BELAJAR GAYA HIDUP
KEPADA BANGSA CHINA
Pada
kesempatan kali ini, sebenarnya saya masih sangat lelah, karena saya tidak
tidur selama 36 jam. Kemarin saya masih di Beijing . Di sana saya pergi ke Great Wall
(tembok raksasa) yang panjangnya kurang lebih 6.000 KM dan lebarnya kira-kira 7
M. Setelah itu mampir di pabrik jamu, dan kembali ke Indonesia pada pukul 17.00.
Masuk di Jakarta pukul 04.00 WIB. Ketika di pesawat, ketepatan cuaca sedang kurang
baik, sehingga saya tidak bisa tidur. Saya naik pesawat yang berukuran kecil, yaitu
pesawat 737 seri 400. Setelah itu saya berangkat ke Suabaya karena harus
mengisi ceramah di sana
dari jam 09.00-01.00 WIB. Setelah itu pulang ke Malang dan sampai di sini ba'dal Ashar.
Jadi, kalau dihitung-hitung, berarti saya tidak tidur selama 36 jam, sehingga sudah
nggeliyeng-nggeliyeng.
Saya
ingin menyampaikan sesuatu yang menarik tentang RRC (Tiongkok) kepada kamu
semua. Dengan perjalanan ini, saya menjadi lebih mengerti kenapa Rasulullah SAW
menganjurkan kita supaya mencari ilmu, sekalipun ke Negeri Cina. Saya
perhatikan ada beberapa kekhususan dari China , yaitu:
1.
Segi Historis (Sejarah)
2.
Segi Geografis
Luas Negara
China
ini luar biasa, bahkan melampui luasnya Amerika Serikat dan hampir sama dengan
luas Uni Sovyet sebelum pecah.
3.
Segi Populasi
Negara China
mempunyai jumlah populasi terbesar di dunia, yaitu mencapai 1,3 milyar jiwa. Ini
jumlah penduduk yang ada di China
daratan, belum lagi bangsa China
berada di luar China
(Overseas China). Di Negara mana-mana pasti ada orang China , termasuk Kalpataru, Cengger
Ayam, bahkan daerah yang nyelempit-nyelempit itu. Jadi, tidak ada satu kota pun di dunia ini yang
tidak ada orang Chinanya. Jumlah populasi orang China yang berada di luar RRC itu
kalau ditotal sekitar 600 juta jiwa. Sehingga kalau ditotal secara keseluruhan,
maka jumlah populasi warga China
mencapai hampir 2 milyar jiwa.
4.
Segi Ekonomi
Di samping
sebagai pekerja keras, orang China adalah pekerja cerdas. Sekarang ini, tidak
ada satu barang pun di dunia ini yang tidak ditiru oleh Negara China .
Suatu saat saya pergi ke pasar malem. Di sana saya ditunjukkan jam
tangan merk Rolex, mulai dari yang asli seharga 70 juta Rupiah, sampai Rolex
yang seharga Rp. 70.000, dan kita sulit untuk membedakan antara yang asli dengan
yang palsu. Oleh karena itu, RRC mempunyai potensi luar biasa untuk
menghancurkan Barat. Apalagi produksi-produksi di sana dibuat secara besar-besaran, yaitu kalau
satu orang membuat 10 baju, maka dari RRC akan mengekspor sekirat 12-13 milyar baju.
5.
Rasa Persaudaraan (Kecinaan)
Bangsa China mempunyai
rasa "kecinaan" dunia. Jadi, kalau orang China
ketemu sama orang China
lainnya, perasaannya lain dibandingkan ketemu dengan kita.
6.
Segi Politik
Dahulu
Negara China
diperintah oleh Kaisar. Tunduk kepada Kaisar adalah harga mati, sehingga pada
zaman Kekaisaran, Kaisar menyuruh rakyat untuk membangon tembok besar China
meski harus mengorbankan ratusan ribu jiwa. Tembok besar China ini dibangun di puncak-puncak
bukit dan panjangnya sekita sepanjang 6000 KM. Kalau ada pekerja yang mati,
maka langsung dikuburkan di dekat situ. Jadi, tembok besar China itu sebenarnya angker karena
ada alam arwahnya.
