Rabu, 26 Februari 2014

Dawuh Abah Hasyim Muzadi

PIDATO PENGARAHAN ABAH HASYIM 
Mennegristek Prof. Ir. Kusmayanto Kadiman, Ph.D dalam acara peresmian Lab Komputer dan Warintek Al-Hikam  

       Yang harus selalu anak-anakku ingat, bahwa Al-Hikam ini adalah Lembaga Pendidikan. Kamu di sini untuk dididik, dibangun dan dikembangkan karakter serta kepribadiannya. Jadi, jangan ada yang menganggap bahwa kamu boleh semaunya sendiri di sini. Kalau pribadi ini ingin hidup, maka pertama kali yang dihidupkan adalah hati. Menghidupkan hati itu tidak bisa hanya dengan ceramah saja, akan tetapi harus dengan ibadah. Oleh karena itu, shalat, dzikir, istighatsah dan semacamnya adalah sarana untuk menghidupkan hati. Kemudian, baru pikiran yang dihidupkan. Pikiran itu dihidupkan dengan ilmu pengetahuan, yaitu melalui dirosah dan kuliah. Jika hati dan pikiranmu itu hidup, maka keduanya akan mengatur kehendak-kehendakmu, kemauanmu, dan kreasimu, agar ada keseimbangan antara perkembangan dan kelurusan hidup. Semua itu harus bersentuhan dengan pengalaman pengorbanan dan tanggung jawab. Dari situ baru akan melahirkan kekuatan untuk mengatasi berbagai masalah.
       Pendidikan akan berhasil kalau seseorang berhasil mengatasi masalah hidupnya, dan dia tidak akan pernah berhasil, ketika hidup orang itu sendiri sudah bermasalah. Oleh karena itu, anak-anak muda yang hidup dalam derita, sangatlah bagus, asalkan tidak pada tingkat kolaps. Jadi, sekolah atau mencari uang sendiri dengan mengajar, itu lebih indah dan lebih memungkinkan bagi dia untuk tumbuh menjadi orang besar dibandingkan anak-anak muda yang bersikap hedonis, karena pengorbanan yang dia lakukan merupakan latihan membentuk kepribadiannya. Teman-teman saya dulu yang ketika masih hidup serba enak-enakan, ketika mereka sudah tua, tidak tersisa apa-apa, kecuali hanya mengeluh. Sedangkan teman-teman saya yang masa mudanya penuh pengorbanan, pada umumnya mereka memperoleh sesuatu yang prestisius.

