IRONI BANYAKNYA RAKYAT MISKIN
DI TENGAH KEKAYAAN ALAM INDONESIA
Negara kita ini
semakin hari semakin miskin dan semakin bertengkar. Negeri kita berpenduduk
mayoritas miskin, sekalipun alamnya kaya. Ekonomi kita pada sektor riil
sebenarnya menyedihkan, tapi kalau di koran terlihat menyenangkan. Politik kita
masih saling mensiasati antara yang satu dengan yang lain. Wakil rakyat kita
sedang sibuk mengurusi rapelannya sendiri-sendiri. Hukum kita masih belum
sepenuhnya menuju keadilan, karena masih banyak bisnis hukum dan banyak sarjana
hukum yang menjadi orang hukuman. Budaya kita hampir kehilangan kepribadian.
Sementara kesenangan didahulukan, kesengsaraan justru diabaikan.
Hari ini kita
khusus membicarakan tentang fenomena orang miskin. Kita hendaknya berpikir ke
sana, karena kita masih cukup makan, pakaian, kesehatan, dan cukup mampu
menyekolahkan anak. Oleh karena itu, saya mendorong sekaligus menyokong Pak
Ridho Hakim sebagai Pimpinan BI Malang yang saya tahu masih mempunyai hati
nurani, agar memikirkan mereka yang sudah kerja keras, tapi masih kurang makan.
Orang-orang
miskin ini tidak bisa diterapkan regulasi normal, karena mereka tidak bisa
diminta syarat-syarat bank pada umumnya. Mereka tidak bisa dimintai sertifikat
karena memang tidak mempunyai rumah, mereka juga tidak mempunyai agunan
apa-apa, kecuali diri mereka sendiri. Hari ini mereka bisa makan, namun belum
tentu mereka besok bisa makan, akan tetapi mereka sudah berusaha sekuat tenaga.
Pada tataran
ekonomi makro, biarlah menjadi urusan birokrasi, teori dan berita. Sedangkan
pada tataran kehidupan nyata (riil), kita yang masih kenyang makan ini,
berpikir untuk membantu mereka yang kurang kenyang makannya. Maka dari itu,
tolonglah orang-orang melijo maupun pedagang kaki lima yang menjadi korban
lintah darat. Jumlah pedagang kaki lima di Indonesia ini berada pada kisaran antara
40 Juta orang. Kalau saja para pedagang kaki lima itu bisa ditolong, kemudian
masing-masing dari mereka bisa menambah satu "karyawan" lagi untuk
membantu mereka berjualan, maka akan ada 40 juta tenaga kerja yang tertampung.
Untuk memulai
Program BI membantu orang miskin tersebut, pada mulanya tidak usah
menggunakan uang yang terlalu banyak, yang penting adalah memulai Program BI
itu dengan niat yang benar, uang yang halal, sistem, manajemen, kontabilitas
dan transparansi yang sehat. Kalau semua ini sudah terpenuhi, maka Program BI
itu akan gampang untuk direplikasi, dikloning atau ditularkan, karena
fenomena banyaknya orang miskin hampir terjadi di seluruh penjuru Indonesia.
Ketepatan, di
mana-mana ada pesantren yang mempunyai santri-santri. Para santri itu karena
belum kawin, mereka relatif belum banyak kebutuhan dan relatif belum biasa
nonton bioskop, sehingga mereka diduga hidup enak. Selanjutnya bagaimana kalau
para santri itu dilatih untuk menjadi bagian pelaku Program BI ini. Program BI
ini menggunakan uang dari siapa-siapa saja yang mau membantu. Saya kira
bank-bank juga bisa menyisihkan uangnya untuk keperluan ini. Perusahaan juga
sudah mempunyai peraturan mengenai dana sosial ini, namun yang belum adalah
menyisihkannya. Biasanya uang disisihkan justru diberikan kepada orang yang
lebih kaya dari bank itu sendiri, karena mereka lebih menakutkan dari pada
orang-orang miskin. Akhirnya, kita hanya mengayakan orang kaya yang tidak
pernah merasa kaya.
