Sabtu, 22 Februari 2014

Biografi Kiai Achmad Mudayyid

Prof. Dr Achmad Mudayyid


Manusia diciptakan oleh Allah di dunia ini sebagai kholiofatullahu fil ardhi. Dan setiap manusia mempunyai tugas masung-masing. Ada yang menjadi kepala rumah tangga, ada yang menjadi pemimpin masyarakat mulai dari tingkat Rt hingga tingkat presiden, ada yang menjadi rakyat biasa,  menjadi petani, ada  yang menjadi bakul, tukang becak, sopir. Adapula yang bertugas sebagai muballigh. Sebagai mana salah satu mubaliigh yang di punyai Kota Malang, yakni Kiai Mudjayyid. Untuk mengenal sosok dan kiprah kiai Mudjayyid, 
Aktivitasnya yang padat dengan jadwal dakwahnya yang enuh setiap harinya, dari kanpung ke kampung, masjid ke masjid, majlis taklim majlis taklim yang beliau jalani dengan kesabaran dan istiqonhan menjadikan menjadi salah satu mubaligh di kota Malang yang sanagt dirindukan tausiah-tausiahnya
Terlahir 62 tahun silam tepatanya tanggal 4 bulan 4 tahun 1945 di Desa Kebon Cangkring Jabon Sidorjo. Kia Mudjayyid merupakkan putra dari salah satu ulama di Sidoarjo yakni Kiai Nur Hadi, kakeknya yakni kiai Hamzah juga termasuk ulama sepuh  di Sidoarjo kala itu. Sejak kecil Kiai mudajayyid sudah didik ala pesantren oleh Orang tuanya. Gemblengan demi gemblengan pelajaran agama harus beliau jalani. Ini dilakukan oleh orang tauanya semata-mayta karena orang tuanya menginginkan anaknya menjadi anak yang shaleh.
Selepas Sekolah Dasar Kiai Mudayyid kecil dihantarkan oleh Ayahnya ke pondok Gontor Setelah merasa cukup menimba ilmu di pondok gontor seakan belum puas dengan keilmuanya beliau bertabarukan dari satu ke pondok ke pondok yang lain meskipun hanya sebentar. Ayah kiai Mudjayyid sendiri pernah berpesan padanya agar kiai mudjayyid mendekat pada ulama. Pesan orang tuanya itu selalu menjadi penuntun baginya untuk berkunjung pada ulama, terlebih ulama-ulama sepuh, seperti kia Hamid Pasuruan yang sangat sering kia Mudjayyi datangi. Ketuika ia masih Di pesantren ketika pulang dari Pesantren Kiai Mudjayyid selalu menyempatkan diri untuk sowan pada kia Hamid.
Bekerja Sambil Berdakwah
Sebelum menjadi seorang mubaligh kiai Mudayyid adalah seorang pemuda yang sangat giat bekerja. Keuletan dan ketekunanya dalam bekerja menjadikan usaha yang digelutinya menjadi usaha yang besar. Kiai mudjayyid pernah membuka seleb padi di daerah  Sidoarjo, Bangil, Gondanglegi,. Membuat alat penggilingan pun beliau lakoni sendiri, mbubut dan ngelas juga beliau kerjakan sendiri
Kiai Mudjayyid juga pernah mempunyai usaha konveksi, yang dikirim keberbagai daerah,bhakan kalau kirim ke Daerah Klaimantan samapai 100 kodi.  Beliau juga mempunyai usaha penggilingan katul yang dikirim hingga ke Negara Singapura. Bisa di bilang namaya uang samapai lebih-lebih.  Meskipun sebagai pengusaha yang sukses naluri dakwahnya tidak bisa beliau tinggalkan. Dimanapun  beliau berada selalu menyampaiakan ajaran islam. Baik di lingkunagan sekitarnya melalui masjid, ketika di kantor, bertemu dengan  relasi bisnis, pada karyawan-karyawannya    

Meninggalkan Bisnisnya
Rupanya allah ingin menguji kiai mudjayyid akan kecintaanyya pada Allah,. Suatu saat Kiai Mudjayyid sowan pada kia Hamid. Seperti biasanay kiaia Mudjayyid memberitahukan perkembangan usaha yang dirintisnya menjadi usaha yang besar, akantetapai apa yang disamapaikan  kiai Mudjayyid ittu oleh kiai Hamid Hanya di balas dengan senyuman . Kemudian kiai Mudjayyid diajak shalat dhuha diatas amben yang biasa dibuat shalat oleh kiai Hamid. Selesai shlat Dhuha kiai Mudjayyid diusap Kepalanaya oleh kiai Hamid sembari mengatakan “ sabar, hati-hati, hasil, malang-malang”. Namaun Kiai Mudjayuyid sat itu belum faham apa maksud kiai Hamid mengatakan demikian.
Kiai Hamid Melanjutkan wejanganya pada kiai Mudjayyid “ nak maqommu ndak nengkono , terosno perjuangane abah lan embahmu, cekelen ilmumu, jaen ummat sing apik, dunyomu ditoto pengeran” (nak derajatmu tidak disana, teruskan perjuangan dakwah ayah dan kakekmu, penganglah ilmumu, ajak ummat pada kebaikan, urusan duniamu sudah diatur oleh Allah SWT). Kiai Hamid Juga menganggap bahwa usaha yang selama ini di geluti oleh kiai Mudjayyid hanya “rame ajang ganok lawone”.
Kiai Mufdajayyid berpamitan pulang dan kiai Hamid membekali kiai Mudjayyid dengan kaliamat bismillah. Setelah kejadian itu kiai mudjayyid berfikir apa yang dimaksud dengan kata-kata kiai Hamid tadi, hingga menjadi tnda tanya besar bagi kiai Mudjayyid dan keluarga. Selang beberapa bulan ternyata usaha kiai Mudjayyin semakin menurun seiring dengan persaingan pasar yang sangat ketat. Mesin gilingnya jjuuga banyak yang rusak. Ingatlah kia Hamid akan pesan dari kiai Hamid tadi, Kiai Mudjayyid baru sadar bahawa apa yang dikatakan kiai Hamid adalah sebuah isyaroh bagi dirinya.
Kiai mudjayyid akhirnya memantapkan hatinya untuk meninggakan segala urusan bisnisnya dan meneguhkan hatinya untuk li I’la kalimatillah dengan berdakwah tanpa harus disibukkan dengan urussan bisnis.

Hijrah Ke Malang
Setelah banting setir ke dunia dakwah kiai Mudjayyid pindah terlebh dahulu ke daerah Gempo, di sana beliau lebih aktif di kegiatan masjid Jmaik Gempol, dengan mengisi pengajian disana. Baru beberapa tahun pindah ke Gempol lagi-lagi Allah mengujinya, anak keduanya meninggal karena tidak kuat dengan suasana daerah Gempol yang panas.
Akhirnya Kiai Mudjayyid hijrah ke kota Malang tepatnya di daerah Mergosono. Di Kota Mlang Belaiu tidak sebdirian karena kiai mudjayyid juga mempunyai Saudara disana

0 komentar:

Posting Komentar

Edufunia Right. Diberdayakan oleh Blogger.