       Nah, karena kamu ini tidak bisa disuruh menyabit, maka paling tidak, kamu harus latihan memikul tanggung-jawab. Tanggung jawab ini harus dibentuk, karena tidak bisa berkembang dengan sendirinya pada dirimu. Jadi, masing-masing anak Al-Hikam harus pernah diberi tugas, kemudian dia bertanggung jawab dalam menjalankan tugas tersebut, kemudian melaporkan kekurangan dari tanggung jawab yang dia laksanakan. Yang demikian ini kelihatannya sepele, padahal ini adalah masalah besar.
       Indonesia ini kekurangan pemimpin yang bertanggung jawab, yang banyak adalah penguasa dan birokrat. Coba perhatikan!, ketika para korban lumpur sampai meblokade jalan, itu menunkkan bahwa para pejabatnya tidak tanggung jawab. Kalau mereka tanggung jawab, niscaya tidak akan menerlantarkan korban lumpur selama ini. Sementara itu, pejabat-pejabat di Jakarta justru sibuk memberikan hadiah pramuka di mana-mana, panen lele di mana-mana, dsb. Ini semua adalah wujud dari hilangnya responsibility. Kamu jangan sampai menjadi orang seperti itu. Koruptor itu termasuk orang yang tidak bertanggung jawab, karena mestinya harus menjaga amanat, namun uang yang diamanatkan kepadanya dipakai sendiri, dihabiskan, dan tidak peduli apakah rakyat menjadi miskin atau tidak.
       Untuk belajar tanggung jawab ini, harus ada pendidikan secara personal dan kolektif. Pendidikan personal dengan cara penugasan dari ustadz secara sendiri-sendiri,  sedangkan pendidikan kolektif harus dalam organisasi dan manajemen. Sekalipun di sini sudah ada saya dan para Asatidz, namun di sini harus tetap ada OSPAM sebagai tempat latihan tanggung jawab. Pasti sulit untuk mengemban tanggung jawab, namun justru kesulitan itulah yang akan menguji kamu apakah mampu atau tidak menjadi pemimpin yang tanggung jawab?.
       Orang yang demokrat itu harus berani dipimpin dan memimpin. Di Indonesia ini, orang hanya mau mempimpin, tidak mau dipimpim. Oleh karena itu, mantan Presiden selalu saja meributi Presiden di belakangnya, karena merasa dia lebih dulu menjadi Presiden dari pada Presiden yang sekarang. Budaya seperti ini salah, karena kalau seseorang berani memimpin, kemudian dia lengser, maka dia harus berani untuk dipimpim. Kondisi ini sudah tercipta di negara-negara yang maju. Presiden terdahulu ikhlash ditugasi oleh Presiden belakangnya. Contoh: Jimmy Carter, Bill clinton, George Bush senior, bahkan Goerge Bush yang tukang tembak ini, jika dia sudah lengser, dia juga siap diperintah oleh Presiden yang baru. Kondisi seperti ini sehat.
       Adapun fungsi OSPAM antara lain:
v  Pelajaran tanggung jawab
v  Pelajaran memimpin
v  Siap memimpin dan siap dipimpin
       Pergantian pengurus OSPAM ndak usah terlalu lama, supaya bergulirnya cepat. Nanti kamu jangan ogah-ogahan menjadi pengurus OSPAM, karena menganggap menambah beban pekerjaan, karena justru di situlah letak pentingnya OSPAm.
       Saya sering mendapat keluhan dari anak-anak yang keluar yang di sini karena malas, akhirnya mereka itu nyesel, karena ketika di rumah, mereka disuruh ngimami ndak bisa; disuruh memimpin istighatsah, ndak bunyi; disuruh memimpin tahlil ndak mau, tapi mau berkatnya; tampil di masyarakat dengan tidak percaya diri, mulai dari cara jalannya, caranya memimpin, dsb. Senengane cuma menjadi jadi kuli, sehingga tidak mempunyai kreativitas.
       Penyakit yang melanda kamu adalah penyakit kebebasan yang tanpa manhaj atau kebebasan yang tidak menggunakan patron, sehingga melahirkan demo-crazy bukan lagi democracy. Kondisi ini sedang melanda Indonesia secara besar-besaran, sehingga masyarakaty kita suka demo, protes, kritik, melawan, akan tetapi mereka sendiri tidak produktif, karena potensinya dihabiskan untuk ekstrovert, bukan tidak pengembangan diri.
       Memang pada waktu dipimpin Pak Harto dulu, masyarakat tertib dan tenang, namun tenangnya itu karena ndak iso obah, bukan tenangnya orang yang dinamis. Ibarat mobil Kijang yang diisi 20 orang, memang tenang karena penumpangnya ndak bisa obah. Setelah reformasi, masyarakat yang sudah ongkep tadi akhirnya semburat dan bereuforia, sehingga mereka masuk pada konsep demokrasi tak terbatas. Akhirnya yang terjadi adalah kebebasan yang menghancurkan produktifitas manusia itu sendiri, karena produknya berupa gegeran semata. Para mahasiswa lebih seneng demo daripada prestasi ilmiah, karena kalau demo itu mereka kelihatan benar, sedangkan yang didemo kelihatan salah. Yang terjadi di sini adalah tidak adanya keseimbangan antara kebebasan dengan keseimbangan bangsa.
       Saya curiga bahwa euforia saat ini adalah jebakan sistemik agar bangsa kita tidak produktif. Perhatikan, saat ini kita semakin miskin keadaan ekonominya, akan tetapi orang-orang semakin bermewah-mewah. Kondisi makin miskin, akan tetapi hati ingin selalu bermewah-mewah, hedonis, dan memaksakan diri. Sering saya katakan. Santri yang mbayar bulanan di sini sudah telat saja, kok malah beli HP, akhirnya hanya bisa miss call saja. Karena sikap hedonis dan sikap instan ini dilandakan di Indonesia secara global, maka semua orang teracuni. Bukan berarti semua yang datang secara global itu jelek, karena ada juga yang positif, misalnya dalam bidang penelitian, manajemen, teknologi, komunikasi, dll. Akan tetapi kalau sudah mengenai budaya dan sikap mental, ini lebih banyak bersifat negatif.