Hari ini
orang miskin kurang makan dan orang kaya kurang yang dimakan. Bedanya adalah
kalau kurang dimakan berarti ada unsur penggragasan di situ. Berapapun
tidak akan membuat mereka kenyang. Dunia ini cukup untuk semua kita, tapi tidak
cukup untuk satu orang yang rakus. Hari ini orang miskin dan orang kaya juga
sama-sama gelisah.
Jika Program
BI ini menggunakan uang sebanyak 120 juta, yang 20 juta digunakan untuk biaya
operasional dan yang 100 juta diberikan kepada yang membutuhkan, maka apabila
masing-masing orang melijo diberi pinjaman sejumlah Rp. 500.000, berarti jumlah
penerimanya sudah 200 orang. Betapa banyaknya jumlah itu. Mereka bisa hidup,
makan dan menyekolahkan anak mereka sekalian. Mereka ini jangan dibebani bunga,
baik itu bunga murni maupun bunga yang disyari'atkan. Bunga yang disyari'atkan
berarti bunga yang halal menurut syari'at tambahan ini, akan tapi kalau
dihitung-hitung jumlah setorannya hampir sama dengan bunga konvensional. Jadi,
jangan sekedar menggeser formalitas, tapi tidak menggeser substansi berupa
kesejahteraan orang miskin.
Pelaksanaanya
kita memberikan uang sejumlah Rp. 500.000 kepada satu orang dan menunggunya
sampai dia bisa menelorkan uang sejumlah Rp. 500.000 di luar modal yang kita
berikan. Jadi bisa diibaratkan kita ini memberikan ayam kepada orang miskin
sampai dengan ayam itu bertelur dan telur tadi menetaskan ayam, setelah itu
baru ayam yang lama dikembalikan kepada kita. Saya memakai bahasa kampung,
karena bahasa Pak Ridhwan itu sulit dimengerti, misalnya; ada kata
"Neraca". Bagi orang-orang melijo, kata "neraca" ini dikira
bermakna timbangan timbel. Jadi, perlu ada pembahasaan yang sesuai dengan
orang-orang miskin. Hal ini juga belum dilakukan oleh bank, karena bank
biasanya menggunakan bahasa ilmu, bukan bahasa orang miskin. Bahkan di bidang
pertanian pun, kadang-kadang orang macul didongengi oleh Insinyur
Pertanian, akan tetapi mereka tidak paham karena faktor bahasa yang digunakan.
Misalnya; "Bapak-bapak diminta partisipasinya". Orang yang macul
itu menjawab: "Kulo boten nggadah partisipasi", "Pundi
griyane partisipasi?". Di sini ada gap karena faktor bahasa dan
budaya, oleh karenanya, gap itu harus dijebol. Selanjutnya kalau uang Rp.
500.000 itu sudah balik, maka uang itu digelidingkan kepada 200 orang
lagi.
Untuk mencari
uang 100 Juta tidaklah sulit buat mereka yang bisa, apalagi kalau berkumpul
10-20 orang. Di sini perlu ada saling tolong-menolong dan saling memberi makan,
bukan saling makan-memakan antara yang satu dengan yang lain. Sekarang ini
uangnya sudah ada, begitu juga dengan para ahli manajemen yang menggunakan
bahasa ilmu tadi, akan tetapi untuk sampai kepada orang melijo, tentu Pak Ridho
Hakim tidak mungkin turun sendiri, akhirnya dicarilah anak-anak Al-Hikam.
Anak-anak
Al-Hikam ini biasa meminta uang, bukan biasa menjaga uang, maka mereka harus
diproses dari pikiran yang konsumtif menjadi managerial. Hal ini tentu
memerlukan latihan dan tidak mungkin sekali jadi. Setelah mereka dilatih, baru
kemudian dititipi uang untuk disampaikan kepada orang yang membutuhkan. Mereka
juga perlu dilatih tentang bagaimana cara menagih kepada peminjam dengan penuh
kesopanan, tapi uangnya bisa kembali.