Setelah
itu Negara China
dipimpin oleh Komunis. Pemerintahan Komunis ditambah dengan etos kerja bangsa China yang luar biasa, menjadikan Negara China
memperoleh untung besar. Kenapa?, karena nilai yang dimakan oleh masing-masing
orang China ,
lebih sedikit dari pada nilai hasil kerja mereka. Ibaratnya: kalau nilai
kerjanya Rp. 20.000 perhari, maka dia hanya memakainya sebanyak Rp, 10.000
sehari, sedangkan yang Rp. 10.000 lainnya menjadi hak Negara, sehingga yang semakin
kuat adalah Negaranya. Ini terjadi pada waktu pemerintahan Komunis dipimpin oleh
tokoh bernama Mao Zedong.
Setelah
Mao Zedong meninggal dunia, sistem ekonomi China diubah, namun politiknya
tetap berhaluan Komunis. Artinya: orang China
masih diperintahkan untuk kolektivitas, tapi ekonomi China mulai dibuka pelan-pelan. Dari
situ, mulai ada ekspor dan impor, investasi, dsb. Bahkan lebih dari 4 juta
anak-anak muda China ,
dikirim ke seluruh dunia untuk belajar membuat barang-barang yang dibuat di
negara-negara yang mereka tempati. Semua itu dibiayai oleh Negara.
Akhirnya
ekonomi China
meledak dan berkembang sangat pesat. Kenapa?, karena bangsa China itu tidak suka hidup mewah,
di samping karena budaya, juga karena faktor politik Komunisme yang dianut. Jadi,
Negara China itu dari Komunis, bergeser ke arah Sosialis yang agak longgar,
bahkan sekarang menjadi Kapitalis, namun bukan "dikapitalisi" oleh orang
lain.
Dalam
tempo kurang dari 20 tahun, kota-kota besar di China
disulap menjadi lebih hebat dari Washington
dan New York .
Jadi, di sana saya seperti memasuki daerah yang
aneh, karena saya dulu pernah ke China , tapi tidak seperti yang sekarang
ini. Sekarang ini Negara China
luar biasa hebatnya dan mulai menggeser posisi ekonomi Barat. Kenapa itu bisa
terjadi?, karena RRC tidak mau terikat dengan semua ikatan ekonomi
internasional, baik itu IMF, ILO, WTO, dsb. Sehingga RRC ini berjalan tidak
berdasarkan konsensus internasional, melainkan menggelinding sendirian dengan
kekuatan raksasa yang mereka miliki.
Hidup bangsa
China
tetep sederhana, karena mereka mempunyai budaya yang mengacu kepada filsafat
Konghucu. Sekalipun bangsa China
adalah komunis yang menganut ajaran tidak bertuhan (atheisme), tapi sebenarnya mereka
masih mendewakan Kongfuche sampai hari ini. Orang China
yang beragama Kristen menganut Konghuchu, orang China yang beragama Islam juga
menganut Konghuchu, dsb. Konghuchu sudah menjadi agama negara dan agama bangsa.
Umat Islam
di China tidak besar, jumlah mereka kurang lebih sekitar 50 juta saja. Apa
artinya 50 juta muslim di tengah-tengah 1.3 milyar penduduk RRC. Orang Islam di
sana rata-rata sudah
berusia tua yang kelasnya "Husnul khatimah".
Nah,
yang menarik bagi saya dan mungkin cocok dengan kandungan Hadits di atas adalah
bahwa bangsa China
itu selalu hidup di bawah jumlah penghasilannya. Saya kira, sikap ini perlu kamu
tiru. Tidak ada orang China
yang menghabiskan uang Rp. 10.000 sehari, kalau penghasilannya tidak mencapai Rp.
15.000. Ketika orang China
masih berpenghasilan Rp. 5.000, maka dia hanya makan sebanyak Rp. 4.000 saja. Jadi,
bangsa China
itu pantang memakan habis hasil keringatnya dan harus ada sisa dari hasil
keringatnya tadi.
