Minggu, 09 Februari 2014

AJARAN SYI’AH

POKOK-POKOK AJARAN SYI’AH
Abah Hasyim Muzadi http://al-hikam.or.id/
  

         
Syi’ah mempunyai beberapa pokok ajaran, antara lain:

1.      Syi'ah menyebut dirinya sebagai Ahlul Bait. Apakah ASWAJA tidak Ahlul Bait?, ASWAJA sama dengan Syi’ah dalam hal ini, karena kita menyampaikan hormat dan salam melalui shalawat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarga beliau (Ahlul Bait); sedangkan Sayyidina Ali RA juga tergolong keluarga. Bedanya adalah, kalau Syi'ah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait adalah Sayyidina Ali RA, Sayyidah Fathimah, dan keturunan beliau. Sedangkan Sayyidah 'Aisyah RA tidak termasuk di dalamnya, bahkan beliau dibenci oleh Syi'ah, sampai-sampai Hadits yang beliau riwayatkan tidak diterima oleh Syi'ah; yang mereka terima adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidah Fathimah Az-Zahra', puteri Nabi SAW sekaligus istri Sayyidina Ali RA.
2.      Menurut keyakinan Syi'ah, yang boleh dan sah menjadi pemimpin Islam sejak dulu sampai sekarang hanya keturunan Sayyidina Ali RA. Sedangkan menurut keyakinan ASWAJA, asalkan memenuhi syarat sebagai pemimpin, dia boleh menjadi pemimpin Islam.
3.      Syi'ah tidak mau menerima Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim, karena di situ banyak Hadits yang memuji-muji maupun diriwayatkan oleh orang-orang yang tidak disukai oleh Syi’ah, seperti: Sayyidah 'Aisyah, Umar bin Khaththab RA, dsb. Akhirnya mereka tidak suka sama Kitab Shahih Bukhari-Muslim, padahal menurut kita (ASWAJA), keduanya merupakan Kitab pegangan.
4.      Para Shahabat selain Sayyidina Ali, tidak diakui dan tidak diterima kepemimpinannya, baik itu Sayyidina Abu Bakar, Umar bin Khaththab, maupun Utsman bin ’Affan. Ketiga Khalifah itu dianggap menggashab hak kekhalifahan Sayyidina Ali. Ghashab adalah mengambil hak orang lain.
Sedangkan dalam hal ini, hak yang diambil adalah hak Sayyidina Ali. Jadi, Syi'ah itu ngejokno Sayyidina Ali, sambil ngelek-ngelek (menjelekkan) par Shahabat yang lain. ASWAJA menghormati semua Shahabat RA. Kita ndak kurang-kurang menghormati Sayyidina Ali dengan menyebut Karramallahu Wajhahu (semoga Allah memulyakan raut wajah beliau), tapi ASWAJA tidak menghujat para Shahabat yang lain.
5.      Dalam masalah fiqih, banyak yang berbeda dengan ASWAJA. Misalnya: Kalau kita (ASWAJA) wudhu', maka kita copot sepatu terlebih dahulu; sedangkan kalau mereka (Syi’ah), sepatunya cukup diusap ketika wudhu’, karena kakinya dianggap sudah bersih. Jadi mereka hanya membasuh sepatunya saja, bukan kakinya. Contoh lain: Lafazh adzannya juga berbeda, kalau ASWAJA menggunakan redaksi Hayya 'Alal Falah, maka Syi’ah menggunakan redaksi Hayya 'Ala Khairil Amal. Syahadat mereka juga ada tambahan, Wa Anna 'Aliyyan Waliyullah. Dalam satu hari, Syi’ah hanya mendirikan shalat sebanyak tiga kali saja, baik sedang berpergian maupun tidak.
6.      Syi’ah memperbolehkan nikah mut'ah. Pengertian Mut'ah adalah menikmati. Sedangkan yang dimaksud dengan nikah mut’ah adalah perkawinan yang ndak usah saksi, ndak usah wali, pokok cocok, sama-sama oke, maka dianggap sah. Kebolehan nikah mut’ah ini yang banyak menarik orang. Kalau ASWAJA tidak memperbolehkan nikah mut’ah, berdasarkan dalil: Laa Nikaha Illa Bi Waliyyin Wa Syahidai 'Adlaini. Yang dimaksud dengan dua saksi di sini adalah batas minimal saksi yang membubuhkan tanda tangan. Semakin banyak saksi yang musyahadah, maka semakin baik. Orang yang diundang resepsi pernikahan, wajib datang, sekalipun mengundangnya itu hukumnya sunnah. Perkoro kado, itu hukumnya sunnah. Kadang-kadang, mergo ora iso bowo, mesisan ora teko. Yang wajib adalah syahadah (menyaksikan) akad nikah. Kenapa perlu disaksikan oleh orang sebanyak mungkin? Tujuannya adalah supaya tidak ada fitnah. Lek idep-idep mantenan dewe, usurane iso karo Hansip. Dengan diumumkannya pernikahan, maka aman kehidupan dan aman keturunannya. Rasulullah SAW pernah bersabda: Aulim Walau Bisyatin. Kalau ndak punya kambing, ”walau bi ayamin” (meskipun dengan ayam); karena yang penting adalah ramai-ramainya atau musyahadahnya.
7.      Orang-orang Syi'ah itu, kalau melakukan shalat harus di atas batu, tidak boleh di atas karpet. Kalau di atas karpet, maka harus membawa batu dari Karbala, yaitu tempat terbunuhnya Sayyidina Husain. Tujuannya adalah supaya dia mengingat-ingat kematian Sayyidina Husain. Supoyo iling peristiwa bentroknya Sayyidina Husain dengan Yazid bin Mu’awiyah, yaitu ketika kepala Sayyidina Husain dipenggal dan dibawa ke Damaskus, sedangkan badan beliau dikubur di Karbala, Irak. Jadi, menurut Syi’ah, sejarah adalah bagian dari aqidah. Kalau mendirikan shalat di atas tegel, maka hukumnya boleh. Kalau tidak ada batu, maka harus shalat di atas kayu yang tidak berbuah, seperti kayu jati. Kalau orang Syi’ah berziarah ke kuburan Sayyidina Ali, maka dia harus mengitari kuburan itu, karena saking (begitu) menghormatinya. Sedangkan kita (ASWAJA) tetap menghormati Sayyidina Ali dengan penghormatan terbatas, seperti kepada para Shahabat yang lainnya.
8.      Orang Syi'ah itu kalau berdakwah di kalangan ASWAJA, maka terlebih dahulu dia harus mengerti ASWAJA sampai khatam, baru diajari tentang Syi’ah yang kuat, untuk mensyi'ahkan orang ASWAJA. Orang Syi'ah punya teori taqiyyah (kamuflase) atau epok-epok. Menurut Syi’ah, sikap epok-epok itu boleh dalam rangka dakwah.

