Rabu, 12 Februari 2014

Do'a Mustajabah

                                         Resep Do’a Mustajabah


         
Kita sudah memasuki hari yang ke-8 dari bulan Ramadhan. Alhamdulillah, Jama’ah shalat tarawih kita masih lumayan, meskipun sudah ada yang gripis karena tidak mampu melewati babak penyisihan. Mudah-mudahan kita diberi kekuatan istiqomah oleh Allah SWT.
       Dua hari lagi kita akan memasuki periode maghfirah (ampunan Allah SWT). Oleh karena itu mari kita gunakan waktu ampunan ini untuk memohon ampun kepada Allah SWT dan memulainya dengan kata-kata. Inilah yang disebut dengan mohon ampun pada kelas pendahuluan. Permohonan ampun melalui lisan dengan cara bersitighfar mengucapkan kalimat; أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمِ kemudian diupayakan agar suara istighfar tersebut merasuk ke dalam hati, sehingga yang beristighfar adalah lisan sekaligus hati kita.
       Hati yang sudah bisa beristighaf ini nantinya akan mampu mengendalikan anggota badan kita (jawarih). Dengan demikian, maka kita harus melakukan dua hal, yaitu puasa yang disertai rasa iman dan melakukan ihtisab (mawas diri). Kita mulai dengan mengingat satu persatu kelemahan (kesalahan) yang kita miliki, kemudian kita menyesalinya. Selanjutnya kita berusaha untuk mengurangi kelemahan kita secara pelan-pelan dengan cara memohon ampun kepada Allah SWT dan berdo’a kepada-Nya.
       Do’a kita akan mustajab (dikabulkan) kalau sudah memenuhi syarat, yaitu: apa yang kita mohon sesuai dengan apa yang kita lakukan. Dengan demikian do'a akan mustajab (terkabul). Misalnya: Kita yang berada di Malang ini berdo’a agar segera sampai ke Surabaya, maka kita harus berjalan ke utara. Kalau Bapak-bapak berdo’a sambil menangis agar bisa sampai ke Surabaya, namun kita berjalan ke arah selatan, niscaya tidak akan sampai. Yang paling repot (bingung) adalah malaikat, karena dia harus memilih antara dua hal yang berseberangan, yaitu antara keinginan dan tindakan yang dia lakukan.
       Do’a orang-orang masa lampau itu mustajabah, karena mereka bisa menyesuaikan antar
a permintaan dengan perbuatan. Misalnya: Mereka memohon anak yang shalih, rezeqi mereka halal. Ketika mereka memohon keselamatan, mereka memang berhati-hati. Ketika memohon kesehatan jasmani, mereka makan secara hati-hati, tidak sembarangan. Ketika mohon memperoleh banyak rezeqi, mereka berangkat ke sawah di pagi hari. Dengan demikian, do’a adalah ikhtiyar bathin, sedangkan ikhtiyar adalah do’a lahir. Kalau hubungan antara do’a dan ikhtiyar ini terputus, maka do’a akan sulit dikabulkan. Kita terus diperintahkan oleh Allah SWT untuk berdo’a. Oleh karena itu kita harus terus memperbaiki diri supaya benar-benar pantas diberi oleh Allah SWT.
       Istijab do’a (pengabulan do’a) itu ada dua macam; cepat (عاجلا) dan lama (أجلا). Orang yang berdo’a adakalanya sudah diberi ketika masih di dunia, dan ada yang diberi ketika di akhirat saja, serta ada yang diberi oleh Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat.
       Contoh do’a yang dikabulkan dalam jangka waktu yang lama adalah ketika para pahlawan bangsa telah berjuang agar Indonesia merdeka, namun kemerdekaan Indonesia justru terjadi pada masa cucu-cicit mereka. Sedangkan contoh do’a yang cepat dikabulkan adalah ketika ada tukang becak yang sedang membutuhkan uang untuk biaya sekolah anaknya, kemudian dia berangkat di pagi hari, sesaat kemudian dia memperoleh penumpang yang sudah bisa mencukupi kebutuhannya.