Bangsa China sudah
terbiasa hidup sederhana. Mereka bisa bikin mobil, motor, dsb. Mereka juga bisa
meniru sepeda motor model Harley Davidson. Meskipun demikian, mereka jarang
naik sepeda motor. Saya lihat di kota Peking, kalau orang mau bepergian yang jaraknya
kurang dari 1 KM, maka mereka memilih jalan kaki; kalau lebih dari 1 KM, mereka
memilih naik sepeda; dan kalau lebih dari 5 KM, maka mereka memilih naik bus. Kalau
sudah kaya betul, baru mereka mempunyai mobil; itupun jarang dipakai, karena
mereka lebih suka naik bus sekalipun sudah mempunyai mobil sendiri. Alasan
mereka sederhana dan rasional, yaitu jalan kaki itu lebih hemat, lebih sehat, lebih
selamat, dan anti-polusi.
Di sana juga banyak sepeda pancal,
namun sepeda yang dipakai itu jelek-jelek, karena yang baik-baik itu untuk dijual.
Jadi, bangsa China
ini mempunyai sifat-sifat yang agak aneh dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang
lain. Orang China
itu kalau yang terbaik untuk dijual, sedangkan yang jelek untuk dipakai sendiri.
Di RRC jarang
ada rumah mewah, yang banyak adalah rumah susun, maklum jumlah penduduknya milyaran
orang. Sedangan bangunan yang megah-megah adalah semacam universitas,
pertokoan, mall, kantor, dsb.
Saya kan sudah ke Eropa, Amerika, Timur Tengah, Afrika, dsb.,
saya melihat bangsa China
ini memang aneh. Mereka lebih mendulukan bekerja dari pada makan. Jumlah yang
dimakan harus di bawah hasil kerja. Sebenarnya makannya orang China itu banyak sama dengan makanya
orang Arab; akan tetapi karena mereka berolah-raga terus, sehingga jarang yang
gemuk. Lain hanya dengan orang Amerika, di sana
ada wong gowo wetenge tok wis kabotan, mergo kakean badokan.
Lalu saya teringat pada Hadits Rasulullah SAW di atas, mungkin Hadits itu ditujukan
untuk urusan kehidupan duniawi. Maksudnya: Kalau mau mengatur duniawi, maka sampeyan
ikut teorinya China .
Bangsa China
ini pekerja keras dan pekerja cerdas. Kalau orang Bugis, Madura dan Batak
adalah pekerja keras, tapi tidak cerdas, sehingga kalau ayahnya jualan rokok di
rombong, maka anaknya juga demikian. Beda dengan orang China ; kalau ayahnya jualan kacang buntelan,
maka pada saat anaknya nanti, usahanya sudah menjadi pabrik kacang. Jadi, untuk
faktor enterpreneurship, mungkin China itu nomer satu di dunia.
Orang
Barat itu hebat dalam hal penelitian dan penemuan. Mereka meneliti sampai bisa
menemukan listrik, kereta api, silinder, dsb. Adapun masalah berdagang dan
mencari rezeki, jagonya adalah China .
Sedangkan kalau makan tapi tidak kerja, jagonya adalah orang Indonesia . Jadi, orang Indonesia
itu maunya, kalau kerja tidak berkeringat, tapi kalau makan, harus berkeringat.
Berarti di sini kita mengalami hambatan budaya untuk maju.
Di RRC,
kalau satu rumah diisi oleh 10 orang, maka yang 9 orang bekerja, sedangkan yang
1 orang nganggur karena sudah tua. Sedangkan kalau di rumah-rumah
Indonesia, maka yang 1 orang bekerja, sedangkan yang 9 orang nganggur; yang
nganggur pun masih ngotot minta HP, akhire hanya bisa miss
call tok, karena tidak kuat membeli pulsa. Jadi, orang Indonesia
itu sombong didisekno, mergo sugih durung mesti. Inilah budaya hedonistik
yang menghambat kemajuan kita. Oleh karenanya, orang China di Indonesia ini selalu
lebih kaya dari penduduk asli Indonesia yang beradara di sekelilingnya, karena
mereka adalah pekerja keras dan pekerja cerdas, sementara orang Indonesia ingin
kaya tanpa berpayah-payah dan tanpa ada program.