Niat
pemerintah untuk membantu pesantren sudah banyak, akan tetapi karena bantuan
itu diberikan kepada sang Kyai, dan Kyai itu biasanya ahli menerima shadaqah,
maka dana bantuan itu dianggap oleh sang Kyai sebagai shadaqah yang lillahi
ta'ala. Besok paginya, sepeda motor sang Kyai sudah baru lagi, untung bukan
istrinya yang baru, karena sudah terkenal kalau Kyai-kyai itu mempunyai istri
banyak, cuma jarang yang berani ngomong. Sehingga dengan demikian, pesantren
belum dengan sendirinya menjadi potensi managerial. Oleh karena itu, mereka
harus dilatih. Latihan ini nantinya akan menjadi multifungsi, yaitu ketika
santri-santri sudah terbiasa, maka mereka akan berpikir bagaimana caranya
memproses kekuatan budaya yang mereka miliki untuk dikembangkan menjadi sebuah
kekuatan ekonomi.
Kenapa kita
miskin?, karena kita tidak mampu mengeksploitasi dan mengeksplorasi Sumber Daya
Alam (SDA) kita yang maha kaya, kita terbiasa hidup hedonis, hidup konsumtif. Gaya
nomor satu, sombong didahulukan, mergo sugih ora mesti. Misalnya; anak
santri membeli Handphone hanya untuk keperluan miss call, karena di
atasnya miss call sudah tidak kuat membiayai. Artinya di sini terjadi
dis-efektifitas potensi manusia terhadap SDA. Anehnya fenomena ini tidak hanya
terjadi pada kalangan orang bodoh, namun juga kalangan orang pandai termasuk
para sarjana pertanian. Para sarjana pertanian tidak suka pergi ke sawah akann
tetapi lebih suka menjadi pegawai kantor pertanian. Fenomena ini harus dikikis,
kalau tidak, maka dengan potensi alam yang kaya ini, penduduk mesih tetap dalam
keadaan miskin. Kalau SDA itu kemudian dieksplorasi oleh "orang
lain", maka kita akan berada dalam kolonialisme.
Kalau Program
BI ini sudah berhasil, maka pola ini ditulis dan dibakukan, sehinga dengan
demikian bisa dipakai oleh yang lain. Setiap pesantren mempunyai santri, umat,
dan kenalan orang yang punya uang. Semua itu mubadzir karena tidak dimanage
(diatur) dengan baik. Kita tidak bisa mengharapkan siapapun, kecuali pada diri
kita sendiri melalui pertolongan Allah SWT. Orang sudah enggan menanam uangnya
di Indonesia. Pabrik-pabrik asing di sini sudah senang pindah. Di samping
faktor market yang tidak menguntungkan, juga faktor pembiayaan yang tidak
terhitung kalau seseorang membuat usaha di Indonesia ini.
Pertanian-pertanian
sudah dikuasai oleh Malaysia juga negara ASEAN lainnya. Sementara hutan-hutan
kita dibabat oleh orang lain, penduduk setempat menjadi buruh motong
yang sehari-hari diberi gaji Rp. 20.000. Hutan kita telah hilang sebanyak
59.000.000 ha. Yang kita gambarkan ini adalah kesalahan kolektif bangsa, dan
tidak perlu menyalahkan sana-sini karena sudah menjadi kesalahan semua orang.
Saya ini tidak ahli di bidang menyalahkan, karena semua ini adalah kesalahan
berjama'ah. Dari 59.000.000 ha. hutan yang dibabat dengan illegal logging,
tidak ada satupun yang menjadi tersangka. Ada 3 orang yang ditangkap di Papua,
namun mereka bisa bebas dengan murni, semurni-murninya, seakan-akan itu sudah
menjadi kesalahan kayu-kayu itu, kenapa kok mau ditebang. Itulah keputusan
"maha bijak" dari hakim-hakim di Indonesia.
Dalam
menghadapi keadaan ini, kita mau sambat sama siapa?, satu-satunya jalan
adalah kita harus berbuat baik. Kita semua ini miskin menurut negara, akan
tetapi yang lebih miskin dari kita, harus ditolong. Berbagai macam kesalahan
kolektif di atas telah membuat bangsa kita loyo karena tidak ada pihak yang
mempunyai kapasitas moral untuk memberesi, bahkan sekedar mengingatkan
sekalipun.