         Itu tadi perbedaan-perbedaan antara Syi’ah dan ASWAJA di bidang ajaran. Sekarang kita melihat perbedaan-perbedaan di dalam bidang teori perjuangan untuk membela Islam.
         Orang Syi'ah itu mengenal istilah Imam, sehingga dikenal dengan sistem komando. Sistem komando Syi’ah ini sangat efektif. Orang-orang Syi’ah itu dikomando oleh satu suara, sehingga mereka kuat. Di Iran, 95 % orang Syi'ah, sehingga negaranya kuat. Yang memimpin adalah Mullah (Ustadz), Hujjatul Islam (Kyai), dan Ayatullah (Syaikhul Masyayikh). Sekali mereka dikomando, maka mereka bergerak secara serentak, bukan karena negara, melainkan karena keyakinan. Syi'ah juga mempunyai ”kaki-kaki” di seluruh dunia. Mereka semua taat kepada komando dari Iran. Di luar Iran, Syi'ah yang kuat ada di Irak; lalu di Lebanon selatan.
         Di Lebanon ada 3 kekuatan, yaitu: Sunni yang dipimpin Syaikh Qabbani; Syi'ah yang dipimpin oleh Qabbalan; dan Kristen Manorit yang dipimpin oleh Karam. Di Lebanon selatan, terdapat pasukan Hizbullah pimpinan Nashrullah. Isra'el itu takut sama Hizbullah. Praktis yang berani melawan Israel hadap-hadapan hanyalah Syi'ah. Di sana, Israel menyebar bom kruster, ada rupa mangga, mainan anak-anak, dll. sekian area di Lebanon selatan sudah diranjau semua. Di Lebanon Selatan itu, setiap kali ada orang meninggal dunia (gugur), maka gambarnya dipasang, seperti Pilkada. Jadi, kalau di sana ada gambar, berarti itu adalah gambar orang yang meninggal dunia karena diserang Israel; sehingga mereka adalah para mujahid yang di bawah gambarnya ditulisi ”Syahid atau Syahidah”. Dengan demikian, suasana heroisme tetap terjaga. Israel pun kapok-kapok kalau melawan Hizbullah. Hizbullah itu mempunyai pasukan sekitar 10.000, karena sebenarnya seluruh penduduk Syi’ah adalah Hizbullah. Selain itu, hampir semua orang Syi'ah itu militan.
Itulah hebatnya syi’ah yang kurang dimiliki oleh aswaja/sunni. Marilah kita bijak untuk menjadi ummat terbaik yang diharapkan oleh rasulullah SAW.



0 komentar:

Posting Komentar

Edufunia Right. Diberdayakan oleh Blogger.