Ini
semua membuat saya mikir-mikir: seandainya ibadah, tauhid, dan akhlaq
kita digandengkan dengan etos
kerjanya orang China ,
maka saya kira, itulah yang dimaksud oleh Hadits Rasulullah SAW:
إِعْمَلْ
لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا، وَاعْمَلْ لِأَخِرَتِكَ كَأَنَّكَ
تَمُوْتُ غَدًا
Bekerjalah untuk duniammu,
seakan-akan engkau hidup selamanya; dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan
engkau akan mati esok hari
Kesalahan
orang Islam adalah menghindari kerja keras, seakan-akan tidak berkerja keras
adalah bagian dari tasawuf, padahal pandangan seperti itu adalah bagian dari
kebodohan. Tasawuf itu ngeresii ati, bukan nganggur. Banyak orang Islam
yang merasa mulya ketika ngganggur, tapi kok urip, padahal orang
seperti ini pasti menjadi benalu atau seperti bunga teratai yang hidup terombang-ambing
di atas air, sekalipun berbunga, ia tidak bisa lepas dari air. Oleh karena itu,
saya ingin kamu semua mempunyai etos kerja dan enterpreneurship.
Saya melihat orang China di sana
jarang omong. Mereka ngomong seperlunya, karena pekerjaan lebih
mereka dahulukan. Sedangkan di sini, omong-omongan tok iso sampek
4 jam sambil negentokno kopi 4 gelas, serta bercerita yang sama sekali
tidak ada gunanya. Ini disebut dengan wasting time (menyia-nyiakan
waktu), padahal di dalam Hadits disebutkan bahwa orang yang menyia-nyiakan waktu
atau hidupnya, berarti dia sedang disia-siakan oleh Allah SWT.
Sebenarnya
Islam mengajarkan etos kerja ini ketika Rasulullah SAW ditanya: "Rezeki
apa yang paling baik?", beliau menjawab; "Rezeki terbaik adalah rezeki
hasil tangannya sendiri". Kadang-kadang, karena orang tua masih cukup, maka
seseorang nebeng kepada orang tua, sementara dia sendiri tidak ada mempunyai
kreativitas; sehingga begitu ditinggal mati oleh orang tuanya, dia akan kelabakan.
Saya
melihat bahwa perusahaan-perusahaan besar milik orang China di Indonesia, rata-rata
Grand Manager-nya berusia di bawah 40 tahun. Misalnya: Gudang Garam, Djarum, dsb.
Perusahaan-perusahaan itu sudah tidak dipegang oleh ayahnya, karena ayahnya
sudah menjadi konsultan, sedangkan yang menjadi eksekutif commite-nya adalah
anak-anaknya.
Saya sebenarnya ingin kamu berlatih dua
hal, yaitu: jangan memubadzirkan waktumu, demi menegakkan etos kerja dan
berusahalah berprestasi lebih tinggi dari pada apa yang kamu butuhkan.
Hal-hal
seperti di atas, kalau digandengkan dengan akhlak dan tauhid, maka
itulah bentuk nyata dari fiddunya hasanah wa fil-akhirati
hasanah.
Negara-negara
Islam, mulai dari Saudai Arabia sampai Maroko,
adalah Negara-negara yang kaya, namun bukan Negara yang maju. Negara-negara di
Timur Tengah menjadi Negara kaya, karena mempunyai minyaknya melimpah. Namun
karena yang menyedot minyak adalah Amerika, maka Negara-negara Timur Tengah
hanya dikasih 15 % dari hasil sedotan. Itu sudah membuat mereka menjadi
Negara kaya, akan tetapi tidak bisa menjadikan mereka sebagai Negara maju, karena
nyedot minyak saja tidak bisa. Sementara Negara-negara di Timur Tengah
yang tidak punya minyak, semuanya menjadi Negara miskin, contoh: Mesir , Tunisia ,
Al-Jazair, Moroko, apalagi Sudan .
Sudan
itu ibukotanya bernama Kartoum, namun bandara Kartoum saja tidak ada WC-nya,
sehingga kalau mau kencing harus melayu adoh ke tempat sing gerumbul-gerumbul,
sehabis kencing, diobati (maksudnya; diobat-abit).