Hampir semua
yang berurusan dengan uang itu adalah korupsi, karena "hampir",
berarti masih tersisa sedikit orang yang baik. Kalau mau mencari koruptor, merem
pun sudah bisa menemukan koruptor. Orang mau menindak korupsi, karena korupsinya
belum ketahuan, bahkan kadang-kadang ngurus korupsi itu lebih mahal dari
jumlah uang yang dikorupsi. Bangsa yang begini kok tidak mau dikasih
bencana oleh Allah SWT, ini kan salah yang tidak mau. Kepalsuan, saling
memakan, caci maki, mentolo kepada orang, dsb. Semuanya
sudah lengkap di Indonesia
ini. Saya mau ngomong rahasia, tapi jangan ngomong-ngomong. Saya
baru saja ke Palestina, Libabon, Syiria dan Iran untuk urun rembug mengenai
pertikaian di Timur Tengah. Di Libanon saya ketemu orang sufi yang bernama
Abdullah Seggaf yang dikenal sebagai wali. Begitu saya datang, saya
ditangisi, kok aneh?. Beliau
bercerita; "Dulu pernah ada orang Indonesia yang datang ke sini sekitar 35
tahun silam. Saya menangis di hadapannya karena bangga. Hari ini saya menangis
karena ikut sedih dengan kesedihan Indonesia". Saya bertanya: "Kenapa
Indonesia beruntun kena musibah?, Beliau menjawab: "Karena masyarakat
Indonesia itu sudah cukup memenuhi syarat untuk datangnya musibah". Jadi,
secara sempurna semua syarat sudah dipenuhi Indonesia untuk datangnya musibah.
Akan tetapi karena hal ini rata di kalangan kita, maka kita tidak pernah
merasa. Kita merasa bisa terus, tapi tidak bisa merasakan.
Menolong
adalah bagian dari penyelamatan umat manusia sekaligus alam. Maka saya sangat
antusias dengan Program BI ini. Kalau sudah berhasil, bukan sesuatu yang sulit
untuk membesarkannya, asalkan sudah benar dan ada trust (kejujuran dan
kepercayaan). Karena kuncinya terletak pada; Bisa dipercaya apa tidak?,
santri bisa dipercaya atau tidak?, yang ngasih uang, uangnya halal atau
tidak?, yang menerima uang bisa dipercaya atau tidak?. Adapun perkara management
bisa dipikir bersama, tapi substansinya adalah hati kita masing-masing.
Di Bangladesh
ada seorang profesor bernama Muhammad Yunus. Beliau memimpin Amin Banking
yang anggotanya berjumlah 26 Juta dengan omzet ratusan juta dollar. Anehnya
tidak ada satupun nasabah yang mbujuki (menipu), kalau kita Insya
Allah sulit menemukan orang yang tidak mbujuki. Ternyata beliau
menggunakan pendekatan agama, misalnya melalui jama'ah-jama'ah shalat yang
diduga diisi oleh orang-orang yang jujur. Bank ini kemudian menjadi besar bahkan
akhirnya mendapatkan nobel. Namun tampaknya hal ini sulit dilakukan di sini,
karena di masjid pun kita kehilangan sandal. Kalau di Gereja tidak ada yang
kehilangan sepatu karena sepatunya dipakai, namun sepeda motornya yang hilang.
Sekarang meningkat, ada orang kehilangan masjid. Ada orang membangun masjid, kok
tiba-tiba diambil oleh orang lain tanpa izin.
Proses pembentukan
kejujuran dan kepercayaan (trust) ini harus dilakukan dengan pendekatan
manajemen yang memaksa jujur dan pendekatan kesadaran yang menumbuhkan
kejujuran dari dalam. Mudah-mudahan Program BI ini menjadi awal dari kesadaran
kita untuk menolong orang-orang miskin. Saya berharap dana 120 Juta yang
berasal dari 5 orang ini bisa diikuti oleh yang lain. Kalau Program BI ini
jalan, maka saya bisa memberi sumbangan pada proyek ini dengan jumlah yang
lebih besar, tapi kalau Program BI ini memang benar-benar bisa jalan. Semua ini
tergantung pada faktor trust yang didekati secara nurani dan manajemen
sekaligus. Hari ini, zakat sulit keluar dari kaum muslimin, apalagi sedekah
biasa dan kedermawanan. Semoga Allah SWT melindungi kita sekalian dengan
pertolongan amalan kita.