       Semua ini masuk ke Indonesia tanpa ada saringan. Satu-satunya yang menyaring adalah orang yang bersangkutan. Eofuria ini bukan hanya melanda kamu yang masih muda ini, bahkan para Kyai pun ikut-ikutan bikin partai, padahal mereka tidak tahu-menahu tentang politik. Akhirnya para Kyai itu justru diakali oleh buntut belakang yang memang berprofesi sebagai politisi betulan. Para Kyai seperti ini sebetulnya salah paham dan tidak mengerti peta; mereka juga lupa kalau menjadi penjaga moral adalah jauh lebih terhormat. Namun euforia yang paling hebat melanda pada golongan mahasiswa dan pelajar. Kenapa?, Karena pelajar ini masih belum mempunyai kebutuhan, karena masih disupport oleh orang tua dan sedang dalam masa-masa kebebasan. Oleh karena itu, ketika disodori sesuatu, semuanya ditelan habis oleh generasi muda.
       Sekali lagi saya mengingatkan, bahwa di pesantren ini kamu dididik, sedangkan kamu masuk ke kampus akan dibebaskan. Yang harus dimenangkan adalah pendidikan. Kalau kamu berkumpul dengan orang lain, jangan terlalu kaku, namun juga jangan sampai tergerus oleh budaya hedonistik yang menghancurkan masa depanmu.
       Mengapa saya bertahap bisa naik terus seperti ini?. Hal ini karena saya penuh dengan pengorbanan dan derita pada waktu proses kehidupan pada waktu muda. Saat mulai sekolah di Gontor kelas 4, sudah ndak disangoni oleh ayah saya. Saya sekolah di sini juga mencari kebutuhan makan sendiri. Mengajar untuk membayar sekolah, dsb. Tapi karena tempaan yang seperti itulah, akhirnya saya menjadi matang, karena setiap hari ada latihan problem solving, sehingga ketika ada masalah yang besar, saya sudah terlatih untuk mengatasinya. Saya tidak ingin kamu seperti saya, karena dunianya memang beda. Akan tetapi kamu harus memegang teguh prinsip-prinsip tanggung jawab, berani tanggung jawab, hati hidup, otak bagus, pengendalian kepribadian, dll. Semua itu sama saja dari satu generasi ke generasi yang lain, hanya polanya saja yang berbeda. Oleh karenanya, kamu harus bisa memilah sendiri, kalau globalisasi itu berupa manajeman, teknologi, dan informasi; maka semua itu tergolong bagus. Namun globalisasi hedonitas dan kelakuan itu dekadensinya sangat tajam.
       Pesantren tidak bisa mengontrol kamu, maka kamu harus bisa mengontrol dirimu snedinri. Pesantren cuma nyangoni kamu supaya hati dan pikiranmu bisa digunakan sebagai alat kontrol untuk dirimu sendiri. Kalau kamu sudah tekontrol, maka mari kita berkembang dengan memanfaatkan globalisasi pada sisi yang positif.
       Insya Allah, pada waktu yang akan datang, kita ada kedatangan Menteri Riset dan Tekhnologi. Dia mempunyai banyak ide tentang pengembangan riset, terkhnologi, perbantuan-perbantuan dan semacamnya. Malah saya goda, Apakah risetnya ini ikut LSI atau tidak?, karena LSI itu sudah reklame dan merupakan 'PR'-nya pemerintah. Saya mempersilahkan Menteri untuk datang ke Pesantren Al-Hikam. Mungkin dia akan mengiring tim peninjau terlebih dulu. Kalau tim peninjau itu datang ke sini, ajak mereka diskusi secara bebas dan dialog yang intensif. Tekhnologi apa yang bisa diperbantukan dan kira-kira diperlukan oleh Al-Hikam. Kalau rencana ini berhasil, maka Al-Hikam akan dijadikan sebagai pangkalan tempat bertemunya pesantren-pesantren lain dalam upaya pengembangan riset dan tekhnologi. Kalau globalisasi seperti ini yang dikembangkan, berarti positif. Akan tetapi kalau sudah berkenaan dengan pergaulan dan hedonisme, Barat selalu saja membikin dunia Timur tidak berdaya untuk melancarkan imprealitasnya.
       Kalau Menristek-nya sendiri sudah datang ke sini, maka tinggal teken kontrak apa yang dikerja-samakan. Keruk keutungan sebanyak-banyaknya, jangan ragu untuk minta ini-itu, karena banyak alat-alat yang sudah lama ditumpuk tanpa ada yang meminta. Misalnya; Radio, alat komunikasi, dsb. Nah, kalau modern dalam seperti ini, tentu bagus, akan tetapi kalau modern dalam arti wanita ndak kelamben, maka itu hanya jurusan 'masuk angin' saja. Mahasiswa bergaya memakai celana pendek, berkemeja dan pakai dasi, tampil ndak karu-karuan, celana yang ndak sobek, disobeki sendiri, sehingga modele didelok koyok nggembel. Kalau nggembel-nya orang Barat dikarenakan mereka sudah bosan pakai dasi, sedangkan kalau nggembel-nya orang sini dikarenakan ndak kuat beli nasi. 
       Setelah akhlaq kamu diberesi, kecerdasan ditingkatkan, kemudian tempeli semua itu dengan manajemen, tekhnologi dan tata nilai kehidupan yang produktif. Inya Allah, dengan demikian, pelan-pelan Allah SWT akan membimbing kamu menjadi orang yang bermanfaat. Ingat, semakin hari semakin sulit, perlu anak yang tangguh untuk menerobos kesulitan itu, bukan anak-anak yang cengeng, suka bermewah-mewah, akan tetapi anak yang berani menderita, tapi tidak hidup menderita; berani berkorban supaya tidak menjadi korban; bertanggung jawab, siap memimpin dan dipimpin sekaligus.    

0 komentar:

Posting Komentar

Edufunia Right. Diberdayakan oleh Blogger.