Sebenarnya,
perintah melihat bangsa China
adalah bagian dari Hadits yang menyatakan bahwa hikmah itu adalah milik orang
mukmin. Kalau hikmah itu kececer pada orang lain, maka hikmah itu adalah
milikmu. Jangan karena tidak Islam, lalu kamu memusuhi mereka. Karena mutiara itu
kececer dan dipegang oleh orang lain, maka ambil kembali hikah itu. Contoh: Penelitian
itu kan
perintah Islam, lalu kenapa kita tidak memakai hasil penelitian orang Eropa?. Dulu,
sebelum orang Eropa maju, yang bisa meneliti dalam bidang kedokteran,
matematika, gizi, dsb. diteliti oleh ulama'-ulama' Islam. Oleh karena itu, ambillah
hikmah dari mana saja, asal hikmah itu benar menurut syariat Islam.
Jadi,
tidak bagus kalau ada orang yang membeda-bedakan antara daerah Islam dengan daerah
yang tidak Islam. Karena di daerah Islam itu ada tauhid, namun ada kelemahan;
sedangkan di daerah yang tidak Islam, ada kekufuran, namun ada kelebihannya. Hanya
saja, sampai hari ini, orang-orang Timur Tengah, masih juga membagi peta antara
Negara Islam dengan Negara tidak Islam, padahal mutiara-mutiara Islam sebagai
agama, telah tercecer di sana-sana, karena tidak dipegang oleh orang muslim di
negara Islam itu sendiri.
Ketika
saya masuk Somalia ,
penduduknya begitu miskin. Kalau di sana
ada orang bisa makan cukup setiap hari, itu sudah Alhamdulillah. Padahal
Negara ini mempunyai tambang-tambang yang banyak. Ini semua mengingatkan kita, kenapa
Negeri Islam, penduduknya miskin-miskin, sedangkan penduduk di daerah
non-muslim kok tidak demikian. Ilmu memang ada di sini, namun yang melakukan
adalah orang di luar Islam. Jadi, ilmu etos kerja, ilmu penelitian dan kerja
keras adalah Islami. Mereka yang melakukan ilmu itu, meskipun ndak pakai
syahadat; sedangkan di Negara-negara Islam pakai syahadat, tapi ilmunya tidak
diamalkan. Jadi, kalau syahadat itu ibarat lokomitif, sedangkan gerbongnya adalah
ilmu. Baik lokomotif maupun gerbong, itu sama-sama diperlukan. Kalau ada lokomotif
ndak pakai gerbong, itu kan
lucu.
Akhirnya
di Negara-negara Islam, penduduknya bertentangan karena selisih paham, saling
bunuh-membunuh karena selisih aliran, dsb. Jadi, Islam yang kaffah itu bukan
Negara harus distempel Islam, namun unsur-unsur ke-Islam-an yang harus
diterapkan di Negara itu. Nah, sekarang itu, golongan seperti Hizbut Tahrir,
FPI, dsb. mengatakan bahwa Islam Kaffah adalah kalau Indonesia yang dihuni oleh banyak
orang Islam ini, distempel Islam; ndak peduli apakah masyarakat di dalamnya
itu menjadi maling atau tidak. Padahal yang akan dihisab nanti adalah orang-perorang,
bukan institusi. Jadi yang harus bertanggung jawab adalah individu, bukan nation
state-nya. Baru pemahamannya saja, mereka sudah menceng dan tidak
karu-karuan. Mereka itu sebenarnya tidak kaffah, tapi merasa paling kaffah.
Kemarin saya didatangi oleh Redaktur Majalah Sabili; saya dikritik karena saya kok
masih mempertahankan Pancasila, kenapa kok tidak setuju dengan Khilafah,
berarti tidak kaffah. Lalu saya jawab: Lho, yang dimaksud kaffah
bukan simbolistik-simbolistik, melainkan hikmah-hikmah Islam yang berserakan,
kemudian dijadikan satu, itulah Islam kaffah.