Di Aceh saya ngumpul
do'a bersama dengan ulama'-ulama' meminta agar tidak banjir, namun beledek-nya
tambah datang. Setelah saya menanyakan hal ini kepada seorang ulama',
beliau menjawab; "Perlu ada pembuktian, apakah antara yang dilakukan sama
dengan yang dido'akan". Misalnya; Kita minta tidak banjir, namun hutannya digunduli.
Ingat, semua pemberian dan janji Allah SWT selalu mempunyai syarat, dan semua
Rahmat Allah SWT menuntut tanggung jawab. Oleh karena itu, kita harus masuk
istighatsah secara faktual dan action untuk membuktikan bahwa kita sudah
memenuhi syarat untuk ditolong oleh Allah SWT.
Saya HENDRO SATRIA dengan nama, penduduk asli Kupang Indonesia tetapi saya tinggal di 2270 Paul Wayne Haggerty Road, New Orleans, LA 70114, AS. Saya ingin membagikan kesaksian hebat ini tentang bagaimana saya mendapatkan pinjaman dari MARGARET PEDRO LOAN PERUSAHAAN SELURUH DUNIA ... keluarga saya diusir dari rumah kami karena saya tidak dapat membayar tagihan lagi. Setelah scammed oleh berbagai perusahaan online dan ditolak pinjaman oleh bank saya serta serikat kredit yang saya kunjungi. Anak-anak saya dibawa ke panti asuhan; Saya sendirian di jalan. Sampai suatu hari saya dengan malu-malu berjalan ke teman sekolah lama yang memperkenalkan saya kepada perusahaan pinjaman yang takut akan Tuhan ini (PERUSAHAAN PINJAMAN PEDRO MARGAGRET). Pada awalnya saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak siap untuk mengambil risiko meminta pinjaman online lagi, tetapi dia meyakinkan saya bahwa saya akan menerima pinjaman saya dari mereka. Setelah dipikir-pikir lagi, karena tuna wisma saya mengambil persidangan dan mengajukan pinjaman, saya mengisi formulir permohonan pinjaman dan melanjutkan dengan semua yang diminta dari saya, untungnya seperti yang Tuhan inginkan, saya diberi pinjaman $ 175.000,00 yang Saya melamar dari perusahaan ini dan saya senang saya mengambil risiko dan mengajukan pinjaman. Anak-anak saya telah diberikan kembali kepada saya dan sekarang saya memiliki rumah dan bisnis sendiri. Semua rasa terima kasih ditujukan kepada MRS MARGARET PEDRO EMINENT, Tuhan mengirim Pemberi Pinjaman untuk memberi arti bagi hidup saya ketika saya telah kehilangan semua harapan, jadi saya bersumpah pada diri sendiri bahwa saya akan terus bersaksi di internet tentang bagaimana saya dapat mengubah hidup saya yang beruntung pinjaman. Karena itu tanpa reservasi, saya sangat merekomendasikan PERUSAHAAN PINJAMAN PEDRO MARGARET bagi siapa saja yang membutuhkan pinjaman. Anda dapat menghubungi perusahaan hebat ini melalui situs web mereka: margaretpedroloancompany.simdif.com atau melalui email di margaretpedroloancompany@gmail.com atau Hubungi / WA di +1 6398003044
BalasHapusJika Anda ingin saya memberi tahu Anda lebih banyak tentang Nyonya Margaret Pedro, Anda dapat menghubungi saya melalui Email saya: Hendrosatria36@gmail.com. Hubungi: PERUSAHAAN PINJAMAN PEDRO MARGARET dan selesaikan masalah keuangan Anda. Anda akan tersenyum hanya dengan cara tersenyum sekarang. ...