suka tahlil dan menyerang tahlil, akhirnya terjadi bentrok. Yang menang tentu orang NU-nya, karena jumlahnya lebih banyak dan lebih nekat. Sedangkan Muhammadiyah itu orang-orangnya mempunyai intelektualitas yang lumayan, sehingga ketika masjid mereka diambili, mereka "diam" saja sehingga masjidnya habis betulan. Dan lagi, Muhammadiyah juga sama-sama ndak seneng sama tahlil. Jadi, yang ikut berperan dalam menyelamatkan masjid-masjid NU adalah tradisi tahlil itu.
       Berkenaan dengan Syi'ah, yang paling saya khawatir secara gerakan cuma satu; kalau ada Syi'ah di Indonesia, maka madzhabnya adalah ke Iran, tidak mungkin ke Indonesia. jadi, mereka tidak mungkin bicara nasionalisme, karena nasionalisme itu menurut mereka adalah bid'ah sehingga orang tidak boleh memikirkan negara masing-masing, melainkan harus mengikuti komando dari Iran.

       Semua ini saya beberkan kepada kamu, karena kamu adalah murid saya di Al-Hikam. Jangan sampai ketika kamu ditanya oleh orang tentang apa yang saya lakukan, kamu tidak bisa menjawab.       

0 komentar:

Posting Komentar

Edufunia Right. Diberdayakan oleh Blogger.