Memberesi Hablumminallah Dan Hablumminannas
Abah
Hasyim Muzadi
Di dalam mengisi hari-hari
ampunan (maghfirah) ini, modal kita
adalah melakukan muhasabah (mawas diri dan memperbaiki diri). Pada pertemuan sebelumnya, saya sudah sampaikan beberapa
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam istilah Hadits Rasulullah
SAW disebutkan:
Orang-orang yang mendekat kepada Allah sepanjang satu
jengkal, maka Allah akan mendekat kepadanya dengan satu depa. Apabila seorang
hamba mendekat kepada Allah dengan berjalan, maka Allah akan mendekat kepadanya
dengan berlari.
Pada saat
kita memperbaiki diri sendiri, maka orang lain akan memperbaiki sikapnya
terhadap diri kita, tanpa perlu kita suruh
(perintahkan).
أَصْلِحْ نَفْسَكَ يَصْلُحْ لَكَ النَّاسُ
Perbaikilah dirimu, niscaya orang sekelilingmu akan
memperbaiki sikapnya kepada dirimu
Sebenarnya
masing-masing dari kita mempunyai howo
(medan magnit), baik ataupun tidak baik. Medan magnit pada diri kita itu ibarat
junnah (Perisai). Orang baik biasanya didatangi oleh orang baik,
sedangkan orang yang selingkuh dan jahat, orang yang datang menjadi temannya
adalah orang yang satu tipe dengannya, karena Rasulullah SAW telah bersabda;
أَلْأَرْوَاحُ جُنُوْدُ الْمُجَنَّدَاتِ
Ruh itu saling bergandengan
antara diri kita dan keluarga serta orang lain, oleh karena itu setiap orang
suka berkelompok dengan orang yang satu tipe dengannya.
Sekalipun demikian, mungkin masih ada orang shalih yang disiasati oleh orang-orang yang tidak shalih, namun hal itu tidak pada umumnya, dan apabila hal itu benar-benar terjadi, pada ujung-ujungnya orang yang shalih tersebut akan diselamatkan oleh Allah SWT. Dalam istilah disebutkan;
Sekalipun demikian, mungkin masih ada orang shalih yang disiasati oleh orang-orang yang tidak shalih, namun hal itu tidak pada umumnya, dan apabila hal itu benar-benar terjadi, pada ujung-ujungnya orang yang shalih tersebut akan diselamatkan oleh Allah SWT. Dalam istilah disebutkan;
Becik ketitik ala ketoro
Ketitik dan ketoro itu
berada di belakang, bukan di depan. Artinya, taqarrub kita kepada Allah SWT
akan memperbaiki diri kita dan memperbaiki sikap orang lain kepada kita.
Selanjutnya, mari kita memperbaiki sikap kita kepada orang lain terutama dalam
hari-hari penuh maghfirah ini. Tindakan ini kita mulai dengan keluarga, yaitu
bagaimana kita memperbaiki hubungan kita dengan keluarga, istri dan anak-anak
kita dengan cara saling berdo’a dan saling menjaga satu sama lain. Ketika saya
masih kecil, kalau ada seorang anak dalam perantauan yang jauh, dan ketika itu
tidak ada telphon apalagi HP, akan tetapi hubungan antara ibu dengan anaknya
tersebut rasanya tersambung, karena disambungkan dengan do’a dan taqarrub yang
mereka tujukan kepada Allah SWT.
Sikap
memperbaiki diri kepada orang lain ini harus dimulai dari keluarga kita
sendiri. Sebagai seorang ayah, kita perlu mendo’akan istri dan anak kita secara
rutin setiap hari. Jangan dikira kita bisa menguasai keluarga kita dengan 100%.
Banyak orang kaya yang keluarganya hancur, banyak orang berpangkat yang
keluarganya berantakan, dan banyak orang terkenal serta berstatus silibritis justru dipermalukan dengan
buruknya keadaan keluarga mereka di depan umum. Semua fakta itu menjadi bukti
bahwa hubungan suami-istri dan anak tidak cukup dengan tangan kita, akan tetapi
harus melibatkan tangan (kekuasaan)
Allah SWT.
Banyak anak
yang ditinggal mati oleh orang tuanya sehingga dia tumbuh sebagai anak yatim
piatu, akan tetapi kemudian dia menjadi orang besar. Jika demikian adanya, maka
siapa yang merawat anak tersebut?. Jawabannya adalah: Allah SWT. Di sisi lain,
banyak juga orang yang ditunggui oleh
orang tua yang masih hidup, namun hidupnya menjadi berantakan berikut kedua
orang tuanya, padahal mereka berada dalam keadaan cukup kekayaan dan ketenaran.
Semua fakta
di atas hendaknya menyadarkan kita bahwa kita memang diberi kehidupan oleh
Allah SWT, namun kehidupan ini bukan sepenuhnya milik kita. Milik kita hanyalah
ikhtiyar, dan selebihnya adalah milik Allah SWT. Kepandaian kita adalah bagian
dari kehidupan, bukan kehidupan bagian dari kepandaian kita. Kita memang
memerlukan harta, namun kehidupan kita lebih mahal dari harta. Marilah kita
merenungkan semua ini di bulan penuh maghfirah ini.
Mudah-mudahan
setelah kita mengurusi hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah SWT), kita
mengurusi hablum minannas (hubungan manusia dengan sesama manusia). Jangan
jauh-jauh, kita mulai dari keluarga, tetangga, dan teman dalam arti yang lebih
luas. Sebagai langkah awal, maka kita harus mau merasakan derita orang fakir
dan miskin. Siapapun yang mempunyai kelebihan makanan pada hari raya, maka dia
harus mengeluarkan zakat fitrah. Kalau khawatir tidak mempunyai beras pada hari
itu, maka bisa dicicil mulai malam
ini, yaitu mengeluarkan zakat fitrah untuk diri kita, istri kita dan anak kita.
Kemudian zakat itu diberikan kepada fakir miskin, karena pada tanggal 1 Syawal
semua orang diharamkan berpuasa dan harus makan, artinya harus ada makanan yang
bisa dimakan. Oleh karena itu Idul Fitri bisa diartikan sebagai “hari makan
pagi”. Jangan ada seorangpun di muka bumi ini yang tidak sarapan pagi pada saat
Idul Fitri, oleh sebab itu diwajibkan zakat fitrah. Zakat fitrah berfungsi
sebagai penyucian diri (thuhrah) dan fungsi kemanusian. Mudah-mudahan kita
kembali kepada fitrah.
Semua
renungan ini kita selesaikan pada 10 hari kedua, sehingga pada 10 hari ketiga
kita sudah terbebas dari neraka. Orang yang puasanya berhasil, maka hartinya
akan trenyuh mendengar takbir di
malam hari raya. amin.
0 komentar:
Posting Komentar