Untuk
mengerti bahwa shadaqah itu penting, kita cukup membaca Hadits. Akan tetapi
untuk menciptaan masyarakat yang mampu bersedekah, maka tidak cukup hanya
dengan menghafalkan Hadits-hadits, karena itu adalah proses perjuangan ekonomi kerakyatan.
Sementara sekolah-sekolah Islam yang di Timur Tengah, isinya menghafal saja, sehingga
berhenti sampai hafalan, tidak pada aktualisasinya. Dino-dino omongane
dalil, tapi dalil iku gak tahu dilakoni.
Semua
ini menjadikan saya termenung. Sudah berapa Negara yang saya kelilingi, saya
kira sudah lebih dari 40 Negara. Namun, untuk kunjungan ke China , rasanya
lain bagi saya. Bagaimana tidak?, mereka punya sesuatu, tapi tidak mau pakai;
mempunyai etos kerja tinggi, tetapi hidup sederhana; barang yang terbaik untuk
dijual, sedangkan yang asal jadi, dipakai sendiri. Mereka juga jarang yang mau
pakai sepeda motor, karena mengakibatkan polusi dan tidak sehat. Maka dari itu,
umure wong Chino
iku dowo-dowo, gak mati-mati sampaek tuek tuyuk-tuyuk, bahkan
mencapai usia lebih dari 100 tahun.
Kalau bangsa
China
naik bus, mereka ndak ada yang ngobrol; kalau ndak bawa kalkulator
untuk urusan dagang, ya baca buku. Mereka jarang yang bisa bahasa Inggris, sehingga
ketika orang yang membeli souvernir tanya tentang harga barang yang mau dibeli,
mereka hanya mencet kalkulator. Bahkan aksen Bahasa Inggris mereka tergolong
paling jelek. Wong iki ngomong Bahasa Inggris opo nggeremeng?.
Jadi,
bangsa China
itu kalau di bus, ya bawa kalkulator untuk menghitung dagangannya atau membaca
buku. Sedangkan kalau kamu numpak bus, pasti golek konco, barang
kali onok cewek sing rodok ayu untuk cocokan. Di sini, kalau naik
kereta api, paling sopan adalah ngisi TTS. Lha, ini bedanya dengan
Imam Syafi'i RA. Kalau Imam Syafi'i RA pergi dari Makkah ke Madinah menaiki unta
selama 8 hari, namun beliau mampu mengkhatamkan Al-Qur'an 8 kali.
Jadi, budaya
kita ternyata tidak produktif. Bagaimana kita bisa mempunyai budaya yang produktif,
tapi etis dan tauhidi dan Islami, ini baru menjadi bangunan dari fiddunya
hasanah wa fil akhriati hasanah.
Saya ndak
terimo, maka saya masih akan ke Moskow. Rusia itu dedengkot komunis
dunia. Mereka telah mendirikan komunisme yang bertahan selama 70 tahun, lalu ambruk.
Kenapa Rusia setelah direformasi, kok ambruk, sedangkan China
setelah reformasi kok malah melejit, padahal keduanya sama-sama komunis?.
Itu karena komunis di China
menggunakan budaya China ,
yaitu makan kurang dari penghasilan; sementara orang Rusia, biaya makan
melebihi kapasitas hasil kerjanya. Sekarang ini orang China pergi ke Moskow secara
besar-besaran untuk menggarap pertanian-pertanian. Sehingga sekarang ini Rusia tampaknya
berada di bawah kendali RRC.
Ketika saya
di China , saya bertemu
dengan pedagang Amerika yang berasal dari Wall Street di New york . Dia minta dengan hormat, supaya China itu
tidak mengekspor barang-barang seperti sekarang ini, karena kalau ini diteruskan,
maka perekonomian akan ambruk dalam 5 tahun. Jawabnya orang China : "Saya
tidak ingin mengekspor barang saya, kalau rakyat Anda tidak ingin membeli
barang saya". Itungan China
kan begini: Penduduk China itu berjumlah 1.3 Milyar jiwa,
kalau setiap orang memperoleh bati 1$ saja, berarti untunganya sudah mencapai
1.3 Milyar dollar. Jadi, gimana mereka mau disaingi, itu kan ndak
mungkin.
0 komentar:
Posting Komentar