       Contoh do’a yang dikabulkan dalam beberapa tahun adalah ketika saya (Abah Hasyim Muzadi) berdo’a kepada Allah SWT mudah-mudahan diberi kesempatan untuk mengelilingi dunia Allah SWT. Saya berdo’a dengan menangis di dekat Ka’bah pada tahun 1990, namun baru dikabulkan pada tahun 1998.
       Ada kalanya istijab do’a dengan cara berangsur-angsur. Misalnya; seseorang berdo’a agar menjadi orang kaya. Kalau dia langsung diberi kekayaan yang melimpah, dia akan menjadi sombong, oleh karena itu dia baru diberi kekayaan ketika sudah tua dan agak sakit-sakitan. Sehingga meskipun orang itu menjadi kaya, dia tidak terlalu angkuh dan sombong.        
       Ada kalanya istijab do’a itu dengan cara diganti. Misalnya; Ada orang meminta A, namun justru diberi B oleh Allah SWT, karena A tidak cocok bagi orang itu, sedangkan yang cocok adalah B. Contoh lain adalah ketika saya berdo’a agar menjadi wapres, namun ternyata saya tidak menjadi wapres.
       Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah : 216
|=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãA$tFÉ)ø9$# uqèdur ×nöä. öNä3©9 ( #Ó|¤tãur br& (#qèdtõ3s? $\«øx© uqèdur ׎öyz öNà6©9 ( #Ó|¤tãur br& (#q6Åsè? $\«øx© uqèdur @ŽŸ° öNä3©9 3 ª!$#ur ãNn=÷ètƒ óOçFRr&ur Ÿw šcqßJn=÷ès? ÇËÊÏÈ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.
Adakalanya kamu mempunyai suatu keinginan, akan tetapi keinginanmu itu tidak baik bagimu. Seumpama saya jadi wapres, bisa jadi saya hanya sibuk mengurus Lumpur Lapindo atau bahkan Al-Hikam akan didemo karena harga BBM naik.
       Semua itu yang mengerti hanya Allah SWT. Kewajiban kita adalah berdo’a, menyesuaikan tingkah laku dengan do’a dan beristighfar secara terus menerus. Selanjutnya berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Jangan ikut mencampuri Allah SWT dalam hal pengabulan do’a, karena hal itu akan membuat stress kalau do’anya tidak dikabulkan; dan jika do’anya dikabulkan, dia menjadi orang yang sombong.
       Adakalanya do’a yang tidak dikabulkan. Misalnya; Orang memohon menjadi orang kaya, namun dia masih tetap miskin. Memohon keselamatan, namun justru tertabrak sepeda motor, dll.
       Seorang ulama’ bernama Imam Ibnu ‘Athoillah RA (Penulis Kitab Hikam) pernah berkata:
مَنْعُ الْعَطَاءِ عَيْنُ الْعَطَاءِ
Pencegahan pemberian merupakan pemberian yang sesungguhnya
       Kalau Allah SWT tidak memberi, maka itulah pemberian-Nya yang sebenarnya.
       Hal ini sama dengan ketika putera Anda yang berusia 2 tahun, meminta sambal pedas. Kemudian Anda tidak mau menuruti keinginannya. Maka penolakan Anda tersebut adalah bentuk kasih sayang terhadap putera Anda. Oleh karena itu punya prasangka buruk kepada Allah SWT adalah haram. Kewajiban kita adalah berdo’a, beristighfar serta berjuang gigih, dan selebihnya biar diatur oleh Allah SWT. Sebab kalau kita berdo’a kepada Allah SWT dengan memaksa, maka hal itu sama saja dengan memalak-Nya.
       Dengan berjalan dan melakukan hal-hal di atas, Insya Allah kita akan selamat di dunia dan akhirat. Saat ini kita masih mempunyai kesempatan sebanyak dua hari untuk bersiap-siap menyambut periode maghfirah dengan cara memperbaiki diri. Ingat!, periode ampunan ini jangan kita sia-siakan.

0 komentar:

Posting Komentar

Edufunia Right. Diberdayakan oleh Blogger.